Kolaborasi CeDSGreeB dan YKK AP R&D Center Indonesia: Mendorong Inovasi Bangunan Hijau di Indonesia

Last Updated: 7 March 2025By
📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 3

Jakarta, 21 Januari 2025 – Dalam upaya memperkuat hubungan antara dunia akademik dan industri, diskusi antara CeDSGreeB dan YKK AP R&D Center Indonesia berlangsung dengan sukses di pusat penelitian dan pengembangan (R&D) YKK AP Indonesia. Diskusi tersebut menjadi wadah bagi kedua belah pihak untuk membahas inovasi dalam produk arsitektur serta strategi dalam implementasi bangunan hijau di Indonesia.

Profil R&D YKK AP Indonesia

YKK AP Indonesia, sebagai salah satu perusahaan terkemuka dalam pengembangan produk arsitektur berbasis aluminium, memaparkan berbagai inovasi yang telah mereka kembangkan. Salah satu produk unggulan yang mereka buat adalah teknologi sliding windows yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan kenyamanan dalam penggunaan jendela. Teknologi tersebut memiliki keunggulan dalam mencegah kebocoran air hujan, menghalangi masuknya asap dan debu, serta meningkatkan efisiensi energi melalui sistem jendela High Performance Window . Keunggulan tersebut memungkinkan jendela untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan tropis, sehingga meningkatkan daya tahan dan kenyamanan penghuni bangunan.

Diskusi Kolaborasi CeDSGreeB dan YKK AP Indonesia

Kolaborasi CeDSGreeB dan YKK AP R&D Center Indonesia

Dalam sesi diskusi yang berlangsung dengan dinamis, CeDSGreeB menyoroti betapa pentingnya kolaborasi antara industri dan akademisi untuk mempercepat implementasi material bangunan hijau. Dr. Eng. Andhang Rakhmat Trihamdani, selaku senior engineer di YKK AP R&D Center Indonesia, menegaskan bahwa pengembangan produk harus didasarkan pada kebutuhan pasar dan pelanggan. Terlebih lagi, desain dan inovasi produk harus disesuaikan dengan kondisi iklim tropis di Indonesia untuk memastikan efektivitasnya dalam penggunaan sehari-hari.

Dalam mendukung pengembangan produk, YKK AP Indonesia membagi tim penelitian mereka ke dalam dua kelompok utama, yaitu tim riset yang bertanggung jawab dalam mengkaji konsep dan kebutuhan produk, serta tim pengembangan yang fokus pada penciptaan produk siap pakai. Tahapan penelitian juga dilakukan secara sistematis, dimulai dari pengaturan kinerja produk, dilanjutkan dengan tahap produksi massal dan fabrikasi, hingga akhirnya masuk ke tahap komersialisasi produk.

Sementara itu, CeDSGreeB memaparkan perannya dalam mendukung kebijakan bangunan hijau. Langkah pertama yang dilakukan adalah menyusun dan menyebarluaskan policy brief kepada instansi pemerintah sejak April 2024. Setelah itu, Cedsgreeb berencana untuk memasuki tahap kedua pada April 2025, yakni berkolaborasi dengan industri guna memastikan implementasi material bangunan hijau yang lebih luas. Namun, tantangan besar dalam implementasi tersebut masih berkaitan dengan regulasi dan ketersediaan material yang ramah lingkungan. Meskipun BAPPENAS telah merumuskan kebijakan terkait bangunan hijau, implementasi di tingkat daerah masih menjadi kendala utama.

Kajian Pasar dan Potensi Implementasi Bangunan Hijau

Dalam pemaparan lebih lanjut, Prof. Faridah dari CeDSGreeB menyoroti tantangan dalam ketersediaan material ramah lingkungan. Saat ini, material tersebut masih sulit ditemukan dan memiliki harga yang relatif tinggi. Selain itu, standar bangunan hijau yang diadopsi dalam purwarupa desain rumah sederhana oleh Kementerian Perumahan juga masih belum optimal dalam menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dan bangunan hijau.

Salah satu solusi yang ditawarkan dalam diskusi ini adalah penerapan Building Management System berbasis daylight factor, yang memungkinkan penggunaan cahaya alami secara lebih efektif dalam bangunan. Teknologi tersebut dapat disinkronkan dengan standar SNI, sehingga memberikan dampak positif dalam efisiensi energi. Pihak YKK AP menyambut baik ide ini dan menyatakan ketertarikan mereka untuk mengeksplorasi lebih lanjut guna meningkatkan efektivitas sistem pencahayaan alami dalam arsitektur modern.

Inovasi Prefabrikasi dan Tantangan Implementasi

Topik lain yang menarik perhatian dalam diskusi ini adalah penggunaan teknologi rumah prefabrikasi (prefab house). Dalam pemaparannya, Dr. Andhang menjelaskan bahwa rumah prefabrikasi memungkinkan pembangunan dilakukan secara lebih cepat dengan menggunakan komponen modular yang diproduksi di pabrik. Teknologi tersebut sudah mulai diterapkan di beberapa proyek besar di Indonesia, seperti di kawasan Pantai Indah Kapuk dan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Namun, tantangan utama dalam implementasi rumah prefabrikasi di Indonesia adalah kesulitan dalam mengadopsi sistem ini ke dalam kebijakan nasional. Meski demikian, YKK AP optimis bahwa industri nasional telah siap untuk mengadaptasi teknologi prefabrikasi secara lebih luas. Selain itu, YKK AP juga melihat peluang bagi UMKM lokal untuk berperan lebih besar sebagai pemasok utama dalam industri prefabrikasi, bukan sekadar menjadi reseller produk dari luar negeri.

Tindak Lanjut dan Rencana Kolaborasi

Sebagai hasil dari FGD ini, beberapa langkah konkret yang akan dilakukan mencakup kolaborasi lebih lanjut dalam penelitian dan pengembangan produk inovatif, serta peran CeDSGreeB sebagai penghubung antara industri dan pemangku kebijakan. YKK AP juga akan menjalin komunikasi dengan berbagai industri terkait seperti Sanwa, Amoda, Accossa, Life House, dan Arsifab untuk mempercepat adopsi teknologi rumah prefabrikasi.

Dalam waktu dekat, FGD lanjutan akan diadakan pada awal Maret 2025 dengan fokus pada aspek keberlanjutan dalam rumah prefabrikasi. Selain itu, akan dilakukan sosialisasi sistem prefabrikasi yang melibatkan industri dan pengembang properti untuk meningkatkan pemahaman mengenai manfaat dan tantangan teknologi ini.

Kesimpulan

Diskusi ini menegaskan bahwa kolaborasi antara industri dan akademisi sangat penting dalam mendorong inovasi di sektor bangunan hijau. Dengan adanya sinergi antara inovasi teknologi yang dikembangkan oleh industri seperti YKK AP dan riset akademik dari CeDSGreeB, diharapkan konsep bangunan berkelanjutan dapat diterapkan secara lebih luas di Indonesia. Melalui langkah-langkah tindak lanjut yang telah disepakati, FGD ini menjadi landasan kuat dalam membangun ekosistem bangunan hijau yang lebih berkelanjutan dan mudah diakses oleh berbagai lapisan masyarakat.

About the Author: Nur Abdillah Siddiq

Dr. Siddiq adalah seorang dosen di Fakultas Teknik dengan dedikasi yang mendalam terhadap penelitian dan pengembangan teknologi jendela cerdas dalam bangunan pintar. Sebagai seorang pembelajar sepanjang hayat, beliau terus berkontribusi pada inovasi dan keberlanjutan dalam sektor bangunan cerdas dan hijau melalui kegiatan akademik dan penelitian.

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 0 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 0

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment