Masdar City: Proyek Ambisius Abu Dhabi dalam Pembangunan Urban Berkelanjutan di Era Modern

Last Updated: 25 August 2024By
📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 67

 

Masdar City adalah salah satu proyek urbanisasi paling ambisius yang dirancang untuk mengatasi tantangan-tantangan lingkungan dan sosial yang dihadapi oleh kota-kota besar di era modern. Terletak di Abu Dhabi, ibu kota Uni Emirat Arab, proyek ini merupakan contoh nyata dari upaya global untuk merangkul prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Masdar menobatkan dirinya menjadi kota dengan dengan bangunan perkantoran yang menerapkan prinsip net-zero energy pertama di dunia. Dengan visi untuk menjadi kota berkelanjutan sepenuhnya, Masdar City tidak hanya merupakan contoh arsitektur dan perencanaan kota yang inovatif, tetapi juga sebuah eksperimen sosial dan teknologis yang bertujuan untuk mengubah cara kita berpikir tentang urbanisasi dan keberlanjutan

Image source: [1]

Visi dan Mimpi Masdar City 

Image source: arabianbusiness.com 

 

Pada 2006 pemerintah Abu Dhabi mengumumkan niat mereka dalam mega pembangunan yang diprediksikan akan menghabiskan dana sebesar $22 miliar [1]. Bukan hanya sebuah kota biasa melainkan kota masa depan yang akan dikenal sebagai pionir ‘zero-carbon and zero-waste city’ di dunia. Kota ini diberi nama Masdar, berasal dari bahasa arab yang memiliki arti ‘asal muasal/sumber’ [6]. Masdar akan menjadi sumber dari ekonomi yang berbasis pengetahuan dan informasi serta meninggalkan ekonomi berbasis fosil dan tenaga kerja manusia.

Tujuan pembangunan Masdar City telah disampaikan oleh HE Dr Sultan Ahmed Al Jaber, CEO dari National Oil Company, Chairman of Masdar dan Chairman of Abu Dhabi ports [8].

“Kami menciptakan kota dimana penghuni dan wisatawan akan mendapatkan kualitas hidup yang tinggi dengan dampak terhadap lingkungan yang rendah. Masdar City akan menjadi ‘The World’s Hub for Future Energy’. Dengan menerapkan pembangunan berkelanjutan ke level selanjutnya, Masdar akan menjadi pemimpin dalam menanamkan pemahaman bagaimana seluruh ‘future cities’ harus dibangun.”

Image source: [3]

 

Image source: [2]

Ambisi Masdar untuk menjadi The First Zero-Carbon and Zero-Waste City didukung oleh beberapa strategi yang dirancang guna mengurangi emisi karbon yang dibuang ke lingkungan. Terdapat empat sektor yang menjadi fokus utama dalam upaya pengurangan CO2. Dalam sektor bangunan, Masdar mengadopsi teknologi-teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi sehingga emisi gas rumah kaca dapat ditekan hingga ke angka 56%. Selain itu, tidak akan ada lagi penggunaan fosil dalam segala aspek, termasuk sektor pembangkitan listrik dan transportasi. 

Masdar bermaksud menggunakan renewable energy untuk 100% sumber energinya. Dimana 53%-nya atau sebesar 170 MW akan menggunakan Photovoltaic, 26% menggunakan concentrated solar power, 14% menggunakan thermal cube collector, dan 7%-nya menggunakan pembangkit listrik tenaga sampah [7]. Penggunaan pembangkit listrik tenaga sampah ini selain juga dimaksudkan untuk mengurangi emisi CO2 juga sekaligus sebagai strategi untuk mencapai target zero-waste.

Namun seiring perkembangan zaman dan dengan segala dinamikanya, visi ambisius Masdar City ini dihantam dengan realitas dan harus mengalami perubahan. Masdar diharuskan bisa beradaptasi dengan segala gejolak yang terjadi. Perubahan ini menjadi topik yang sangat menarik untuk dibahas pada artikel ini, so stay tune :)

Menyusuri Perkembangan Masdar City: Dari Rencana Ambisius ke Implementasi

Image source : [4]

Masdar City, merupakan mega proyek pembangunan yang digarap oleh perusahaan Masdar Company yang dimulai di 2006 dan diperkirakan selesai di tahun 2030 [1]. Namun sebenarnya saat pertama kali diumumkan, proyek ini diperkirakan akan selesai pada tahun 2016, sayangnya banyak kejadian di luar dugaan yang menyebabkan banyaknya perubahan sehingga target rampungnya pun diundur menjadi tahun 2030. 

Salah satu gejolak yang menjadi alasan penyesuaian timeline pengembangan Masdar City yakni tutupnya salah satu anak perusahaan Masdar yakni Masdar PV pada tahun 2014. Masdar memilih untuk fokus pada proyek energi bersih dan investasi dibandingkan dengan harus bersaing di sektor manufaktur. Selain itu, pada waktu yang berdekatan terjadi reorganisasi dari perusahaan Masdar, yang tentunya hal ini berpengaruh pada pembangunan Masdar City. Bisnis model yang digunakan berubah dari project developer menjadi master developer. Masdar menjadi berfokus pada pengembangan melalui penggunaan outsourcing dan kerjasama mitra yang besar-besaran yang mana kebalikan dari konsep sebelumnya yakni “self-develop and hold”.

Paralel dengan perubahan model bisnis yang dialami Masdar, terjadi pula penyesuaian visi yang awalnya menerapkan ‘zero-carbon and zero-waste city’ menjadi ‘lesser-carbon and lesser-waste city’. Menariknya, Pemerintah Abu Dhabi akhirnya menyadari betapa tidak mungkinnya membuat emisi dan sampah menjadi benar-benar nol dan bersedia menurunkan ambisi megahnya. Pada penyesuaian visi ini, pemerintah Abu Dhabi akan lebih berfokus pada carbon neutrality [1].

Hukum kedua termodinamika membuat keadaan ‘zero-carbon and zero-waste city’ menjadi hal yang tidak mungkin, karena tidak akan ada mesin yang dapat menggunakan semua energi yang diberikan kepadanya dan tidak akan ada proses yang dapat beroperasi tanpa membuang sejumlah sampah ataupun energi [5]. Alhasil semakin banyak barang yang diproduksi maka akan semakin banyak energi yang dibutuhkan dan semakin banyak pula sampah/limbah yang dihasilkan. Hukum kedua termodinamika menyatakan bahwa tidak mungkin ada organisme atau mesin yang dapat beroperasi pada efisiensi 100%. Oleh sebab itu, tidak mungkin untuk mengoperasikan sistem tanpa adanya pemborosan energi ataupun material.

Uraian di atas merupakan perkembangan dari bisnis model di Masdar City dari awal diumumkan hingga saat ini, lalu bagaimana dengan pembangunannya?

Desain dan Konsep Masdar sebagai “Eco-City of the Future”

Level Tata Kota

Image source: [6]

Masdar City mengadopsi pendekatan tradisional untuk tata kota yang telah diterapkan di kawasan Arab dari jaman dahulu. Tata kota arab tradisional dinilai merupakan pendekatan yang paling sesuai untuk diterapkan di Masdar dikarenakan tata kota yang seperti ditunjukkan pada huruf (a) merupakan strategi terbaik dalam mengakomodasi cuaca ekstrem di daerah Arab. Ciri khas yang ditunjukkan yakni jalanan yang sempit, banyaknya natural shading, lingkungan dengan kepadatan yang tinggi, banyak public space dan ramah pejalan kaki. Dengan jalanan yang terlindung dari sinar matahari (natural shading) maka diharapkan akan mendorong masyarakatnya untuk membudayakan kebiasaan berjalan kaki. Bangunan komersial (mall, pasar, dsb) dan kampus akan diletakkan di tengah perumahan sehingga dapat diakses dengan berjalan kaki.

Level Bangunan

Image source: [6]

Untuk bangunan perumahan memiliki konsep yang berfokus pada perumahan yang ‘energic’ dengan desain yang merupakan perpaduan antara bangunan arab tradisional dan modern. Selain pada desainnya, konsep cerdas dan keberlanjutan juga diterapkan pada jendela, dimana penempatan jendela akan beragam sesuai dengan keadaan sinar matahari dan diposisikan sedemikian rupa sehingga dapat menyinari ruangan tanpa terlalu banyak terekspos sinar. 

Jendela dilindungi oleh contemporary reinterpretation of mashrabiya, sejenis latticed projecting oriel window yang dikembangkan secara berkelanjutan [6]. Diberi warna yang sama dengan pasir sehingga dapat mempermudah dalam perawatan. Selain pada jendela, Masdar juga memperhatikan dari komponen dinding bangunan, insulasi bangunan dibuat tiga kali lebih besar dibandingkan dengan benchmark yang ditetapkan oleh ASHRAE sehingga dapat menahan dari udara panas di luar ruangan. Pemilihan cat juga dibuat menyerupai pasir dengan materi GRC yang mana dapat melindungi dinding dari sinar matahari. 

Level Elemen Lingkungan

Image source: [6]

Untuk menjaga suhu lingkungan atau jalanan tetap nyaman bagi pejalan kaki, diperlukan teknologi yang paling efektif dan efisien untuk diterapkan di Masdar City. Teknologi yang digunakan adalah ‘Wind Tower,’ yang berfungsi mendinginkan suhu lingkungan. Wind Tower memiliki ketinggian sekitar 45 meter dan beroperasi dengan cara menarik udara yang lebih sejuk dari atas, lalu menghembuskannya ke bawah. Dengan cara ini, terjadi transfer panas antara udara panas di bawah dengan udara dingin yang diambil dari atas, sehingga dapat menurunkan suhu di jalanan Kota Masdar.

Teknologi yang Diterapkan di Masdar City

Water Management

Dengan tujuan jangka panjang untuk mengurangi konsumsi air rumah tangga per kapita, Masdar menetapkan dua sasaran utama yakni mengurangi pemborosan air dengan mendorong penggunaan peralatan yang efisien dan cerdas serta meningkatkan efisiensi pengolahan air limbah dan metode pengolahan.

Image source: [7]

Seluruh air yang digunakan di Masdar City didesalinasi dengan menggunakan energi surya sehingga layak untuk diminum. Mengingat tantangan terkait ketersediaan air saat memulai pembangunan di wilayah gurun, Masdar memanfaatkan kembali air yang telah digunakan dengan didesalinasi dan kemudian digunakan untuk berbagai keperluan. Pengolahan air limbah, dilakukan dengan menggunakan proses Membrane Bioreactor (MBR) yang menggunakan sistem membran mikropori yang memisahkan padatan dari cairan dalam campuran air abu-abu dan air hitam, seperti yang tertera pada gambar di atas [7]. Limbah yang telah diolah dapat digunakan dalam irigasi dan pengomposan.

Waste Management

Dalam pengelolaan sampah, teknologi vakum digunakan untuk menghilangkan kebutuhan akan tempat pembuangan akhir (TPA). Sampah dipilah sebelum dikumpulkan dan dibuang. Beberapa sampah kota didaur ulang, sementara yang lainnya digunakan untuk pembangkitan listrik, walaupun dalam proses pembangkitan listrik ini akan menghasilkan emisi karbon dioksida namun kadarnya jauh lebih rendah dibandingkan dengan TPA. Sampah organik dikomposkan, dan hasil komposnya digunakan untuk meningkatkan kualitas tanah di area pertanian sekitar kota. Sampah yang dapat didaur ulang diproses untuk digunakan kembali, sementara sisa sampah diolah di pabrik pengolahan limbah untuk diubah menjadi energi.

Smart Buildings

Bangunan di Masdar City dirancang dengan sistem suhu dan pencahayaan yang dapat diatur secara otomatis, serta dilengkapi dengan sistem keamanan otomatis, alarm kebakaran, dan detektor gas yang mengikuti teknologi terkini. Gedung-gedung perkantoran akan mengadopsi konstruksi pintar dan ramah lingkungan berkat desain inovatif dan penerapan teknologi IoT untuk memaksimalkan manfaatnya.

Smart Transportation

Pada tahap perencanaan konsep, Masdar City dirancang untuk menggunakan 100% energi bersih untuk segala sektornya termasuk transportasi. Sistem transportasi di Masdar dirancang untuk mengutamakan kenyamanan, efisiensi, dan keamanan penghuninya. Sebagai kota dengan emisi karbon rendah dan konsumsi air serta energi minimal. Untuk mengurangi emisi karbon dari kendaraan, Masdar menghindari penggunaan kendaraan berbahan bakar bensin dan akan menjadi kota bebas mobil berbahan bakar minyak pertama di dunia [7].

Kota ini akan terhubung dengan lokasi-lokasi utama di Abu Dhabi melalui sistem Light Rail Transit (LRT), yang menggunakan kendaraan tanpa emisi karbon yang digerakkan oleh listrik. Kendaraan ini dapat menampung hingga enam orang dan menggunakan baterai lithium kadmium yang dapat didaur ulang [8]. Meskipun kota ini menyadari kenyamanan transportasi pribadi, kota ini juga menawarkan alternatif yang lebih ramah lingkungan dalam bentuk sistem transportasi pintar Personal Rapid Transport (PRT) yang menggunakan taksi otomatis listrik. Teknologi transportasi pintar ini akan menyediakan cara yang bersih, nyaman, dan tenang untuk berkeliling kota, mendukung mobilitas yang lebih berkelanjutan.

Reference

[1] S. Griffiths, “Rethinking the future low-carbon city: Carbon neutrality, green design, and sustainability tensions in the making of Masdar City”, Energy Research & Social Science Journal, 2020.

[2] S. Griffiths, Masdar Initiative: Rationale & Research Opportunities, MIT Green Islands Workshop: Focusing MIT Research on Sustainable Regions, Massachusetts Institute of Technology, 2008. 

[3] Masdar, Annual Sustainability Report I 2020, 2020.

[4] Masdar, Masdar City Master Plan, 2018.

[5] Premalatha, M., “The promise and the performance of the world’s first two zero carbon eco-cities”, Renewable and Sustainable Energy Reviews, 2013.

[6] Ibrahim, I., “Urban Planning and Architecture Design for Sustainable Development”, Social and Behavioral Sciences, 2016. 

[7] Sankaran, V., and Chopra, A., “Creating Global Sustainable Smart Cities (A Case Study of Masdar City)”, Journal of Physics: Conference Series, 2020.

[8] D’Eramo, A., “Masdar City: A Study of Energy, Infrastructure, and Technological Hope”, SMU Journal of Undergraduate Research, Vol. 6, 2021.

About the Author: Nurul Inas

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 0 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 0

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment