“Inovasi Smart Building Management System untuk Efisiensi Energi di Bangunan Hijau”
Ditulis oleh Vany Lidia Sitinjak
Pendahuluan
“Tahukah kamu bahwa bangunan di sekitar kita, seperti halnya rumah, kantor, dan tempat berkumpul, memiliki peran besar dalam konsumsi energi global? Faktanya, hampir 40% energi yang kita gunakan berasal dari bangunan(Lea, n.d.).” Ini berarti bahwa setiap kali kita menyalakan lampu atau menghidupkan pendingin udara, kita berkontribusi terhadap tantangan perubahan iklim yang semakin mendesak.
Perubahan iklim adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi umat manusia saat ini. Kita semua merasakan dampaknya, dari cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi hingga naiknya permukaan laut yang mengancam kehidupan di pesisir(Martha Anggraeni, 2023). Salah satu penyebab utama dari perubahan iklim ini adalah emisi gas rumah kaca, yang sebagian besar berasal dari aktivitas manusia, termasuk sektor bangunan. Menyadari bahwa bangunan menyumbang sekitar 40% dari total emisi karbon dioksida global, kita perlu mencari solusi untuk mengurangi dampak negatif ini.
Untuk mengatasi tantangan ini, kita berbicara tentang bangunan yang dirancang untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Bangunan hijau tidak hanya berfokus pada efisiensi energi. Sementara itu, bangunan cerdas mengintegrasikan teknologi untuk mengelola sumber daya secara pintar. Dengan sistem yang dapat mengatur suhu dan pencahayaan otomatis, bangunan ini membantu kita menikmati kenyamanan tanpa membuang-buang energi(Omar, 2018). Dampak dari konsumsi energi ini sangat terasa, mulai dari kenaikan suhu global yang mengganggu pola cuaca hingga penurunan kualitas udara yang berdampak buruk bagi kesehatan manusia dan kehidupan ekosistem.
Pembahasan
Pemahaman Dasar Mengenai Smart Building Management System
Perkembembangan teknologi saat ini tentu membawa dampak besar pada cara kita mengelola Gedung. Terutama dengan adanya Smart Building Management System atau yang biasa disingkat SBMS. SBMS adalah sistem pintar yang dapat mengoptimalkan penggunaan energi di dalam bangunan secara otomatis(Muhammad & Alfatih, n.d.). Sistem ini bekerja dengan bantuan sensor dan analitik data, yang memantau berbagai aspek seperti suhu, pencahayaan, dan penggunaan energi di dalam bangunan.
Untuk melanjutkan fungsinya dengan baik, SBMS terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu Sensor dan aktuator adalah dua komponen utama yang memungkinkan gedung pintar beroperasi secara otomatis. Sensor berfungsi sebagai “mata” yang memantau perubahan lingkungan, seperti suhu, kelembapan, intensitas cahaya, dan kualitas udara(Hildayanti & Machrizzandi, 2020). Begitu sensor mendeteksi adanya perubahan, sinyal segera dikirimkan kepada aktuator, yang berfungsi sebagai “tangan” gedung untuk mengeksekusi tindakan tertentu. Misalnya, jika sensor mendeteksi suhu yang terlalu tinggi di suatu ruangan, sinyal akan memerintahkan aktuator untuk menyalakan AC atau menyesuaikan ventilasi udara(Hildayanti & Machrizzandi, 2020).
Dalam era teknologi yang terus berkembang, system manajemen Gedung pintar (SBMS) telah menjadi solusi inovatif untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan lingkungan bangunan. Contoh penerapan teknologi saat ini adalah Internet of Things (loT) dan Artificial Intelligence (AI) dalam system ini bukan hanya memberikan kemudahan, tetapi juga mengubah cara kita berinteraksi dengan ruang di sekitar kita(Erwin, 2023). Aspek keamanan juga mendapatkan perhatian khusus dalam SBMS. Dengan integrasi IoT dan AI, perangkat keamanan seperti CCTV dan sensor gerak dapat bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman(Hildayanti & Machrizzandi, 2020).
Untuk lebih memahami penerapan teknologi sensor dan aktuator dalam sistem manajemen gedung pintar, kita dapat melihat contoh menarik dari gedung The Edge yang terletak di Amsterdam. Gedung ini telah diakui secara internasional sebagai salah satu gedung paling berkelanjutan di dunia. Menurut Daan Bruggink, seorang arsitek yang terlibat dalam proyek ini, The Edge dilengkapi dengan lebih dari 28.000 sensor yang terhubung melalui jaringan Internet of Things (IoT)(Angela Walters, 2018). Sensor-sensor ini mampu mendeteksi berbagai parameter lingkungan, seperti suhu, kelembapan, dan tingkat pencahayaan secara real-time.
Data yang diperoleh dari sensor tersebut tidak hanya dikumpulkan, tetapi juga dianalisis oleh sistem kecerdasan buatan (AI). Pendekatan ini tidak hanya menghemat energi, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan produktif bagi penghuninya.
Manfaat Efisiensi Energi Dengan Smart Building Management System
“Tahukah kamu bahwa teknologi IoT dan AI memungkinkan pengelolaan dan pengurangan konsumsi energi di bangunan?”
1. Mengutamakan Kesejahteraan Penghuni dengan Pengaturan Suhu Otomatis (Phillip Tracy, 2016).
Bayangkan Anda memasuki ruang kerja di pagi hari, dan suhu di ruangan sudah terasa pas, hangat atau sejuk sesuai kebutuhan. SBMS dilengkapi pencahayaan cerdas yang menyesuaikan intensitas cahaya berdasarkan aktivitas di dalam ruangan serta intensitas cahaya alami dari luar(Phillip Tracy, 2016).
2. Membantu Mengurangi Stres dengan Pemantauan Kualitas Udara Di area perkotaan yang rentan terhadap polusi, kualitas udara dalam ruangan dapat menjadi faktor yang mempengaruhi kesehatan. SBMS dengan sensor kualitas udara dapat memantau level CO2, kelembapan, dan parameter lain secara real-time. Ketika kadar CO2 meningkat di ruangan yang penuh penghuni, sistem akan meningkatkan ventilasi untuk memberikan udara segar(Sensoworks, 2023).
3. Efisiensi Energi yang Menghargai Lingkungan dan Masa Depan SBMS tidak hanya mendukung penghuni saat ini, tetapi juga memainkan peran penting dalam menjaga lingkungan bagi generasi mendatang. Dengan pengaturan otomatisasi pada sistem HVAC dan pencahayaan cerdas, SBMS membantu mengurangi konsumsi energi secara signifikan(Sensoworks, 2023).
Tantangan dan Solusi Implementasi di Indonesia
Di tengah kemajuan teknologi, Smart Building Management System (SBMS) muncul sebagai solusi untuk menciptakan bangunan yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Namun, meski manfaatnya menjanjikan, ada beberapa tantangan yang perlu kita hadapi, terutama terkait biaya dan pengetahuan teknis(Prof. Mohammed Ali Berawi, 2023).
1. Biaya Infrastruktur Teknologi: Beban di Awal: Salah satu tantangan terbesar dalam menerapkan sistem bangunan pintar adalah biaya awal yang tinggi. Membangun infrastruktur yang dibutuhkan untuk SBMS dapat meningkatkan biaya pembangunan hingga 25%. Bayangkan Anda adalah seorang pengembang yang ingin memberikan pengalaman terbaik bagi penghuni, tetapi dihadapkan pada keputusan sulit tentang seberapa banyak uang yang harus diinvestasikan di awal.
2. Keamanan Siber: Melindungi Data dan Penghuni; Seiring dengan penggunaan teknologi yang meningkat, risiko serangan siber juga menjadi perhatian utama. Dengan banyaknya data yang dikelola oleh SBMS, serangan siber bisa berakibat fatal. Biaya untuk mengatasi pelanggaran data bisa sangat tinggi, mencapai jutaan dolar. Oleh karena itu, pengelola gedung perlu menginvestasikan dana untuk menjaga sistem mereka tetap aman.
3. Pengetahuan Teknis: Keterampilan yang Dibutuhkan; Tantangan lainnya adalah kebutuhan akan tenaga kerja yang terampil. Untuk menerapkan SBMS, dibutuhkan staf yang memiliki pengetahuan tentang teknologi informasi dan komunikasi. Namun, mencari atau melatih orang yang tepat bisa menjadi sulit. Bayangkan jika Anda memiliki gedung yang canggih, tetapi tidak ada orang yang tahu cara mengoperasikannya dengan baik. Ini bisa membuat semua inovasi tersebut tidak berjalan dengan optimal.
Di tengah kemajuan teknologi yang pesat, banyak tantangan yang harus dihadapi, terutama terkait biaya dan pengetahuan teknis. Untuk mengatasi rintangan ini, kita perlu merumuskan langkah-langkah yang tepat agar teknologi ini dapat dimanfaatkan secara optimal(Lestari et al., n.d.). Salah satu tantangan paling signifikan adalah biaya awal yang tinggi, tidak hanya pengembang dan pemerintah yang harus berperan aktif. Kesadaran masyarakat juga sangat penting untuk mendorong adopsi bangunan pintar. Sering kali, masyarakat tidak sepenuhnya memahami manfaat yang ditawarkan oleh teknologi ini. Oleh karena itu, kampanye edukasi yang menjelaskan manfaat jangka panjang dari SBMS sangat penting. Namun, untuk mengoptimalkan potensi teknologi ini, kita membutuhkan dukungan yang kuat dari dua pilar penting: pemerintah dan masyarakat.
Pemerintah memiliki tanggung jawab yang besar dalam menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan membuat kebijakan yang mendorong penggunaan teknologi ramah lingkungan. Misalnya, pemerintah bisa memberikan insentif atau subsidi bagi pengembang yang berinvestasi dalam bangunan pintar. Namun, peran masyarakat dalam mendukung inovasi ini juga tidak kalah penting. Masyarakat yang memahami manfaat dari SBMS akan lebih terbuka terhadap perubahan. Di sinilah peran edukasi menjadi kunci. Pemerintah dan berbagai organisasi perlu melakukan sosialisasi dan menjelaskan bagaimana bangunan pintar bisa meningkatkan kualitas hidup kita. Ketika masyarakat tahu bahwa bangunan cerdas dapat mengurangi tagihan listrik, meningkatkan kualitas udara, dan menciptakan ruang yang nyaman, mereka akan lebih termotivasi untuk mendukung proyek-proyek tersebut.
Kesimpulan: Membangun Masa Depan yang Berkelanjutan Melalui Smart Building Management System
Dalam dunia yang semakin berkembang, keberadaan Smart Building Management System (SBMS) menawarkan harapan baru untuk efisiensi energi di bangunan hijau. Teknologi ini tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk menghemat energi, tetapi juga memberikan kenyamanan dan kesehatan bagi penghuninya. Dengan memanfaatkan sensor dan otomatisasi, SBMS mampu menciptakan lingkungan yang responsif terhadap kebutuhan kita.
Harapan kita untuk masa depan adalah agar inovasi seperti SBMS dapat diterapkan secara luas di Indonesia. Kita memiliki potensi besar untuk menciptakan bangunan pintar yang tidak hanya efisien tetapi juga memperhatikan kesejahteraan penghuninya. Melalui dukungan pemerintah dan partisipasi aktif dari masyarakat, kita bisa mewujudkan impian ini. Ketika pemerintah menciptakan kebijakan yang mendukung teknologi hijau dan masyarakat berperan aktif dalam memahami serta mengadopsi perubahan, kita bersama-sama dapat membangun lingkungan yang lebih baik. Ini bukan sekadar tentang teknologi, tetapi tentang menciptakan komunitas yang lebih sehat dan lebih nyaman untuk kita semua.
Mari kita bersatu dalam mendukung dan mengadopsi teknologi hijau dalam pembangunan masa depan kita. Setiap langkah kecil yang kita ambil menuju keberlanjutan akan memberikan dampak besar bagi lingkungan kita. Ketika kita memilih untuk menggunakan teknologi seperti SBMS, kita tidak hanya berpikir tentang efisiensi saat ini, tetapi juga tentang warisan yang akan kita tinggalkan bagi generasi mendatang. Mari kita semua berkontribusi dalam menjaga bumi ini, menciptakan ruang yang lebih hijau dan lebih baik, demi kesehatan dan kebahagiaan kita bersama. Dengan komitmen dan kerja sama, kita bisa menciptakan masa depan yang cerah dan berkelanjutan untuk diri kita sendiri dan generasi yang akan datang.
Daftar Pustaka:
Angela Walters. (2018). The Edge Amsterdam-showcasing an exemplary IoT building. https://www.cdbb.cam.ac.uk/news/2018CaseTheEdge
Erwin, S. E. , M. . M. , C. DMP. ,CCC. A. L. D. ST. , MT. N. S. , M. Kom. S. M. Kom. W. S. Pd. , MM. Par. I. A. S. T. , M. Sc. E. B. S. T. , M. Kom. N. W. P. S. T. , M. T. (2023). PENGANTAR & PENERAPAN INTERNEP OF THINGS. PT. Sonpedia Publishing Indonesia. https://books.google.com/books?hl=id&lr=&id=93_QEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA11&dq=Contoh+penerapan+teknologi+saat+ini+adalah+Internet+of+Things+(loT)+dan+Artificial+Intelligence+(AI)+&ots=QWAr2qqd5C&sig=Qd23ZgoVVZUxDiyg7_AZvHdeHLg
Hildayanti, A., & Machrizzandi, M. S. (2020). THE APPLICATION OF IOT (INTERNET OF THINGS) FOR SMART HOUSING ENVIRONMENTS AND INTEGRATED ECOSYSTEMS. Nature: National Academic Journal of Architecture, 7(1), 80. https://doi.org/10.24252/nature.v7i1a6
Lea. (n.d.). 2019 Global Status Report for Buildings and Constructi on Towards a zero-emissions, effi cient and resilient buildings and constructi on sector. www.iea.org
Lestari, I., Oktafira Melinda, P., & Safeyah, M. (n.d.). PRINSIP SMART BUILDING PADA CAPITAL TOWER SINGAPURA.
Martha Anggraeni, N. (2023). Analisis Dampak Perubahan Iklim dan Pola Angin Pada Lingkungan Global (Vol. 02, Issue 4). http://jurnal.minartis.com/index.php/jpst/
Muhammad, O. :, & Alfatih, W. (n.d.). SISTEM INFORMASI SMART BUILDING MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS INTERNET OF THINGS DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK LARAVEL PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2023.
Omar, O. (2018). Intelligent building, definitions, factors and evaluation criteria of selection. Alexandria Engineering Journal, 57(4), 2903–2910. https://doi.org/10.1016/j.aej.2018.07.004
Phillip Tracy. (2016). The World’s Most Intelligent Smart Building: the Edge in Amsterdam. https://www.rcrwireless.com/20161110/network-infrastructure/inbuildingtech/smartest-building-in-the-world
Prof. Mohammed Ali Berawi, M. Eng. Sc. , Ph. D. Prof. Y. A. Y. M. Arch. , Ph. D. Dr. M. S. S. Ars. , M. T. S. P. L. S. T. E. R. S. T. (2023). Pedoman Bangunan Cerdas Nusantara Transformasi Hijau dan Digital Otorita Ibu Kota Nusantara.
Sensoworks. (2023). The Edge Amsterdam_ Building the Future with IoT Technology – Sensoworks.
.
.