Diskusi Implementasi Bangunan Gedung Hijau dan Bangunan Cerdas di Kota Surabaya: Cedsgreeb Berkunjung ke Dinas Cipta Karya Surabaya dan ITS

Last Updated: 6 March 2025By
📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 4

Surabaya, 4-5 Februari 2025 – Cedsgreeb terus menunjukkan komitmennya dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan melalui serangkaian diskusi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti yang berlangsung di Surabaya dengan PUPR Kota Surabaya dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Diskusi yang diselenggarakan pada 4 dan 5 Februari 2025 ini bertujuan untuk membahas implementasi Bangunan Gedung Hijau (BGH) dan Bangunan Gedung Cerdas (BGC) di Surabaya. Acara ini dihadiri oleh perwakilan pemerintah kota, akademisi, dan tim CeDSGreeB (Center for Development of Sustainable and Green Buildings), serta para peneliti dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Hari Pertama: Diskusi dengan Pemerintah Kota Surabaya

Kunjungan Cedsgreeb ke Dinas Cipta Karya Surabaya

Agenda 1: Perkenalan CeDSGreeB

Diskusi dibuka dengan perkenalan tim CeDSGreeB oleh Ibu Sentagi Sesotya Utami, Ph.D., yang menjelaskan peran CeDSGreeB sebagai knowledge hub dalam bidang bangunan hijau dan cerdas. CeDSGreeB bertujuan untuk menghubungkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk akademisi, pemerintah, LSM, dan industri, dalam upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan. “CeDSGreeB tidak hanya berfokus pada penelitian, tetapi juga pada penyebaran pengetahuan dan strategi menuju bangunan rendah emisi,” jelas Ibu Sentagi.

Tim CeDSGreeB juga memaparkan tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan pemahaman tentang bangunan hijau di berbagai daerah. “Pemahaman tentang bangunan hijau masih rendah, sehingga diperlukan kolaborasi untuk edukasi dan implementasi,” tambah Ibu Prof. Faridah, salah satu anggota tim CeDSGreeB.

Agenda 2: Perkenalan dari Pemerintah Surabaya

Perwakilan pemerintah Kota Surabaya, dipimpin oleh Bapak Harindra dari Dinas Cipta Karya, menyampaikan bahwa pemahaman tentang bangunan hijau di kalangan aparatur pemerintah masih terbatas. “Kami masih memerlukan banyak pembelajaran tentang apa sebenarnya bangunan hijau, apakah hanya terkait struktur fisik atau juga mencakup sistem interior dan lainnya,” ujar Bapak Harindra.

Meskipun demikian, pemerintah Surabaya telah mengambil beberapa inisiatif, seperti penghargaan untuk bangunan yang ramah lingkungan pada tahun 2014. Penghargaan tersebut diberikan dalam beberapa kategori, termasuk mall, hotel, perkantoran, dan apartemen. Namun, upaya ini masih perlu ditingkatkan untuk mencapai standar bangunan hijau yang lebih komprehensif.

Agenda 3: Paparan dari CeDSGreeB

Dr. Ari Bimo Prakoso dari CeDSGreeB memaparkan tiga tujuan utama organisasi Cedsgreeb: pembelajaran dari implementasi di berbagai daerah, penyebaran pengetahuan tentang bangunan hijau, dan strategi menuju Zero Energy Building (ZEB). “Kami telah mengunjungi berbagai daerah untuk memahami tantangan dan peluang dalam penerapan bangunan hijau,” jelas Dr. Bimo.

CeDSGreeB juga telah menerbitkan buku “Peta Jalan Penyelenggaraan dan Pembinaan Bangunan Hijau” yang bekerja sama dengan Green Building Performance Network (GBPN) dan Kementerian PUPR. Buku tersebut menjadi referensi utama dalam implementasi kebijakan bangunan hijau di Indonesia. Contoh konkret implementasi bangunan hijau adalah Gedung Smart and Green Learning Center (SGLC) Fakultas Teknik UGM dan Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) di UGM yang dirancang dengan standar bangunan hijau.

Agenda 4: Tanggapan dan Diskusi

Diskusi berlanjut dengan tanggapan dari perwakilan pemerintah Surabaya. Ibu Ida dari Dinas Cipta Karya menyatakan bahwa banyak kegiatan terkait bangunan hijau masih terbuka untuk dikembangkan. Sementara itu, perwakilan Dinas Lingkungan Hidup mengajukan pertanyaan tentang lingkup bangunan hijau, khususnya terkait konsumsi energi dan air. “Kami telah melakukan audit energi, tetapi masih kesulitan menghubungkan konsumsi energi dengan emisi karbon,” ujarnya.

Ibu Sentagi dan tim CeDSGreeB menjelaskan bahwa emisi karbon harus dikaitkan dengan ruang terbuka hijau (RTH) dan penggunaan energi terbarukan. “Pengembangan dashboard untuk memantau konsumsi energi di seluruh bangunan dapat menjadi solusi,” tambah Ibu Prof. Faridah.

Agenda 5: Tindak Lanjut

Sebagai tindak lanjut, CeDSGreeB mengusulkan penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) dengan pemilik bangunan komersial di Surabaya. “Kami juga berharap dapat menjalin kerja sama formal dengan pemerintah Kota Surabaya melalui Memorandum of Understanding (MoU),” ujar Ibu Sentagi.


Hari Kedua: Diskusi dengan Peneliti ITS

Kunjungan Cedsgreeb ke Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Agenda 1: Perkenalan oleh ITS dan CeDSGreeB

Pada hari kedua, diskusi dilanjutkan di Research Center ITS. Direktur Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) ITS, Bapak Fadlilatul Taufany, S.T., Ph.D., memaparkan fungsi gedung research center ITS sebagai pusat kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat. Ibu Sentagi kembali menjelaskan sejarah dan transformasi CeDSGreeB, yang awalnya berfokus pada penelitian bangunan hijau dan cerdas di UGM.

Agenda 2: Paparan dari CeDSGreeB

Pak Dr. Ari Bimo, Ibu Prof. Faridah, dan Pak Dr. Siddiq memaparkan kembali tiga tujuan utama CeDSGreeB serta contoh implementasi bangunan hijau di UGM. “Kami juga sedang mengembangkan rumah pre-fabrication yang berpotensi menjadi solusi untuk bangunan rendah emisi,” jelas Pak Dr. Siddiq.

Agenda 3: Masukan dan Diskusi

Bapak Totok Suhartanto dari ITS mengapresiasi inisiatif CeDSGreeB. “Kami berharap Bidang Minat Rekayasa Bangunan di ITS dapat menjadi media kerja sama dengan CeDSGreeB,” ujarnya. Diskusi juga membahas potensi kolaborasi dengan NGO seperti C40, yang menawarkan pendanaan yang lebih fleksibel.

Agenda 4: Tindak Lanjut

Sebagai langkah konkret, CeDSGreeB dan ITS sepakat untuk menyelenggarakan FGD yang melibatkan universitas-universitas lain. “Kami berharap kolaborasi ini dapat mempercepat implementasi bangunan hijau di Surabaya dan sekitarnya,” tutup Ibu Sentagi.


Kesimpulan

Diskusi dua hari ini menunjukkan komitmen kuat dari berbagai pihak untuk mewujudkan Surabaya sebagai kota yang berkelanjutan. Dengan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan organisasi seperti CeDSGreeB, diharapkan implementasi bangunan hijau dan cerdas dapat segera terwujud, membawa manfaat bagi lingkungan dan masyarakat Surabaya.

About the Author: Nur Abdillah Siddiq

Dr. Siddiq adalah seorang dosen di Fakultas Teknik dengan dedikasi yang mendalam terhadap penelitian dan pengembangan teknologi jendela cerdas dalam bangunan pintar. Sebagai seorang pembelajar sepanjang hayat, beliau terus berkontribusi pada inovasi dan keberlanjutan dalam sektor bangunan cerdas dan hijau melalui kegiatan akademik dan penelitian.

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 0 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 0

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment