Penerapan Material Daur Ulang dalam Konstruksi Bangunan Hijau

📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 177

Disusun oleh Annisa Febriyani Mohamad

PENDAHULUAN

Seiring dengan semakin meningkatnya dampak perubahan iklim, konstruksi bangunan hijau menjadi solusi yang diadopsi untuk mengurangi jejak karbon. Bangunan hijau mengutamakan keberlanjutan dalam seluruh siklus hidupnya dari perancangan, pembangunan, hingga penggunaannya. Dalam upaya ini, penggunaan material daur ulang menjadi elemen penting. Material daur ulang tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga menurunkan permintaan sumber daya alam, yang pada gilirannya mengurangi eksploitasi alam. Menurut Ervianto (2012) material bekas merupakan sisa material konstruksi dan sampah lain yang bersumber dari aktivitas konstruksi, pembongkaran, dan pembersihan lahan di awal pelaksanaan proyek. Sebagai upaya mengantisipasi pengaruh aktivitas konstruksi terhadap lingkungan dapat diterapkan prinsip daur ulang material bekas. Efek jangka pendek dari material bekas dapat menghemat biaya pembangunan, sementara efek jangka panjang yakni dapat membantu program pelestarian lingkungan yang hemat energi.

Menurut Berge dalam bukunya The Ecology of Building Materials (2000), ada tiga tingkatan hierarkial daur ulang sesuai dengan manfaat yang diperoleh, yaitu: (1) Re-use, merupakan tingkatan tertinggi dalam daur ulang, yaitu menggunakan kembali barang yang sudah dipakai namun masih memiliki sisa umur. (2) Recycle, memerlukan energi dan proses untuk menjadikan material bekas pakai menjadi material yang layak pakai. (3) Energy recovery, merupakan jenjang terendah dalam daur ulang. Semua material yang sudah tidak mungkin dipakai dibakar untuk memperoleh energi potensial yang masih terdapat dalam material melalui proses pembakarannya.

Reuse memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan metode recycle. Reuse tidak membutuhkan teknologi seperti yang dibutuhkan untuk melakukan proses recycle yang memerlukan teknik khusus. Pelaksanaannya juga bisa dilakukan tidak peduli jumlah material bekas yang didapat sedikit atau banyak. Hal ini berbeda dengan metode recycle yang seringkali harus memenuhi kuota tertentu agar efisien produksinya. Hal yang paling membedakan ialah reuse tidak memerlukan pabrikasi seperti metode recycle yang melibatkan proses fisika dan kimia sehingga biaya yang diperlukan juga relatif lebih kecil.

Reuse sebuah bangunan (building reuse) dapat terjadi manakala seluruh bangunan dapat diselamatkan tanpa proses penghancuran melainkan melalui proses relokasi dan renovasi. Reuse sebuah bangunan harus berurusan dengan perencanaan dan desain yang kompleks untuk mendapatkan manfaat maksimal dari aspek lingkungan dan ekonomi. Hal ini dapat menghemat pemakaian sumberdaya alam termasuk didalamya bahan baku, energi, dan air. Selain itu, reuse bangunan mampu mencegah tirnbulnya polusi yang disebabkan oleh pengambilan material, produksi, transportasi dan mencegah timbulnya limbah padat yang be-rakhir di tempat pembuangan. Reuse komponen bangunan (component reuse) diutamakan untuk bagian interior non struktur, seperti dinding interior, pintu, lantai, plafon yang akan digunakan untuk hal yang sama atau untuk hal lain sampai habis umur pakai komponen tersebut. Agar komponen dapat digunakan kernbali perencana dan arsitek ikut berperan untuk menciptakan desain inovatif yang memungkinkan untuk dipasang dan dibongkar tmpa mengalami kerusakan agar dapat dipasang pada bangunan lain.

Reuse material hasil dekonstruksi struktur bangunan dalam bangunan baru (material reuse) sangat dianjurkan guna mempertahankan nilai ekonomis, mengurangi energi yang dibutuhkan dalam proses daur ulang, dan meminimalkan kebutuhan cetakan dan sumberdarya alam terutama pengurangan terjadinya CO2. Menurut Chini, dkk (2012) dalam Ervianto (2012) menggunakan material sampai habis umur pakainya menjadi prioritas utama bagi arsitek dan perencana dalam memilih jenis material yang akan digunakan.

PEMBAHASAN

Jenis Material Daur Ulang Dalam Konstruksi Bangunan Hijau:

1. Beton Daur Ulang

Beton merupakan material utama dalam konstruksi, namun produksinya menghasilkan emisi karbon yang tinggi. Beton daur ulang terbuat dari limbah konstruksi dan pembongkaran (construction and demolition waste) yang dihancurkan dan digunakan kembali sebagai agregat dalam campuran beton baru. Proses ini mengurangi kebutuhan akan agregat alami, mengurangi limbah, dan menghemat energi dalam produksi bahan.

2. Baja Daur Ulang

Baja merupakan salah satu bahan konstruksi yang paling dapat didaur ulang, karena baja dapat didaur ulang hampir tanpa batas tanpa kehilangan sifat mekaniknya. Baja daur ulang digunakan dalam struktur bangunan hijau karena kekuatan, daya tahan, dan kemampuannya untuk dikembalikan ke siklus material. Dengan mendaur ulang baja, industri konstruksi dapat mengurangi konsumsi energi hingga 70% dibandingkan dengan produksi baja baru.

3. Kayu Reklamasi

Kayu reklamasi berasal dari bangunan yang dibongkar atau sumber lain seperti dermaga lama dan peti kemas kayu. Kayu reklamasi tidak hanya memiliki keindahan estetikanya sendiri, tetapi juga memiliki kekuatan struktural yang baik. Menggunakan kayu reklamasi mengurangi kebutuhan untuk menebang pohon baru dan memberikan material yang sudah teruji kualitasnya untuk proyek bangunan hijau.

4. Plastik Daur Ulang

Plastik daur ulang memiliki potensi besar sebagai material bangunan. Beberapa jenis plastik dapat diolah menjadi bahan komposit untuk dinding, lantai, atau bahkan atap. Pemanfaatan plastik daur ulang tidak hanya mengurangi jumlah plastik di lingkungan, tetapi juga memberikan produk yang tahan lama dan ekonomis.

5. Kaca Daur Ulang

Kaca daur ulang dapat diolah menjadi bahan campuran untuk membuat beton, aspal, atau digunakan langsung dalam bentuk jendela kaca atau panel dekoratif. Proses daur ulang kaca tidak memerlukan energi yang besar dan dapat membantu mengurangi limbah kaca yang sering kali sulit terurai di lingkungan.

Manfaat Penggunaan Material Daur Ulang Dalam Konstruksi Bangunan Hijau:

1. Pengurangan Emisi Karbon

Material daur ulang seperti baja dan beton membantu menurunkan emisi karbon da-lam industri konstruksi. Karena pembuatan material baru seperti semen dan baja memerlukan energi tinggi dan menghasilkan banyak emisi karbon, menggunakan material daur ulang membantu mengurangi jejak karbon secara signifikan.

2. Pengurangan Limbah Konstruksi

Industri konstruksi adalah salah satu kontributor terbesar terhadap limbah di tempat pembuangan akhir. Dengan menggunakan material daur ulang, limbah konstruksi dan pembongkaran dapat dikurangi secara signifikan, sehingga mengurangi tekanan pada tempat pembuangan akhir dan memungkinkan daur ulang material yang sudah ada.

3. Penghematan Biaya

Walaupun harga material daur ulang dapat bervariasi, sering kali bahan ini lebih mu-rah daripada material baru. Selain itu, pengurangan limbah konstruksi mengurangi biaya transportasi dan pembuangan limbah, sehingga meningkatkan efisiensi ekonomi proyek.

4. Konservasi Sumber Daya Alam

Dengan memanfaatkan material daur ulang, permintaan terhadap sumber daya alam seperti kayu, batu, dan pasir dapat dikurangi. Konservasi sumber daya alam ini penting untuk menjaga keberlanjutan ekosistem serta mengurangi dampak ling-kungan akibat eksploitasi bahan mentah.

Tantangan dalam Penerapan Material Daur Ulang:

Meskipun banyak manfaatnya, penerapan material daur ulang dalam konstruksi bangunan hijau juga menghadapi berbagai tantangan:

1. Kurangnya Kesadaran dan Pengetahuan

Banyak profesional di bidang konstruksi masih kurang memahami manfaat dan cara menggunakan material daur ulang secara efektif. Pendidikan dan pelatihan diper-lukan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya praktik ini.

2. Standarisasi dan Regulasi

Standar untuk penggunaan material daur ulang belum sepenuhnya dikembangkan di banyak negara, termasuk Indonesia. Regulasi yang jelas diperlukan untuk memasti-kan bahwa material daur ulang memenuhi standar keselamatan dan kualitas.

3. Ketersediaan Material

Ketersediaan sumber material daur ulang dapat menjadi kendala, terutama jika tidak ada sistem pengumpulan dan pengolahan limbah yang efisien.

4. Persepsi Negatif

Terkadang ada persepsi negatif terhadap kualitas dan keamanan material daur ulang dibandingkan dengan material baru. Membangun kepercayaan melalui penelitian dan studi kasus yang menunjukkan keberhasilan penggunaan material ini sangat penting.

Contoh Penerapan Material Daur Ulang dalam Konstruksi Bangunan Hijau:

1. The Edge Building, Amsterdam

Gedung The Edge di Amsterdam adalah salah satu bangunan paling berkelanjutan di dunia dan menggunakan berbagai material daur ulang dalam konstruksinya. Bet-on daur ulang digunakan untuk mengurangi jejak karbon konstruksi, sementara kaca daur ulang digunakan dalam desain fasad yang mengurangi kebutuhan pencaha-yaan buatan.

EcoARK adalah gedung pameran di Taipei yang dibangun menggunakan lebih dari 1,5 juta botol plastik daur ulang. Botol plastik ini dirakit menjadi modul bangunan yang kuat dan tahan air. Penerapan ini tidak hanya mengurangi limbah plastik, tetapi juga menunjukkan potensi plastik sebagai material bangunan yang ringan dan efisien.

KESIMPULAN

Penerapan material daur ulang dalam konstruksi bangunan hijau merupakan langkah penting menuju keberlanjutan lingkungan. Dengan memanfaatkan limbah sebagai sumber daya, kita tidak hanya mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan tetapi juga mencip-takan solusi inovatif untuk tantangan pembangunan saat ini. Meskipun ada berbagai tan-tangan yang harus diatasi, potensi manfaat dari penggunaan material daur ulang sangat be-sar. Melalui kolaborasi antara pemerintah, industri konstruksi, dan masyarakat, serta peningkatan kesadaran akan pentingnya keberlanjutan, penerapan material daur ulang dapat menjadi bagian integral dari masa depan pembangunan infrastruktur yang lebih hijau.

DAFTAR PUSTAKA

Berge, B. (2000). The Ecology of Building Materials. Oxford: Architectural Press.

Ervianto, W. I., Soemardi, B. W., Abduh, M. (2012), Kajian Reuse Material Bangunan dalam Konsep Sustainable Construction di Indonesia. Jurnal Teknik Sipil, Vol. 12, No.1.

Hassya, R. (2024). PEMODELAN BIM UNTUK PENURUNAN EMBODIED CARBON PADA GEDUNG PERKULIAHAN UPI KAMPUS CIBIRU (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia).

Sulistiawan, A. P. (2021). Penilaian Greenship GBCI Dalam Penerapan Reuse Ma-terial Di Café Day N Nite Bandung. Jurnal Arsitektur TERRA-COTTA, 2(1).

Centre for Development of Smart and Green Building (CeDSGreeB) didirikan untuk memfasilitasi pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) di sektor bangunan melalui berbagai kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pelatihan. Selain itu, CeDSGreeB secara aktif memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan yang mendorong dekarbonisasi di sektor bangunan, khususnya di daerah tropis.

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 5 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 1

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment