Laporan Cedsgreeb dalam Menghadiri International Sustainability Forum 2024: Toward Sustainable and Inclusive Growth
Pada tanggal 5-6 September 2024, diadakan International Sustainability Forum (ISF) yang kedua di Jakarta. ISF sebelumnya diselenggarakan pada tahun 2023. Peserta dari berbagai negara berkumpul di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan (Jakarta), mendiskusikan banyak hal yang berkaitan dengan keberlanjutan lingkungan hidup. Kolaborasi lintas sektor menjadi hal yang penting. Sebagaimana jamak didengar dan diketahui banyak orang, kepedulian terhadap lingkungan senantiasa meningkat, khususnya yang berkaitan dengan pengurangan emisi gas rumah kaca. Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) merupakan masalah yang berhubungan dengan peningkatan suhu di bumi akibat banyaknya gas-gas berbasis karbon di atmosfer, khususnya karbon dioksida (CO2). Gas tersebut diproduksi oleh berbagai faktor, diantaranya melalui sisa hasil pembakaran sumber energi yang menggunakan bahan fosil tak terbarukan, seperti minyak bumi dan batu bara. Cara untuk mengurangi emisi GRK ada bermacam-macam, di antaranya dengan menambah jumlah tumbuhan yang dapat menyerap GRK di alam, mengefisienkan penggunaan energi (utamanya listrik), dan meningkatkan penggunaan sumber energi yang sedikit atau sama sekali tidak menghasilkan CO2 (umumnya dikenal dengan istilah Energi Terbarukan).
Acara ini dibuka oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Presiden menyinggung beberapa hal, diantaranya adalah dorongan untuk berkolaborasi untuk mengatasi krisis iklim, di antaranya dengan memaksimalkan potensi energi hijau di Indonesia. Di samping itu, Presiden juga menyebutkan potensi energi hijau yang dimiliki Indonesia, di mana terdapat lebih dari 3.600 GW potensi energi terbarukan yang bisa dikembangkan. Contoh yang diangkat adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata di Jawa Barat, yang memiliki kapasitas 192 MW pada kondisi puncak (peak). Perlunya kolaborasi antar pihak untuk mewujudkan lingkungan yang ramah untuk makhluk hidup dan berkelanjutan (sustainable). Sebagai informasi, menurut data Perusahaan Listrik Negara (PLN) pada akhir tahun 2022, total kapasitas terpasang Listrik PLN telah mencapai 44,9 GW dengan jumlah unit pembangkit PLN (baik melalui Holding maupun melalui anak-anak perusahaan PLN) sebanyak 6.314 unit. Kapasitas tersebut 70% berada di pulau jawa, dengan kapasitas daya sebesar 31,3 GW berada di Jawa.
Terdapat lima sesi diskusi panel di hari pertama. Sesi panel pertama membahas tema transisi energi dengan judul Advancing Energi Transition in Emerging Economics. Sesi kedua mengulas lebih lanjut mengenai sistem penyimpanan energi (baterai) yang menjadi kunci penting keberlangsungan energi bersih. Bahan-bahan tambang untuk memproduksi penyimpan energi ini dikenal dengan Critical Minerals Mining. Judul sesi kedua ini adalah Unlocking Energy Storage Solutions: the Vital Role of Critical Minerals. Setelah istirahat makan siang, sesi panel dilanjutkan dengan pembahasan mengenai persoalan transportasi yang ramah lingkungan dengan judul Driving the Future of Emission-Free Transport. Sesi panel ke-4 dan ke-5 masing-masing membahas kapabilitas produksi energi terbarukan (khususnya sel surya) dan penanggulangan polusi, dengan judul masing-masing Transitioning the Power Sector to Zero Emission dan Pioneering Solutions for Urban Air Pollution.
Diskusi panel ke-5
Secara khusus, sesi panel ketiga ini mengundang narasumber dari Sinar Mas dan Air Asia. Sinar Mas sebagai produsen minyak sawit terkemuka di Indonesia berkomitmen untuk mewujudkan bahan bakar yang sustainable berbasis palm oil. Walaupun pihak Air Asia masih cukup pesimis terhadap penggunaan Sustainable Airplane Fuels (SAF) pada bahan bakar pesawat oleh karena supply-nya yang masing sangat rendah dibanding dengan kebutuhan (dengan angka sekitar 4%), namun Air Asia tetap mendukung dekarbonisasi melalui efisiensi penggunaan energi di sektor penerbangan, baik dalam hal efisiensi penggunaan bahan bakar pesawat maupun efisiensi penggunaan energi listrik di bandara. Air Asia mengklaim dapat menghemat 10% penggunaan bahan bakar pesawat di maskapai-maskapai penerbangannya.
Pada hari kedua, 6 September 2024, acara dimulai dengan penyampaian rekap oleh Bapak Rahmat Kaimudin, Wakil Menteri Koordinator bidang Prasarana dan Perhubungan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. Beliau menyampaikan bahwa kolaborasi dan humanity merupakan kunci untuk mengatasi krisis iklim. Selain itu, teknologi harus terbuka dan lebih mudah untuk diakses oleh masyarakat di seluruh dunia dan diperlukan investasi atau funding. Keynote Speech disampaikan oleh Bapak Jose Maria Del Corral, Direktur Global Scholas Occurranters, Vatikan dan Bapak Andrew Steer, CEO Brezos Earth Fund. Dalam pidatonya, Pak Andrew menyampaikan bahwa sebenarnya terdapat 180 negara yang telah berkomitmen melindungi 30% daratan dan lautan pada tahun 2030. Sejak dua tahun yang lalu juga sudah banyak komitmen terhadap net zero. Bersama World Resources Institute beliau membentuk suatu laboratorium perubahan sistem dan memantau 50 transisi yang diperlukan dunia pada dekade ini dan dekade mendatang. Diskusi panel keenam berfokus pada pengamanan strategi alam untuk konservasi dan keanekaragaman hayati yang dimoderatori oleh Desi Anwar dengan empat pembicara, yaitu Kevin Magron, Special Advisor on Climate Action, Ministry for Europe & Foreign Affairs, France; Gim Huay Neo, Managing Director, Centre for Nature and Climate, world Economics Forum; Ailun yang, Bloomberg Philanthropies; dan Jeremy Oppenheim, founder systemiq.
Diskusi panel selanjutnya dimulai dengan keynotes speech oleh Bapak Paul Polman, Business Leader, Campaigner, Co-Author Net Positive. Diskusi panel ketujuh bertema revolusi keberlanjutan konsumen dan pengelolaan limbah yang dimoderatori oleh Jurnalis Andini Effendi. Pembicara diskusi panel ini adalah Sophie Kirana, Putri Indonesia for Environment; Samer Chedid, Presiden Director of Nestle Indonesia; Devi Kusumaningtyas, Government and Public Affairs Director for Indonesia, Malaysia, India, and South Asia, Nike; Rut Krüger Giverin, Ambassador of Norway to Indonesia and Timor Leste, Ministry of Foreign affairs, Norway; dan Thomas Chhoa, Senior Advisor, Alliance to End Plastic Waste. Bapak Thomas menyampaikan bahwa saat ini 90% sampah di negara berkembang dibuang atau dibakar dan sepertiga sampah dunia salah pengelolaan. Sampah yang salah pengelolaan menyumbang 5% emisi karbon global. Empat pilar utama untuk mengatasi sampah plastic yaitu infrastruktur, inovasi teknologi baru yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas, Pendidikan, dan kemitraan. kemudian dilanjutkan dengan keynotes speech oleh Menteri Luar Negeri, Ibu H. E. Retno Marsudi.
Keynotes speech oleh Menteri Luar Negeri, Ibu H. E. Retno Marsudi
Diskusi panel kedelapan
Diskusi panel kedelapan diawali dengan keynotes speech oleh Bapak Peter Thomson, sekretaris umum UN, special envoy for the ocean. Diskusi panel ini memiliki tema sustainable development for blue economics. Keynotes speech selanjutnya disampaikan oleh Bapak H.E. Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Diskusi panel kesembilan bertema harnessing human capital and technology for sustainable transition. Keynotes speech disampaikan oleh Ibu H. E. Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan Indonesia.
Keynotes speech oleh Ibu H. E. Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan
Keynotes speech oleh Bapak Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Diskusi panel terakhir bertema green finance: catalyzing the sustainable transition dengan enam pembicara. ISF ditutup dengan peresmian Indonesia Climate and Growth Dialogue (ICGD) oleh sejumlah stakeholders dan penyampaian pidato oleh Bapak H. E. Luhut Binsar Pandjaitan.
Peresmian Indonesia Climate and Growth Dialogue (ICGD)
Pidato penutupan oleh Bapak H. E. Luhut Binsar Pandjaitan
Pentingnya Melakukan Efisiensi Penggunaan Energi
Pernyataan Tony Fernandez dari Air Asia tersebut sangat masuk akal. Investasi di bidang Energi Terbarukan beserta infrastruktur pendukungnya tentulah tidak sedikit. Sebagaimana disampaikan oleh perwakilan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), diperlukan paling tidak 40.000 dolar Amerika Serikat untuk membangun pembangkit berbasis energi terbarukan sebesar 8,2 GW pada tahun ini. Nilai tersebut setara dengan hampir 620 juta rupiah. Sebagai ilustrasi 8,2 GW ini dapat memenuhi kebutuhan sebanyak 3,7 juta rumah berkapasitas 2200 Watt. Kemudian, untuk memenuhi target dekarbonisasi tahun 2060, perwakilan PLN mengatakan perlu sekitar 700 miliar USD (setara dengan 10.700 triliun rupiah) investasi untuk membangun energi terbarukan dengan kapasitas total hampir mencapai 400 GW.
Tentu sangat wajar bagi kita untuk mendukung target tersebut, utamanya karena pengembangan fasilitas berbasis energi terbarukan akan menghasilkan efek yang beragam, tidak hanya untuk kelestarian lingkungan, tetapi juga menciptakan kemanfaatan secara ekonomis, baik pada pertumbuhan ekonomi maupun penciptaan lapangan kerja. Hanya saja, sebagaimana penulis uraikan sebelumnya, usaha untuk melakukan dekarbonisasi tidak hanya melalui peningkatan energi terbarukan, tetapi juga melalui program efisiensi penggunaan energi. Hal ini sejalan dengan kegiatan CEDSGREEB untuk melakukan kegiatan efisiensi di bangunan.
Pilihan Editor
Ensiklopedia
news via inbox
Nulla turp dis cursus. Integer liberos euismod pretium faucibua