bangunan cerdas

Bangunan Cerdas untuk Indonesia Emas 2045: Inovasi Lingkungan yang Berkelanjutan

📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 23

Ditulis oleh Desmalia Safitri

Pendahuluan

  Di tengah ancaman nyata dari perubahan iklim dan urbanisasi yang semakin pesat, kita pelu bertanya: bagaimana kita dapat memastikan bahwa masa depan yang berkelanjutan menjadi kenyataan? Faktanya, bangunan menyumbang hampir 40% dari total konsumsi energi global dan lebih dari sepertiga emisi gas kaca. Kalau kita serius ingin mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 yaitu Indonesia menjadi negara maju, berdaya saing tinggi, dan berkelanjutan. Kita perlu bertindak untuk mencapai hal ini yaitu dengan diperlukannya teknologi terbaru, seperti Internet of Things (IoT) dan sistem energi terbarukan yang menjadi kunci dalam pengembangan bangunan hijau dan cerdas.

  Bangunan hijau adalah struktur yang didesain untuk mengurangi dampak lingkungan lewat efisiensi energi dan penggunaan material yang ramah lingkungan. Sedangkan, bangunan cerdas memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kenyamanan dan efisiensi, melalui sistem otomatisasi yang responsif. Jadi, dua hal ini benar-benar cocok untuk masa depan yang lebih maju.

Apa itu Sebenarnya Bangunan Hijau dan Cerdas?

  Di masa sekarang, dengan perubahan iklim yang sulit diprediksi dan semakin meningkatnya urbanisasi merupakan langkah konkret yang dapat dilakukan untuk mengembangkan bangunan hijau dan cerdas. Contoh nyata dari bangunan hijau yang sukses di Indonesia adalah Green Office Park di Jakarta, yang mengadopsi penggunaan material lokal dan strategi manajemen air inovatif. Green building atau bangunan hijau merupakan konsep bangunan yang dirancang untuk efisiensi dan ramah lingkungan. Bangunan jenis ini harus mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan seminimal mungkin, mulai dari tahap perancangan hingga pengoperasian dan pemeliharaan (Kibert, C. J. 2016). Bangunan pintar atau Bangunan Gedung Cerdas (BGC) adalah bangunan hijau yang merupakan sistem manajemen pintar yang responsive terhadap konteks kawasan, lingkungan, dan kebutuhan pengguna, dengan memanfaatkan teknologi tinggi yang terintegritas (Rafael, G. et al. 2019).

Kenapa infrastruktur berkelanjutan penting banget?

  Di era yang penuh tantangan ini, kebutuhan akan infrastruktur yang berkelanjutan semakin mendesak. Urbanisasi yang sangat pesat bikin peningkatan permintaan akan hunian dan ruang publik. Bangunan berkelanjutan tidak hanya berkontribusi dalam mengurangi dampak lingkungan tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Studi menunjukkan bahwa lingkungan yang lebih hijau dapat meningkatkan kesehatan mental dan fisik, menciptakan masyarakat yang lebih produktif dan bahagia. Dengan pendekatan ini, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan aman bagi generasi berikutnya.

  Menurut laporan dari International Energy Agency (IEA), bangunan bertanggung jawab atas hampir 40% dari total konsumsi energi global dan lebih dari satu pertiga dari emisi gas rumah kaca. Jadi, pengoptimalan efisiensi energi di bangunan dapat mengurangi emisi ini secara signifikan. Data dari United Nations Environment Programme (UNEP) juga menunjukkan bahwa implementasi bangunan hijau dapat mengurangi konsumsi energi hingga 50% dibangdingkan bangunan konvensional (UNEP, 2019).

  Salah satu contoh nyata dari penerapan teknologi terbarukan dalam mengurangi konsumsi energi adalah kantor pusat Bank Central Asia (BCA) yang terletak di Bumi Serpong Damai. Gedung ini berhasil meraih sertifikasi Greenship Platinum pada tahun 2021 dari Green Building Council Indonesia. Gedung ini menerapkan berbagai teknologi, seperti pemanfaatan air minum daur ulang, sistem otomatisasi bangunan, dan penggunaan kaca double glass. Implementasi teknologi ini berdampak positif dalam mengurangi emisi karbon serta penggunaan energi yang lebih hemat.

Langkah-Langkah untuk Mewujudkan Bangunan Cerdas

   Langkah yang bisa kita ambil untuk mendukung bangunan cerdas:

1. Integrasi Teknologi Internet of Things (IoT) untuk Efisiensi Energi: Integrasi IoT adalah proses menghubungkan perangkat dengan aplikasi dan basis data untuk memanfaatkan data real-time. Dengan memanfaatkan sensor IoT, sistem dalam bangunan dapat diatur secara otomatis untuk memantau konsumsi energi dan suhu. Contoh nyata pemanfaatan IoT adalah sensor gerak yang dapat mengontrol pencahayaan di ruangan, sehingga lampu hanya menyala saat dibutuhkan. Penggunaan smart meters memungkinkan pemilik bangunan untuk memantau dan mengendalikan penggunaan energi secara real-time. Menurut laporan McKinsey, penggunaan IoT dapat mengurangi konsumsi energi hingga 20% dalam bangunan komersial (McKinsey & Company, 2021).

Kota Cerdas: Integrasi Teknologi dalam Perencanaan dan ...

2. Penerapan Energi Terbarukan: Di Indonesia, sudah ada berbagai jenis energi terbarukan yang telah dirancang dan dilaksanakan. Memanfaatkan energi surya, bayu, hidro, bioenergi, dan panas bumi dapat menjadi solusi untuk energi bangunan hijau dan cerdas. Penelitian menunjukkan bahwa penerapan energi terbarukan dapat mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan meningkatkan keberlanjutan. IRENA (2020) melaporkan bahwa penggunaan energi terbarukan dalam bangunan dapat mengurangi konsumsi energi hingga 50% jika diterapkan secara efektif. Menurut laporan REN21, kapasitas energi terbarukan global tumbuh lebih dari 10% setiap tahunnya, dengan energi surya dan angin menjadi yang terdepan (REN21, 2021).

3. Desain Bioklimatik untuk Mengoptimalkan Sumber Daya Alam: Desain bioklimatik menjadi solusi dalam menghemat energi dengan mempertimbangkan kondisi iklim dan lingkungan untuk memaksimalkan kenyamanan penghuni. Contohnya, penggunaan AC dapat dikurangi dengan memperhitungkan arah angin dan sinar matahari. Ventilasi alami, taman atap (green roof), dan dinding hijau (green wall) juga dapat membantu menyejukkan bangunan secara alami. Menurut penelitian oleh Green Building Council, desain yang responsif dapat mengurangi konsumsi energi hingga 30% (Green Building Council, 2018).

4. Penggunaan Teknologi Blockchain untuk Transparansi Data Lingkungan: Teknologi blockchain dapat dimanfaatkan untuk mencatat dan mengelola data lingkungan secara transparan dalam bangunan cerdas. Dengan blockchain, data konsumsi energi, pemanfaatan sumber daya, dan emisi karbon dapat dicatat secara terbuka dan tidak dapat diubah. Ini memungkinkan pemilik dan pengguna bangunan untuk memantau dan bertanggung jawab terhadap dampak lingkungan yang dihasilkan (Harvard Business Review, 2020).

5. Edukasi dan Kesadaran Pengguna: Pengembangan bangunan hijau dan cerdas tidak akan berjalan optimal tanpa adanya kesadaran pengguna. Pemerintah perlu memberikan edukasi tentang pentingnya pengembangan bangunan hijau yang dapat meningkatkan kesadaran bahwa bukan hanya teknologi yang terlibat, tetapi juga partisipasi aktif masyarakat. Menurut studi dari World Green Building Council, kesadaran pengguna berkontribusi pada keberhasilan implementasi bangunan hijau (WGBC, 2021).

6. Kebijakan dan Regulasi yang Mendukung: Untuk mewujudkan bangunan hijau dan cerdas, perlu ada kebijakan dan regulasi yang mendukung dari pemerintah. Misalnya, insentif pajak untuk pembangunan bangunan hijau, standar bangunan yang mengatur penggunaan material ramah lingkungan, serta program sertifikasi bangunan hijau dapat meningkatkan daya tarik investasi. Regulasi yang jelas dan ketat akan mendorong para pengembang untuk menerapkan praktik pembangunan yang berkelanjutan. Di Jerman dan Swedia, penerapan insentif pajak untuk bangunan hijau telah meningkatkan pembangunan infrastruktur ramah lingkungan hingga 20% dalam dekade terakhir (European Commission, 2020)..

Manfaat Bangunan Hijau dan Cerdas

  Pembangunan hijau adalah tanggung jawab bersama. Dengan kondisi iklim yang semakin berubah, dampak polusi, deforestasi, dan kerusakan ekosistem semakin terasa setiap hari. Ketika pemerintah memprioritaskan pembangunan hijau, mereka tidak hanya menciptakan infrastruktur fisik yang efisien, tetapi juga berkomitmen untuk menjaga warisan alam kita bagi generasi mendatang.

  Lebih lanjut, pembangunan hijau dan cerdas berperan penting dalam mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Dengan mengurangi emisi gas rumah kaca dan mempersiapkan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, kita bisa lebih siap menghadapi tantangan yang akan datang. Saat ini, bukan hanya teknologi yang diperlukan, tetapi juga kolaborasi antara pemerintah, pengembang, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang lebih berkelanjutan.

  Salah satu keuntungan terbesar dari pembangunan hijau adalah efisiensi energi yang tinggi. Dengan mengadopsi teknologi cerdas, bangunan tidak hanya mengurangi biaya operasional, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil. Ini memberikan manfaat tidak hanya bagi pemilik bangunan, tetapi juga untuk masyarakat luas. Kita dapat merasakan dampak positif dari pengurangan biaya dan peningkatan kemandirian energi. Dan yang lebih penting, pembangunan hijau dan cerdas memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Ruang yang sehat dan nyaman meningkatkan produktivitas dan kebahagiaan, yang pada akhirnya bermanfaat untuk semua.

  Lebih jauh lagi, pembangunan yang berkelanjutan juga berkaitan erat dengan kualitas hidup masyarakat. Ketika pemerintah mengedepankan bangunan hijau, kita menciptakan ruang yang lebih sehat dan nyaman. Investasi ini tidak hanya untuk infrastruktur, tetapi juga untuk kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, yang pada gilirannya meningkatkan produktivitas dan kebahagiaan.

.

Kesimpulan
  Teknologi terbarukan dalam bangunan cerdas adalah langkah penting menuju visi Indonesia Emas 2045. Melalui inovasi seperti IoT dan energi terbarukan, kita dapat secara signifikan mengurangi konsumsi energi dan dampak lingkungan. Kita semua memiliki peran dalam menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan. Mari kita dukung dan pembangunan yang ramah lingkungan, agar kita bisa meninggalkan warisan yang lebih baik bagi generasi berikutnya. Dengan kesadaran pengguna dan dukungan kebijakan akan memperkuat upaya ini, menjadikan pembangunan hijau sebagai tanggung jawab bersama.

  Dengan berinvestasi dalam infrastruktur berkelanjutan, kita tidak hanya menciptakan lingkungan yang efisien, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Saatnya kita beraksi bersama-sama, kita dapat mewujudkan visi Indonesia yang lebih berkelanjutan dan berdaya saing tinggi, serta menjaga warisan alam untuk generasi mendatang.

.

DAFTAR PUSTAKA

  • European Commission. 2020. Tax Incentives for Green Buildings in Germany and Sweden. European Commission Publications Office.
  • Green Building Council. 2018. Responsive Design Strategies for Energy Reduction.
  • Harvard Business Review. 2020. The Impact of Blockchain on Business Models. Harvard Business Publishing.
  • Kibert, C. J. 2016. Sustainable Construction: Green Building Design and Delivery. John Wiley & Sons, New Jersey, NJ.
  • McKinsey & Company. 2021. 2021 ESG Report: Accelerating Sustainable and Inclusive Growth. McKinsey & Company.
  • REN21. 2021. Renewable Energy Capacity Statistics 2021. REN21 Secretariat.
  • Rafael, G., et al. 2019. Smart Buildings: A Comprehensive Overview.
  • UNEp. 2019. The Role of Green Buildings in Reducing Energy Consumption. United Nations Environment Programme.
  • WGBC. 2021. User Awareness and Its Contribution to the Success of Green Building Implementation. World Green Building Council.
Centre for Development of Smart and Green Building (CeDSGreeB) didirikan untuk memfasilitasi pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) di sektor bangunan melalui berbagai kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pelatihan. Selain itu, CeDSGreeB secara aktif memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan yang mendorong dekarbonisasi di sektor bangunan, khususnya di daerah tropis.

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 5 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 1

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment