Dari Sampah Popok menjadi Material Konstruksi Hijau yang Cerdas: Inovasi Bata Interlock Untuk Masa Depan Berkelanjutan

📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 28

Diitulis Oleh Kaylee Alifah Nurfathiyyah.

“Ubah Limbah, Bangun Masa Depan”

URGENSI INOVASI UNTUK MENANGANI LIMBAH POPOK DI INDONESIA

Berdasarkan data dari BPS (2020) terdapat 15.453.694 jiwa penduduk berusia 0–4 tahun Angka ini menunjukkan tingginya kebutuhan popok sekali pakai di keluarga dengan balita, menghasilkan limbah popok besar setiap harinya. Di Indonesia, limbah popok bayi sekali pakai telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Berdasarkan data dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), setidaknya ada potensi penggunaan popok hingga 17,44 juta per hari dengan potensi limbah popok sebanyak 3.488 ton per hari (Dahron, 2023).

Jumlah besar limbah popok tersebut menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA) dan memiliki dampak negatif terhadap lingkungan karena waktu degradasinya yang sangat lama, antara 500 hingga 800 tahun. Hal ini disebabkan oleh bahan-bahan sintetis seperti poliester, polietilen, dan polipropilen yang sulit terdegradasi. Selain itu, limbah popok bayi juga berkontribusi terhadap pemanasan global melalui produksi gas metana (CH₄) selama proses dekomposisi di TPA. Mengingat besarnya limbah popok dan dampaknya terhadap lingkungan, upaya mengubahnya menjadi material bangunan menawarkan potensi besar untuk solusi berkelanjutan..

INOVASI BATA INTERLOCK DARI LIMBAH POPOK SEBAGAI SOLUSI KONSTRUKSI HIJAU

Bata interlock adalah jenis bata beton yang memiliki mekanisme penguncian khusus, mirip seperti lego, sehingga tidak memerlukan mortar dan dapat mengurangi penggunaan semen dalam konstruksi (Kafrain et al., 2020). Bata ini cocok untuk bangunan sederhana dan tidak memerlukan kekuatan tekan yang tinggi.

Gambar 1. Bata interlock dengan desain penguncian untuk konstruksi sederhana tanpa kebutuhan mortar yang berlebihan

Sumber: Jitu Property (2024). Diambil dari https://www.jituproperty.com/articles/mengatasi-backlog-perumahan-dengan-teknologi-bata-361.

Penggunaan limbah popok sebagai bahan utama bata interlock menawarkan banyak manfaat, tidak hanya bagi lingkungan tetapi juga ekonomi dan sosial. Inovasi ini memanfaatkan kandungan hidrogel superabsorben (HAS) dalam limbah popok bayi sebagai komponen utama untuk meningkatkan daya serap air dan kekuatan bata interlock, memberikan solusi berkelanjutan yang tidak hanya mengurangi limbah tetapi juga meningkatkan kualitas material konstruksi. Penggunaan limbah popok pada bata interlock menawarkan manfaat lingkungan dan ekonomi, mengurangi biaya pengolahan limbah, serta menyediakan bahan konstruksi yang lebih murah dan ramah lingkungan (Rhufyano et al., 2017).

Penggunaan HAS dalam bata interlock memiliki beberapa keunggulan. Selain membantu dalam menjaga kelembapan bata, HAS juga meningkatkan kekuatan tekan dan daya tahan terhadap cuaca ekstrem. Hal ini menjadikan bata interlock dari limbah popok sebagai material konstruksi yang lebih adaptif dan tahan lama, sekaligus mendukung konstruksi berkelanjutan dengan mengurangi kebutuhan material baru. Dari aspek ekonomi, bata ini dapat diterapkan pada berbagai bangunan ringan seperti pos ronda, greenhouse, kandang, gudang, tempat duduk taman, dan pagar. Dari sisi sosial, inovasi ini mendorong kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan sampah dan pemanfaatannya. Melalui pendekatan ekologi industri dan ekonomi sirkular, inovasi ini juga menekankan pentingnya pemanfaatan limbah dalam konsep daur ulang penuh atau “closed-loop”. Dengan demikian, Pemanfaatan limbah popok dalam bata interlock mendukung konsep ‘waste-to-resource,’ mengubah limbah menjadi produk bernilai ekonomis.

Gambar 2. Diagram Circular Economy dalam Inovasi Bata Interlock dari Limbah Popok Bayi.

Menariknya, popok bayi mengandung hidrogel, sejenis gel yang memiliki kemampuan untuk menyerap dan menahan air. Hidrogel yang paling sering digunakan adalah sodium polyacrylate atau “super absorbent polymer” (SAP), yang mampu menahan cairan hingga tiga puluh kali beratnya (Anwar, 2017 dalam Prasetyo dkk., 2021). Sifat ini memungkinkan bata yang dibuat dari limbah popok memiliki daya serap dan kemampuan retensi air yang baik, sehingga dapat meningkatkan ketahanan bata dan mempermudah proses curing.

Bata interlock dari limbah popok mendukung konstruksi bangunan hijau dengan mengurangi limbah di TPA dan penggunaan bahan baku baru (Pasaribu et al., 2020). Inovasi ini sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), terutama tujuan poin nomor 12 yaitu konsumsi dan produksi yang berkelanjutan, dan SDG nomor 13, yakni penanganan perubahan iklim. Penggunaan material daur ulang juga memberikan kontribusi positif pada pengurangan emisi karbon. Bata interlock dari limbah popok dapat berfungsi serupa dengan material rendah karbon lainnya, karena memanfaatkan bahan daur ulang yang dapat mengurangi kebutuhan bahan baru, seperti pasir dan semen, yang produksinya diketahui memiliki jejak karbon tinggi (Ng, 2023). Sebagai contoh, penggunaan beton rendah karbon ECOPact yang mengurangi emisi CO₂ hingga 30% dibandingkan beton standar menunjukkan bahwa material daur ulang mampu berkontribusi signifikan pada pengurangan emisi. Demikian pula, bata interlock dari limbah popok memiliki potensi serupa dalam konstruksi bangunan hijau dan dapat menjadi alternatif material yang diakui dalam praktik keberlanjutan. Sistem interlock memungkinkan pemasangan bata yang lebih cepat dan lebih hemat biaya, mengurangi ketergantungan pada mortar dan bahan kimia lainnya. Dengan sistem ini, konstruksi bisa dilakukan lebih efisien, mendukung upaya konstruksi berkelanjutan.

Proses pembuatan bata interlock dari limbah popok bayi bekas melibatkan beberapa tahap:

.

Gambar 3. Diagram Proses Pengolahan Limbah Popok Bayi Menjadi Bata Interlock.

1. Pengumpulan dan Pemilahan

Popok bekas dikumpulkan, dibersihkan, dan dipisahkan lapisan-lapisan utamanya yaitu polimer, plastik, kapas, dan hidrogel superabsorben (HAS). HAS dipisahkan secara hati-hati untuk memastikan tidak ada kontaminan yang tersisa..

2. Sterilisasi dan Pengeringan

HAS yang telah dipisahkan dicuci dengan desinfektan, disterilkan, dan dikeringkan hingga bebas air.

3. Penghancuran

HAS yang bersih dihancurkan menjadi partikel kecil untuk memastikan distribusi merata dalam campuran bata, sehingga daya serap dan kekuatan bata optimal.

4. Pencampuran dan Pencetakan

HAS dicampur dengan semen, pasir, dan air dalam proporsi tertentu untuk memaksimalkan daya serap dan kekuatan bata. Campuran ini kemudian dituangkan ke dalam cetakan bata interlock dan dipadatkan untuk mencegah rongga.

5. Curing

Bata yang dicetak menjalani proses curing selama beberapa hari untuk memperkuat strukturnya, baik secara alami maupun dengan metode curing basah.

6. Pengujian Kualitas

Setelah curing, bata diuji untuk memastikan daya serap air dan kekuatan tekan sesuai standar. Hal ini memastikan bahwa bata interlock yang dihasilkan tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga memiliki kualitas dan ketahanan tinggi.

Pemanfaatan limbah popok sebagai material konstruksi melalui inovasi bata interlock menawarkan beberapa keunggulan signifikan, terutama dalam hal lingkungan, efisiensi, dan biaya (Nuralfiliani et al., 2024). Pertama, bata interlock dari limbah popok dapat secara drastis mengurangi volume sampah di tempat pembuangan akhir (TPA), yang selama ini menjadi masalah lingkungan besar. Dengan mengubah limbah popok menjadi material konstruksi, tekanan pada TPA berkurang, dan dampak negatif terhadap lingkungan akibat akumulasi sampah popok pun menurun. Limbah popok yang tadinya memerlukan ratusan tahun untuk terurai kini diubah menjadi produk yang bermanfaat dan berdaya guna.

Kedua, bata interlock ini juga ramah lingkungan karena mampu menghemat pasir dan bahan baku alami lainnya. Dalam proses produksinya, bata dari limbah popok ini tidak hanya menggunakan material daur ulang, tetapi juga mengurangi eksploitasi sumber daya alam.

Hal ini sejalan dengan upaya pelestarian lingkungan, di mana inovasi ini tidak hanya mengurangi limbah tetapi juga mengurangi kebutuhan akan bahan baku baru, sehingga turut mendukung praktik-praktik keberlanjutan. Ketiga, dari segi efisiensi pemasangan, bata interlock dari limbah popok memiliki sistem penguncian yang memungkinkan pemasangan tanpa memerlukan mortar, sehingga waktu dan biaya konstruksi dapat ditekan secara signifikan. Penggunaan sistem interlock ini meminimalisir penggunaan semen yang biasanya menghasilkan emisi karbon, sehingga konstruksi dengan bata ini menjadi lebih ramah lingkungan. Selain itu, sistem penguncian khusus ini memungkinkan proses pembangunan berlangsung lebih cepat dan efektif.

Inovasi bata interlock dari limbah popok memiliki beragam aplikasi, terutama pada bangunan ringan. Bata ini dapat digunakan untuk berbagai jenis konstruksi sederhana, seperti dinding pos ronda, greenhouse, kandang hewan, gudang, tempat duduk taman, serta pagar dan struktur non-struktural lainnya. Karena kekuatannya yang cukup untuk kebutuhan konstruksi ringan, bata ini juga cocok untuk proyek-proyek kecil atau bangunan sementara. Dengan fleksibilitas penggunaan ini, bata interlock dari limbah popok memberikan alternatif ramah lingkungan yang terjangkau bagi proyek-proyek konstruksi yang tidak memerlukan struktur yang sangat kuat (Pasaribu et al., 2020). Selain itu, konsep pemanfaatan limbah popok ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut di masa depan. Dalam skala yang lebih besar, teknologi daur ulang ini bisa menjadi solusi berkelanjutan untuk wilayah lain yang menghadapi masalah limbah serupa. Dengan dukungan yang memadai, teknologi ini dapat memberikan dampak positif terhadap lingkungan, sekaligus menciptakan produk bangunan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Bata interlock dari limbah popok memiliki potensi besar sebagai solusi inovatif, namun beberapa faktor perlu diperhatikan. Tantangan utama adalah biaya produksi tinggi karena proses pengolahan yang kompleks, yang bisa diatasi melalui kolaborasi sektor swasta atau subsidi pemerintah serta peningkatan skala produksi. Edukasi dan sertifikasi resmi diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap kualitas dan keamanan bata ini. Dukungan kebijakan, seperti insentif pajak untuk material daur ulang, juga penting agar bata ini dapat bersaing di pasar konstruksi. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk memastikan ketahanan dan performa bata dalam berbagai kondisi.

MASA DEPAN KONSTRUKSI HIJAU DENGAN MATERIAL DAUR ULANG

Inovasi bata interlock dari limbah popok bayi adalah langkah nyata dalam mengakselerasi pengembangan bangunan hijau dan cerdas melalui penerapan material daur ulang. Dengan mengoptimalkan hidrogel superabsorben (HAS) sebagai bahan utama, inovasi ini tidak hanya berfungsi sebagai solusi daur ulang untuk mengurangi sampah di TPA, tetapi juga meningkatkan kualitas dan daya tahan material bangunan, sesuai dengan tujuan pembangunan berkelanjutan. Inovasi ini sejalan dengan SDGs, khususnya tujuan 12 tentang konsumsi berkelanjutan dan tujuan 13 terkait penanganan perubahan iklim.

Dukungan dari pemerintah, masyarakat, dan institusi, serta penelitian tambahan, sangat diperlukan untuk mengembangkan potensi inovasi bata interlock dari limbah popok sehingga bisa menjadi pilar utama dalam akselerasi pembangunan hijau yang berkelanjutan dan ramah lingkungan di masa depan..

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2023, 28 Februari). Statistik Indonesia 2023. Badan Pusat Statistik. https://www.bps.go.id/publication/2023/02/28/18018f9896f09f03580a614b/statistik-indonesia-2023.html

Dahron, M. (2023). Sampah Popok Bayi: Ancaman Serius bagi Lingkungan. Kompasiana. https://www.kompasiana.com/muhammaddahron2351/66daa07e34777c0a483f77f2/sampah-popok-bayi-ancaman-serius-bagi-lingkungan

Jitu Property. (2024). Mengatasi Backlog Perumahan dengan Teknologi Bata Interlock. Diambil dari https://www.jituproperty.com/articles/mengatasi-backlog-perumahan-dengan-teknologi-bata-361

Kafrain, I. G. Y., Roring, H., & Moniaga, F. (2020). Batako Ringan Interlock Material Komposit. Indonesian Journal of Fundamental Sciences Vol, 6(2).

Ng, A. (2023). Beyond sustainability: Adopt Regenerative Materials. Tocco. [online] 8 Nov. Available at: https://tocco.earth/article/beyond-sustainability/#author-section [Diakses 8 Nov. 2024].

Nuralfiliani, N., Mustakim, M., & Jabir, M. (2024). Pemanfaatan Limbah Hidrogel Popok Bayi Sebagai Bahan Campuran Pembuatan Bata Ringan. Sultra Civil Engineering Journal, 5(2), 322-329.

Pasaribu, A. L., Basuki, B., & Darmanijati, M. R. S. (2020). Pemanfaatan Limbah Popok Bayi sebagai Bahan Campuran Pembuatan Paving Block. Jurnal Rekayasa Lingkungan, 20(1).

Prasetyo, F. D., Triasti, R. D., & Ayuningtyas, E. (2021). Pemanfaatan limbah popok bayi (diapers) sebagai media tanam. Jurnal Rekayasa Lingkungan, 21(1).

Republika. (2024, November 6). Peneliti BRIN Soroti Perlunya Penanganan Sampah Popok dan Pembalut. Diakses dari https://tekno.republika.co.id/berita/sdvmld370/peneliti-brin-soroti-perlunya-penanganan-sampah-popok-dan-pembalut

Rhufyano, A. F., Sari, P., & NK D & Sabila, N. I. (2017). Pemanfaatan Wadah Telur Bekas Berbasis Kertas Menjadi Batako Ramah Lingkungan Sebagai Upaya Mengurangi Limbah Kertas. Lomba Karya Tulis Ilmiah Diponegoro Chemistry Fair.

Centre for Development of Smart and Green Building (CeDSGreeB) didirikan untuk memfasilitasi pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) di sektor bangunan melalui berbagai kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pelatihan. Selain itu, CeDSGreeB secara aktif memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan yang mendorong dekarbonisasi di sektor bangunan, khususnya di daerah tropis.

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 5 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 2

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

2 Comments

  1. Surya z.d 11 November 2024 at 17:04 - Reply

    Inovasi masa depan…perfect

  2. Runa 11 November 2024 at 17:42 - Reply

    素晴らしい論文でした。

Leave A Comment