A room with a table and chairs

Description automatically generated

Dari Ventilasi Alami hingga Material Sehat: Keuntungan Kesehatan dari Bangunan Hijau

Last Updated: 14 May 2025By
📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 7

Bangunan bukan lagi sekadar tempat berlindung, melainkan ruang hidup yang sangat memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan manusia. Dalam beberapa dekade terakhir, konsep bangunan hijau atau green building semakin berkembang seiring meningkatnya kebutuhan akan hunian yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga sehat untuk dihuni. Mulai dari ventilasi alami hingga penggunaan material yang sehat, bangunan hijau memberikan berbagai keuntungan nyata bagi kesehatan penghuninya.

Bangunan Hijau dan Kesehatan: Koneksi yang Kuat

Bangunan hijau adalah struktur yang dirancang, dibangun, dan dioperasikan dengan mempertimbangkan efisiensi sumber daya dan dampak minimal terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Fokus utamanya adalah menciptakan ruang yang mendukung kesejahteraan melalui udara bersih, pencahayaan alami, suhu nyaman, dan penggunaan bahan bangunan yang aman.

Menurut Charles J. Kibert (2016) dalam bukunya Sustainable Construction: Green Building Design and Delivery, bangunan hijau tidak hanya tentang efisiensi energi dan konservasi air, tetapi juga bagaimana ruang tersebut berdampak langsung terhadap kesehatan fisik dan mental penghuninya.

1. Ventilasi Alami: Udara Segar, Hidup Sehat

Ventilasi yang baik adalah elemen kunci dalam bangunan hijau. Melalui jendela yang dapat dibuka, sistem ventilasi silang, dan penempatan ruang terbuka, sirkulasi udara menjadi optimal. Ini mengurangi konsentrasi polutan dalam ruangan, seperti karbon dioksida dan senyawa organik volatil (VOC).

Menurut EPA (Environmental Protection Agency), udara dalam ruangan bisa lima kali lebih tercemar dibanding udara luar. Bangunan hijau mengatasi hal ini dengan meningkatkan sirkulasi alami dan pemanfaatan teknologi filtrasi yang efisien.

2. Material Sehat: Bebas Racun dan Alergen

Bahan bangunan konvensional sering mengandung zat berbahaya seperti formaldehida, timbal, atau VOC tinggi. Bangunan hijau menggunakan material non-toksik dan berlabel rendah emisi, seperti cat berbahan dasar air, perekat bebas formaldehida, dan kayu bersertifikat FSC.

Penggunaan material sehat mengurangi risiko gangguan pernapasan, iritasi kulit, dan bahkan penyakit kronis akibat paparan jangka panjang terhadap zat kimia.

3. Pencahayaan Alami: Ritme Tubuh Lebih Seimbang

Bangunan hijau dirancang untuk memaksimalkan cahaya alami dengan menempatkan jendela besar, skylight, dan orientasi bangunan yang tepat. Paparan cahaya alami membantu mengatur ritme sirkadian, memperbaiki kualitas tidur, dan meningkatkan kesehatan mental.

World Green Building Council (2014) menyebutkan bahwa pencahayaan alami yang baik dapat meningkatkan produktivitas hingga 18% dan menurunkan stres secara signifikan.

4. Termal Nyaman: Suhu Stabil untuk Kesehatan Optimal

Bangunan hijau dirancang untuk menjaga kenyamanan termal dengan baik, melalui isolasi dinding dan atap, ventilasi alami, serta pemanfaatan vegetasi peneduh. Suhu yang stabil dan kelembapan terkendali membantu mencegah penyakit yang dipicu oleh kondisi ekstrem, seperti serangan asma atau iritasi saluran pernapasan.

5. Desain Biophilic dan Ruang Terbuka Hijau

Integrasi elemen alam ke dalam desain bangunan—dikenal sebagai biophilic design—seperti taman atap, dinding hijau, dan halaman yang rindang, memberikan efek menenangkan, menurunkan tekanan darah, serta mempercepat proses penyembuhan.

Studi oleh Terrapin Bright Green (2012) menunjukkan bahwa akses ke elemen alam dapat menurunkan tingkat stres hingga 60% dan memperbaiki fungsi kognitif.

Kesimpulan

Bangunan hijau adalah investasi jangka panjang dalam menciptakan lingkungan hidup yang sehat, nyaman, dan berkelanjutan. Melalui ventilasi alami, material sehat, dan desain yang terhubung dengan alam, bangunan ini tidak hanya ramah terhadap lingkungan, tetapi juga sangat ramah terhadap tubuh dan pikiran penghuninya. Di masa depan, membangun dengan pendekatan hijau bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan.

Referensi

Buku:

 Kibert, C. J. (2016). Sustainable Construction: Green Building Design and Delivery. John Wiley & Sons.
 Yudelson, J. (2008). The Green Building Revolution. Island Press.

Sumber Daring:

 Environmental Protection Agency (EPA). Indoor Air Quality. https://www.epa.gov/indoor-air-quality-iaq
 World Green Building Council. (2014). Health, Wellbeing and Productivity in Offices. https://www.worldgbc.org
 Terrapin Bright Green. (2012). The Economics of Biophilia. https://www.terrapinbrightgreen.com
 Green Building Council Indonesia. https://gbcindonesia.org

About the Author: Johan Purwanto

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 0 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 0

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment