Kontribusi Bangunan Hijau terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)

Last Updated: 14 May 2025By
📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 14

Pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) telah menjadi agenda global yang tak bisa dihindari dalam menghadapi tantangan besar zaman ini. Salah satu aspek penting dalam mencapai tujuan ini adalah pembangunan yang tidak hanya mengutamakan kemajuan ekonomi, tetapi juga memperhatikan keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan sosial. Dalam konteks ini, bangunan hijau (green buildings) berperan penting sebagai salah satu pilar dalam mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Artikel ini akan mengkaji lebih dalam tentang peran bangunan hijau dalam mendukung pencapaian SDGs, dengan fokus pada bagaimana konsep bangunan hijau dapat mengaitkan kebutuhan lingkungan dan sosial serta mendorong praktik pembangunan yang lebih berkelanjutan.

Sumber: https://elemental.green/

1. Definisi dan Konsep Bangunan Hijau

Bangunan hijau merujuk pada bangunan yang dirancang, dibangun, dan dioperasikan dengan prinsip-prinsip keberlanjutan yang mendalam, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Bangunan ini memanfaatkan teknologi dan desain yang memaksimalkan efisiensi energi, air, dan bahan, serta meminimalkan limbah dan dampak lingkungan lainnya. Tujuan utama dari bangunan hijau adalah untuk menciptakan lingkungan hidup yang sehat dan efisien, baik untuk penghuninya maupun untuk planet ini.

Penerapan konsep bangunan hijau melibatkan beberapa aspek utama, antara lain:

1. Efisiensi Energi: Menggunakan sumber energi terbarukan, meminimalkan konsumsi energi, serta memaksimalkan insulasi dan ventilasi alami untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil.

2. Pengelolaan Air: Meminimalkan konsumsi air dengan menggunakan teknologi efisien dan pengelolaan air hujan yang baik.

3. Bahan Bangunan Ramah Lingkungan: Penggunaan bahan yang ramah lingkungan, seperti bahan daur ulang atau yang dapat didaur ulang, serta bahan yang tidak berbahaya bagi kesehatan.

4. Pengurangan Limbah: Proses konstruksi yang meminimalkan limbah bangunan dan mendorong daur ulang material.

Dengan mengintegrasikan elemen-elemen tersebut, bangunan hijau tidak hanya bertujuan untuk mengurangi jejak ekologis, tetapi juga untuk menciptakan ruang hidup yang sehat, efisien, dan nyaman bagi penghuninya.

2. Bangunan Hijau dan SDGs: Keterkaitannya dengan Tujuan Global

Pada tahun 2015, 193 negara anggota PBB sepakat untuk menetapkan 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang harus dicapai pada tahun 2030. SDGs ini berfokus pada lima prinsip utama, yakni People (kesejahteraan sosial), Planet (keberlanjutan lingkungan), Prosperity (kemakmuran ekonomi), Peace (perdamaian), dan Partnership (kemitraan global). Bangunan hijau, dengan segala prinsip keberlanjutannya, menjadi solusi yang mendukung banyak dari tujuan ini. Berikut adalah beberapa SDGs yang langsung terkait dengan implementasi bangunan hijau:

2.1 SDG 11: Kota dan Pemukiman yang Inklusif, Aman, Tahan Banting, dan Berkelanjutan

SDG 11 berfokus pada pentingnya menciptakan kota dan pemukiman yang berkelanjutan, yang dapat mengakomodasi pertumbuhan populasi yang pesat di kota-kota besar di seluruh dunia. Dalam hal ini, bangunan hijau berperan sebagai model untuk pemukiman berkelanjutan yang mengintegrasikan efisiensi energi, pengelolaan air yang bijak, serta penggunaan bahan yang ramah lingkungan. Bangunan hijau membantu menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih sehat dan lebih aman dengan mengurangi emisi gas rumah kaca, meningkatkan kualitas udara, dan menyediakan ruang terbuka hijau yang dapat meningkatkan kualitas hidup penghuninya.

2.2 SDG 7: Energi Bersih dan Terjangkau

Bangunan hijau memiliki dampak besar terhadap pencapaian SDG 7, yang menargetkan akses energi bersih dan terjangkau untuk semua. Melalui penggunaan teknologi bangunan hijau, seperti panel surya, insulasi yang efisien, dan sistem pendinginan alami, bangunan ini dapat mengurangi konsumsi energi fosil yang berbahaya bagi lingkungan. Penerapan bangunan hijau juga mengurangi ketergantungan pada energi listrik yang sering kali berasal dari sumber energi tidak terbarukan, dengan mengutamakan penggunaan energi terbarukan yang lebih bersih dan lebih efisien.

2.3 SDG 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab

Bangunan hijau mempromosikan konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab dengan menggunakan bahan bangunan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, serta dengan mendaur ulang bahan-bahan bangunan yang tidak terpakai. Dalam konstruksi bangunan hijau, banyak bahan yang berasal dari sumber daya yang dapat diperbaharui atau daur ulang, seperti kayu yang dikelola secara berkelanjutan, beton daur ulang, dan material yang tidak menghasilkan polusi atau limbah berbahaya. Dengan cara ini, bangunan hijau mendukung praktik pembangunan yang bertanggung jawab dan memperpanjang siklus hidup material bangunan.

2.4 SDG 13: Tindakan terhadap Perubahan Iklim

Bangunan hijau juga memberikan kontribusi yang signifikan dalam mitigasi perubahan iklim dengan mengurangi emisi gas rumah kaca melalui pengurangan konsumsi energi dan penggunaan energi terbarukan. Bangunan yang efisien dalam penggunaan energi cenderung menghasilkan emisi CO2 yang lebih rendah, sementara desain yang mengutamakan ventilasi alami dan pencahayaan alami dapat mengurangi kebutuhan akan sistem pemanas dan pendingin yang boros energi. Selain itu, bangunan hijau dapat berperan sebagai “penyerap karbon” dengan menggunakan material yang menyerap karbon dioksida, seperti tanaman hijau yang diletakkan di atap atau taman vertikal.

3. Mengintegrasikan Bangunan Hijau dalam Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan

Untuk memaksimalkan peran bangunan hijau dalam pencapaian SDGs, penting untuk mendorong kebijakan yang mendukung penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam sektor konstruksi. Pemerintah dapat berperan dalam hal ini dengan mengimplementasikan regulasi yang mengharuskan bangunan baru untuk memenuhi standar hijau tertentu, menyediakan insentif bagi pembangunan ramah lingkungan, serta mengadakan program pelatihan untuk para profesional di bidang konstruksi dan arsitektur agar lebih memahami prinsip bangunan hijau.

Selain itu, integrasi bangunan hijau dalam perencanaan kota juga sangat penting. Dengan merencanakan kota yang berkelanjutan, pemerintah dapat memastikan bahwa pembangunan tidak hanya berfokus pada aspek ekonomi, tetapi juga pada kesejahteraan sosial dan keberlanjutan lingkungan. Hal ini melibatkan pengembangan infrastruktur yang mendukung pengelolaan energi dan air yang efisien, serta menciptakan ruang publik yang mendukung kualitas hidup yang lebih baik.

4. Tantangan dalam Implementasi Bangunan Hijau

Meskipun manfaat bangunan hijau sangat jelas, ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam implementasinya, baik dari sisi teknis, finansial, maupun sosial. Salah satu tantangan terbesar adalah biaya awal yang sering kali lebih tinggi dibandingkan dengan pembangunan konvensional. Meskipun biaya operasional bangunan hijau lebih rendah dalam jangka panjang, investasi awal untuk material dan teknologi yang ramah lingkungan dapat menjadi hambatan, terutama di negara berkembang.

Selain itu, masih ada kurangnya pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya bangunan hijau di kalangan pengembang, pemilik bangunan, dan masyarakat umum. Untuk itu, diperlukan kampanye pendidikan dan sosialisasi yang lebih intensif mengenai manfaat jangka panjang dari bangunan hijau, baik dari segi biaya operasional yang lebih rendah maupun dampak positif terhadap lingkungan dan kualitas hidup.

5. Kesimpulan: Peran Vital Bangunan Hijau dalam Mewujudkan SDGs

Bangunan hijau memainkan peran penting dalam mencapai berbagai tujuan dalam agenda pembangunan berkelanjutan global, terutama dalam mendukung pencapaian SDGs yang mencakup keberlanjutan lingkungan, efisiensi energi, pengelolaan air yang bijak, dan pengurangan dampak perubahan iklim. Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam desain dan konstruksi, bangunan hijau tidak hanya memberikan manfaat bagi penghuninya tetapi juga bagi seluruh planet ini. Implementasi bangunan hijau harus didukung oleh kebijakan yang memadai, kesadaran yang lebih tinggi di kalangan masyarakat, dan komitmen dari semua pihak terkait untuk menciptakan masa depan yang lebih hijau, lebih bersih, dan lebih berkelanjutan.

Bangunan hijau bukanlah sekadar tren desain arsitektur, melainkan sebuah langkah nyata menuju dunia yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak, mulai dari pemerintah, pengembang, hingga masyarakat umum, untuk bekerja sama dalam mewujudkan visi global tentang pembangunan berkelanjutan yang mencakup aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Dengan mengedepankan prinsip-prinsip bangunan hijau, kita tidak hanya membangun struktur fisik yang lebih ramah lingkungan, tetapi juga membangun masa depan yang lebih berkelanjutan untuk generasi mendatang.

Referensi:

Trojan, K., & Akin, A. (2020). The Role of Green Architecture in Urban Sustainability. CRC Press.

Kibert, C. J. (2016). Sustainable Construction: Green Building Design and Delivery (4th ed.). Wiley.

United Nations, “Sustainable Development Goals,” UN SDGs Official Website.

US Green Building Council, “Green Building and LEED,” USGBC.

United Nations Environment Programme, “The Role of Green Buildings in Achieving the SDGs,” UNEP.

About the Author: Andi Sudarmanto

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 0 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 0

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment