A group of houses with trees around them

Description automatically generated

Hunian Ramah Lingkungan, Tren Baru atau Solusi Nyata?

Last Updated: 14 May 2025By
📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 6

Di tengah pertumbuhan urbanisasi yang pesat dan meningkatnya kesadaran terhadap dampak lingkungan, konsep hunian ramah lingkungan mulai mendapat perhatian luas. Di Indonesia, sejumlah pengembang mulai memasarkan perumahan dengan label “eco-friendly” sebagai alternatif masa depan. Tapi muncul pertanyaan, apakah ini sekadar tren pemasaran atau benar-benar solusi jangka panjang?

Apa Itu Hunian Ramah Lingkungan?

Hunian ramah lingkungan merujuk pada rumah yang dirancang dan dibangun untuk meminimalkan dampak terhadap lingkungan. Ini termasuk efisiensi energi, penghematan air, penggunaan bahan bangunan berkelanjutan, dan pengelolaan limbah yang bijak.

Menurut Green Building Council Indonesia (GBCI), bangunan hijau harus memenuhi standar tertentu, seperti efisiensi energi, konservasi air, pengelolaan limbah, serta kenyamanan dan kesehatan penghuninya. Sertifikasi seperti Greenship digunakan untuk mengukur tingkat keberlanjutan bangunan (GBCI, 2020).

Konsep ini juga diperkuat dalam buku *Green Architecture: Design for a Sustainable Future* oleh Brenda dan Robert Vale (1996), yang menyatakan bahwa perancangan arsitektur hijau harus mempertimbangkan siklus hidup bangunan serta dampaknya terhadap ekosistem.

Manfaat dan Tantangan

Manfaat hunian hijau sangat nyata, mulai dari penghematan biaya energi dan air, kualitas udara yang lebih baik, hingga peningkatan kenyamanan termal. Menurut International Finance Corporation (IFC), bangunan ramah lingkungan dapat menghemat energi hingga 25% dan air hingga 30% dibanding bangunan konvensional (IFC, 2020).

Namun, tantangannya terletak pada biaya awal pembangunan yang lebih tinggi dan kurangnya pemahaman masyarakat serta tenaga ahli di bidang desain berkelanjutan.

Apakah Ini Tren Sementara atau Solusi Nyata?

Meskipun banyak digunakan sebagai strategi pemasaran, konsep hunian ramah lingkungan bukan hanya tren. Dalam buku *Design with Climate* oleh Victor Olgyay (1963), disebutkan bahwa desain bangunan yang memperhitungkan kondisi iklim lokal tidak hanya efisien secara energi, tetapi juga lebih berkelanjutan dalam jangka panjang.

Kesadaran yang meningkat tentang krisis iklim dan kebutuhan akan gaya hidup berkelanjutan menunjukkan bahwa tren ini akan terus berkembang menjadi norma baru dalam perencanaan perkotaan dan perumahan.

Penutup

Hunian ramah lingkungan adalah jawaban atas tantangan masa kini dan masa depan. Bukan sekadar tren, tapi bagian dari solusi nyata menuju kehidupan yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Pertanyaannya kini bukan lagi ‘perlukah beralih?’, tetapi ‘kapan dan bagaimana kita mulai?’

Referensi:
1. Green Building Council Indonesia. (2020). Apa itu Green Building? https://www.gbcindonesia.org
2. International Finance Corporation (2020). Green Buildings: A Finance and Policy Blueprint. https://www.ifc.org
3. Vale, Brenda & Vale, Robert. (1996). *Green Architecture: Design for a Sustainable Future*. Thames & Hudson.
4. Olgyay, Victor. (1963). *Design with Climate: Bioclimatic Approach to Architectural Regionalism*. Princeton University Press.

About the Author: Johan Purwanto

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 0 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 0

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment