Hasil Riset: Pemasangan Sensor Okupansi Dapat Menghemat Energi Listrik untuk Penerangan Hingga 30%

Last Updated: 16 October 2024By

Pemakaian energi listrik di gedung-gedung komersial seringkali boros karena lampu dan perangkat lain dibiarkan menyala meski ruangan kosong. Salah satu solusi cerdas untuk mengatasi masalah ini adalah sensor okupansi otomatis. Teknologi ini mampu mendeteksi keberadaan manusia dan mematikan lampu ketika ruangan tidak digunakan, memberikan peluang penghematan energi yang signifikan.

Menurut penelitian yang diulas, penggunaan sensor okupansi dapat menghemat hingga 25-30% konsumsi energi untuk penerangan—angka yang cukup signifikan untuk mendukung efisiensi energi di gedung komersial dan perkantoran.


Bagaimana Sensor Okupansi Bekerja?

Sensor okupansi otomatis bekerja dengan mendeteksi gerakan atau panas tubuh di dalam ruangan. Ketika sensor tidak mendeteksi aktivitas setelah periode tertentu, ia akan mematikan lampu secara otomatis. Dua jenis sensor umum yang digunakan adalah:

  1. Sensor Inframerah Pasif (PIR):
    • Mendeteksi panas tubuh manusia di dalam area tertentu.
    • Lebih cocok untuk ruangan dengan sedikit penghalang, seperti ruang rapat atau koridor.
  2. Sensor Ultrasonik:
    • Mendeteksi gerakan dengan memancarkan gelombang suara frekuensi tinggi dan menganalisis pantulannya.
    • Lebih sensitif terhadap pergerakan kecil dan cocok digunakan di area dengan aktivitas terbatas, seperti kantor atau perpustakaan.

Mekanisme Pengaturan Waktu (Time Delay) dan Adaptasi Sensor Cerdas

Kunci utama efisiensi sensor okupansi adalah time delay (TD), yaitu jeda waktu sebelum lampu dipadamkan setelah aktivitas terakhir terdeteksi. Sensor tradisional memiliki TD tetap, misalnya 5 hingga 15 menit, yang kadang menyebabkan lampu tetap menyala lebih lama dari yang diperlukan. Namun, sensor okupansi cerdas memiliki kemampuan adaptif, yaitu menyesuaikan TD berdasarkan pola aktivitas pengguna sepanjang hari.

Penelitian menunjukkan bahwa sensor cerdas yang mempelajari pola aktivitas pengguna dapat menambah efisiensi hingga 5% lebih banyak dibandingkan sensor tradisional dengan pengaturan TD tetap. Misalnya, jika sensor belajar bahwa ruangan sering kosong saat jam makan siang, ia akan otomatis mempersingkat TD selama periode tersebut untuk mematikan lampu lebih cepat.


Contoh Penggunaan Sensor Cerdas dan Potensi Penghematan Energi

Studi kasus di laboratorium menggunakan sensor PIR menunjukkan bahwa lampu dapat mati secara otomatis setelah ruangan kosong selama 2 hingga 5 menit, tergantung waktu dan pola aktivitas pengguna. Dengan demikian:

  • Sensor biasa (TD tetap 15 menit) dapat menghemat sekitar 20% energi.
  • Sensor cerdas (dengan TD adaptif) meningkatkan penghematan hingga 25%.

Bayangkan sebuah kantor yang menggunakan lampu fluoresen dengan total daya 240 W, dinyalakan dari pukul 09.00 hingga 18.30. Dalam kondisi standar, konsumsi energi adalah 2,28 kWh per hari. Dengan sensor biasa, penggunaan listrik berkurang sekitar 0,456 kWh per hari, sedangkan dengan sensor cerdas, penghematan meningkat hingga 0,581 kWh per hari. Ini setara dengan penghematan 25% energi per hari.


Tantangan dan Tips Implementasi Sensor Otomatis

Meskipun sensor okupansi menawarkan banyak manfaat, ada beberapa tantangan dalam penerapannya:

  • Penempatan sensor sangat penting. Jika sensor dipasang di tempat yang tidak tepat, ia mungkin gagal mendeteksi gerakan kecil, seperti orang yang mengetik di komputer.
  • Pemilihan jenis sensor harus disesuaikan dengan jenis ruangan. Sensor PIR cocok untuk ruangan terbuka, sedangkan sensor ultrasonik lebih baik untuk ruangan dengan aktivitas minim.
  • Pengaturan TD harus disesuaikan agar tidak menyebabkan pemadaman yang tidak diinginkan, terutama di ruang kerja.

Kesimpulan: Langkah Kecil, Dampak Besar

Dengan semakin meningkatnya fokus pada efisiensi energi, sensor okupansi otomatis menjadi solusi praktis untuk mengurangi pemborosan energi. Teknologi ini tidak hanya mengurangi konsumsi listrik, tetapi juga memperpanjang umur lampu dan menurunkan biaya operasional. Menggunakan sensor cerdas dengan TD adaptif bisa meningkatkan penghematan energi secara signifikan, memberikan kontribusi nyata bagi gedung-gedung ramah lingkungan dan hemat energi.

Jadi, bagi Anda yang ingin memulai langkah kecil dalam menghemat energi, pertimbangkan untuk menggunakan sensor okupansi otomatis di kantor atau rumah Anda. Setiap kilowatt-jam yang dihemat tidak hanya mengurangi biaya listrik, tetapi juga membantu lingkungan kita!

Referensi:

Garg, V., & Bansal, N. K. (2000). Smart occupancy sensors to reduce energy consumption. Energy and Buildings32(1), 81-87.

About the Author: Nur Abdillah Siddiq

Dr. Siddiq adalah seorang dosen di Fakultas Teknik dengan dedikasi yang mendalam terhadap penelitian dan pengembangan teknologi jendela cerdas dalam bangunan pintar. Sebagai seorang pembelajar sepanjang hayat, beliau terus berkontribusi pada inovasi dan keberlanjutan dalam sektor bangunan cerdas dan hijau melalui kegiatan akademik dan penelitian.

Leave A Comment