Inovasi Desain Ramah Lingkungan dalam Pengembangan Bangunan Hijau dan Bangunan Cerdas di Perkotaan

📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 222

Ditulis oleh Syihaabuddiin ‘Askar

PENDAHULUAN.

Perkembangan pesat di bidang konstruksi dan urbanisasi menyebabkan lonjakan kebutuhan hunian dan bangunan di perkotaan, yang pada gilirannya berpotensi memberikan dampak negatif pada lingkungan. Di sisi lain, isu perubahan iklim yang semakin mendesak mengharuskan sektor konstruksi untuk menemukan cara yang lebih ramah lingkungan dalam pengembangan bangunan di kota-kota besar. Konsep bangunan hijau dan bangunan cerdas (smart buildings) menjadi sorotan utama sebagai solusi masa depan yang dapat mengurangi dampak negatif ini, dengan mengedepankan efisiensi energi, pengelolaan sumber daya, dan integrasi teknologi.

Bangunan hijau adalah konsep bangunan yang mengutamakan keberlanjutan, menggunakan bahan yang ramah lingkungan, hemat energi, dan berfokus pada kualitas udara serta pengelolaan air. Sementara itu, bangunan cerdas memanfaatkan teknologi digital untuk mengontrol dan mengoptimalkan penggunaan energi, pencahayaan, ventilasi, hingga keamanan bangunan. Kombinasi antara bangunan hijau dan bangunan cerdas diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi kualitas hidup masyarakat perkotaan serta mengurangi jejak karbon.

Tulisan ini akan membahas solusi desain ramah lingkungan yang dapat diterapkan untuk bangunan hijau dan bangunan cerdas di perkotaan, serta inovasi yang dibutuhkan untuk mempercepat akselerasi pengembangan konsep ini di Indonesia..

PEMBAHASAN.

Prinsip-Prinsip Desain Bangunan Hijau di Perkotaan

Desain bangunan hijau mengedepankan konsep keberlanjutan yang meliputi beberapa prinsip, yaitu efisiensi energi, pemanfaatan bahan bangunan ramah lingkungan, pengelolaan air, serta peningkatan kualitas udara dalam ruangan. Salah satu pendekatan desain ramah lingkungan adalah penggunaan ventilasi alami dan pencahayaan matahari, yang dapat mengurangi kebutuhan akan pendingin dan pencahayaan buatan (Smith, 2020). Desain ini memungkinkan bangunan untuk beradaptasi dengan iklim tropis di Indonesia, sehingga mengurangi konsumsi energi secara signifikan.

Penggunaan material daur ulang dan bahan lokal juga menjadi faktor penting. Material seperti bambu, kayu, dan batu alam tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga mudah didapatkan di Indonesia. Selain itu, bahan-bahan ini memiliki jejak karbon yang lebih rendah dibandingkan dengan material konstruksi konvensional seperti baja dan beton (Turner, 2019). Adopsi desain dengan dinding hijau (green wall) dan atap hijau (green roof) juga dapat membantu mengurangi panas yang masuk ke dalam bangunan, serta memberikan manfaat ekologis berupa habitat bagi berbagai jenis flora dan fauna di perkotaan..

Integrasi Teknologi pada Bangunan Cerdas

Bangunan cerdas mengandalkan berbagai teknologi modern, seperti Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan, dan otomatisasi, untuk mengoptimalkan operasional dan mengurangi dampak lingkungan. Sensor-sensor cerdas yang dipasang di berbagai titik dalam bangunan dapat membantu memantau konsumsi energi dan air, serta mendeteksi kebocoran atau kerusakan lainnya secara real-time (Jones, 2021). Teknologi ini memungkinkan pengelolaan bangunan yang lebih efisien, dengan penyesuaian otomatis pada penggunaan energi dan ventilasi berdasarkan kebutuhan pengguna.

Selain itu, sistem manajemen energi pintar memungkinkan bangunan untuk memanfaatkan sumber energi terbarukan, seperti panel surya, dan menyimpan kelebihan energi yang dihasilkan untuk digunakan di waktu lain. Teknologi penyimpanan energi ini memungkinkan bangunan untuk tidak hanya lebih hemat energi tetapi juga mandiri dalam hal energi. Teknologi IoT juga memungkinkan pengguna bangunan untuk memantau kondisi lingkungan di dalam bangunan, seperti kualitas udara dan suhu, yang dapat disesuaikan secara otomatis untuk kenyamanan dan kesehatan penghuni (Brown, 2022)..

Penerapan Sistem Pengelolaan Air Berkelanjutan

Pengelolaan air yang efektif merupakan aspek penting dalam desain bangunan ramah lingkungan di kota besar, terutama di negara seperti Indonesia yang memiliki curah hujan tinggi di beberapa wilayah. Salah satu inovasi desain adalah sistem penampungan air hujan yang memungkinkan air hujan untuk disaring dan digunakan kembali untuk kebutuhan non-potable, seperti penyiraman tanaman dan pembilasan toilet. Selain itu, pemanfaatan teknologi daur ulang air limbah juga mulai diterapkan pada beberapa gedung perkantoran modern, di mana air limbah dapat diproses dan digunakan kembali dalam sistem pendingin (Green Building Council, 2019).

Di kota-kota besar yang rentan mengalami banjir, sistem drainase berkelanjutan seperti bioswale dan kolam resapan juga penting untuk membantu menahan dan mengalirkan air hujan. Bangunan yang dilengkapi dengan ruang terbuka hijau dan fasilitas penyerap air ini akan berfungsi sebagai cadangan air alami, sehingga tidak hanya membantu mengurangi risiko banjir tetapi juga mengisi kembali air tanah..

Penerapan Konsep Bangunan Hijau dan Bangunan Cerdas di Perkotaan Indonesia

Beberapa bangunan di kota-kota besar Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung, telah mulai mengadopsi prinsip-prinsip bangunan hijau dan bangunan cerdas. Misalnya, beberapa gedung perkantoran baru di Jakarta menggunakan fasad kaca yang dapat memantulkan panas matahari, sehingga mengurangi kebutuhan pendingin ruangan. Beberapa gedung lainnya juga telah mengadopsi sistem pencahayaan otomatis yang akan meredupkan atau mematikan lampu ketika ruangan tidak terpakai.

Namun, meskipun inovasi ini sudah mulai diterapkan, masih banyak tantangan dalam penerapan skala besar bangunan hijau dan bangunan cerdas. Salah satu hambatan utama adalah biaya awal yang cukup tinggi untuk pemasangan teknologi seperti panel surya, sensor cerdas, dan sistem daur ulang air. Masyarakat dan pengembang properti di Indonesia umumnya belum memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya investasi ini, yang membuat adopsi teknologi ramah lingkungan cenderung berjalan lambat (Arianto, 2021)..

Rekomendasi untuk Meningkatkan Penerapan Desain Ramah Lingkungan di Indonesia

Untuk mendorong percepatan pembangunan bangunan hijau dan bangunan cerdas, diperlukan dukungan kebijakan dari pemerintah. Pemerintah dapat memberikan insentif pajak atau subsidi bagi pengembang yang membangun gedung dengan standar bangunan hijau atau bangunan cerdas. Selain itu, pemerintah juga bisa memperkuat regulasi untuk mendukung standar keberlanjutan dan efisiensi energi pada bangunan baru (Darmawan, 2022).

Selain itu, perlu dilakukan kampanye edukasi kepada masyarakat dan pengembang mengenai manfaat jangka panjang dari bangunan ramah lingkungan. Dengan pengetahuan yang lebih baik tentang penghematan biaya operasional dan peningkatan nilai properti yang dihasilkan, masyarakat dan pengembang akan lebih tertarik untuk mengadopsi teknologi bangunan hijau dan bangunan cerdas..

PENUTUP.

Pengembangan bangunan hijau dan bangunan cerdas merupakan langkah penting menuju keberlanjutan di tengah tantangan urbanisasi dan perubahan iklim. Desain ramah lingkungan untuk bangunan di perkotaan harus memperhatikan efisiensi energi, pengelolaan air, serta integrasi teknologi pintar yang mendukung kenyamanan dan kesehatan penghuni. Meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan, kombinasi bangunan hijau dan bangunan cerdas dapat memberikan solusi yang komprehensif untuk mengurangi jejak karbon serta memperbaiki kualitas hidup masyarakat perkotaan di Indonesia.

Diperlukan kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk mempercepat akselerasi pengembangan bangunan hijau dan bangunan cerdas ini. Dengan inovasi desain yang tepat, serta dukungan regulasi dan edukasi yang kuat, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pelopor dalam pembangunan berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara..

DAFTAR PUSTAKA.

  • Smith, J. (2020). Green Building Design: Principles and Practice. New York:   Green Earth Publishing
  • Turner, A. (2019). Materials for Sustainable Architecture. London: Sustainable   Architecture Press
  • Jones, L. (2021). “Smart Buildings: Harnessing Technology for Sustainability.”   Modern Architecture Magazine, vol. 18, no. 2, pp. 45-53
  • Brown, D. (2022). “How IoT is Revolutionizing Smart Buildings.” Tech   Innovations, April 2022, pp. 12-16
  • Green Building Council. (2019). Guide to Sustainable Water Management in   Buildings. Retrieved from greenbuildingcouncil.org
  • Arianto, M. (2021). “Challenges and Opportunities for Green Building in   Indonesia.” Kompas, 3 November 2021, p. 9
  • Darmawan, R. (2022). “The Role of Government in Promoting Green Buildings.”   Bisnis Indonesia, 17 March 2022, p. 14
Centre for Development of Smart and Green Building (CeDSGreeB) didirikan untuk memfasilitasi pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) di sektor bangunan melalui berbagai kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pelatihan. Selain itu, CeDSGreeB secara aktif memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan yang mendorong dekarbonisasi di sektor bangunan, khususnya di daerah tropis.

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 2 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 12

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment