Desain Biofilik pada Bangunan Hijau untuk Mengoptimalkan Ventilasi dan Pencahayaan Alami guna Meningkatkan Kualitas Hidup
Ditulis oleh Qoshdus Sabil
PENDAHULUAN
Peningkatan pesat urbanisasi dan industrialisasi di berbagai belahan dunia membawa dampak signifikan terhadap lingkungan hidup dan kualitas hidup manusia. Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah penurunan kualitas udara di dalam ruangan, ketergantungan yang tinggi terhadap energi buatan, dan meningkatnya suhu akibat efek urban heat island yang memperburuk ketahanan iklim di kawasan perkotaan. Kontribusi pada tingginya konsumsi energi untuk pendinginan (AC) dan penerangan listrik, yang pada gilirannya memperburuk masalah perubahan iklim dan berisiko merusak kesehatan penghuni bangunan. Adanya era modern ini, pertumbuhan pesat urbanisasi dan industrialisasi telah menyebabkan perubahan besar dalam cara kita merancang dan membangun lingkungan binaan. Meskipun kemajuan teknologi dan infrastruktur memberikan banyak kenyamanan, dampaknya terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan manusia semakin menjadi perhatian global.Sebagai respons terhadap masalah tersebut, konsep bangunan hijau dan bangunan berkelanjutan telah berkembang sebagai solusi untuk menciptakan ruang binaan yang lebih ramah lingkungan, hemat energi, dan nyaman bagi penghuni. Bangunan hijau mengedepankan penggunaan material yang ramah lingkungan, efisiensi energi, serta pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Dalam praktiknya, optimasi ventilasi alami dan pencahayaan alami menjadi salah satu elemen penting yang mendukung pengurangan konsumsi energi, peningkatan kenyamanan, serta kualitas udara dalam bangunan.
Sumber: https://www.arginuring.com/
Pendekatan desain biofilik menjadi salah satu solusi inovatif yang semakin populer dalam pengembangan bangunan hijau. Desain biofilik berfokus pada integrasi elemen-elemen alam ke dalam ruang binaan, dengan tujuan memperkuat hubungan antara manusia dan alam. Menurut Kellert, Heerwagen, dan Mador (2008), desain biofilik dapat diterapkan dengan mengintegrasikan elemen-elemen seperti tanaman, cahaya alami, aliran udara alami, serta material alami dalam bangunan untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan menyenangkan.Desain biofilik, yang menekankan hubungan antara manusia dan alam, semakin diterima sebagai pendekatan desain yang relevan dalam konteks bangunan hijau. Konsep biofilik berfokus pada pengintegrasian elemen-elemen alam ke dalam ruang binaan, dengan tujuan memperkuat koneksi manusia dengan alam dan menciptakan ruang yang lebih sehat dan menyenangkan. Menurut Kellert et al. (2008), pendekatan ini melibatkan penerapan unsur-unsur alami seperti tanaman, cahaya alami, aliran udara alami, serta material alami dalam bangunan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan fisik dan mental penghuni.
Penting untuk terus menggali potensi desain biofilik dalam menciptakan bangunan hijau yang lebih efisien dan sehat. Fokus pada optimasi ventilasi dan pencahayaan alami, yang diperkuat dengan penerapan elemen-elemen alam, menjadi langkah strategis untuk menciptakan ruang yang lebih ramah lingkungan sekaligus meningkatkan kualitas hidup penghuni. Oleh karena itu, penelitian mengenai desain biofilik pada bangunan hijau untuk mengoptimalkan ventilasi dan pencahayaan alami merupakan topik yang relevan untuk dikaji lebih dalam dalam rangka mencapai bangunan yang lebih berkelanjutan dan berkualitas.
PEMBAHASAN
Seiring dengan pesatnya perkembangan urbanisasi dan meningkatnya tantangan terhadap perubahan iklim, desain bangunan hijau yang berkelanjutan semakin menjadi pilihan utama dalam sektor konstruksi global. Salah satu pendekatan penting dalam desain bangunan hijau adalah penerapan desain biofilik. Desain ini berfokus pada pengintegrasian elemen-elemen alam ke dalam ruang binaan untuk mendukung kesehatan fisik dan mental penghuni. Dalam konteks bangunan hijau, dua elemen utama yang memainkan peran vital dalam menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan nyaman adalah ventilasi alami dan pencahayaan alami. Kedua elemen ini, ketika dioptimalkan dengan pendekatan biofilik, dapat membantu menciptakan ruang yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup penghuni
Desain biofilik adalah konsep yang mengakui hubungan mendalam antara manusia dan alam. Menurut Kellert et al. (2008), manusia memiliki kecenderungan biologis untuk merasa lebih nyaman dan lebih produktif ketika berada di lingkungan yang mengingatkan mereka pada alam. Salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan mengoptimalkan ventilasi alami dan pencahayaan alami dalam desain bangunan. Ventilasi alami merujuk pada aliran udara yang terjadi secara alami, tanpa menggunakan perangkat mekanis seperti pendingin udara atau kipas angin. Sementara pencahayaan alami adalah pemanfaatan sinar matahari yang masuk ke dalam bangunan untuk menerangi ruang, menggantikan kebutuhan akan pencahayaan buatan. Kedua elemen ini sangat terkait dengan keberlanjutan dan kesehatan penghuni, dan semakin banyak penelitian yang menunjukkan bahwa desain yang memperhatikan keduanya dapat meningkatkan kualitas udara dalam ruangan dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
Sumber: https://www.idntimes.com/
Ventilasi alami yang baik dapat meningkatkan kualitas udara dalam ruangan dengan mengurangi akumulasi polutan udara, seperti karbon dioksida (CO₂), zat organik volatil (VOC), dan udara lembap yang dapat menyebabkan pertumbuhan jamur atau bau tidak sedap. Dalam konteks bangunan hijau, penggunaan ventilasi alami yang tepat tidak hanya membantu menjaga sirkulasi udara, tetapi juga mengurangi penggunaan energi yang berlebihan untuk sistem ventilasi mekanis atau pendingin udara, yang sering kali menghabiskan banyak energi. Menurut penelitian Gunawan et al. (2020), ventilasi alami dapat mengurangi polusi udara dalam ruangan yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan penghuni, terutama mereka yang memiliki masalah pernapasan seperti asma atau alergi. Dengan memanfaatkan prinsip ventilasi silang (cross-ventilation), yaitu membuat bukaan pada sisi bangunan yang berlawanan untuk membiarkan angin mengalir dari satu sisi ke sisi lainnya, udara segar dapat masuk secara kontinu dan mengalir keluar untuk menggantikan udara kotor. Hal ini tidak hanya meningkatkan kenyamanan termal penghuni, tetapi juga memberikan efek positif terhadap kesehatan mereka.
Pencahayaan alami memiliki peran penting dalam menciptakan suasana yang nyaman di dalam ruangan. Sinar matahari tidak hanya memberikan penerangan yang lebih sehat daripada cahaya buatan, tetapi juga memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan mental dan fisik penghuni. Pencahayaan alami yang memadai dapat meningkatkan konsentrasi, mengatur ritme sirkadian tubuh, serta meningkatkan suasana hati. Menurut Sternberg et al. (2021), paparan cahaya alami yang cukup dapat membantu mengatur ritme sirkadian tubuh manusia, yang berhubungan dengan pola tidur dan bangun. Ketika cahaya alami masuk ke dalam ruangan, tubuh manusia secara otomatis menyesuaikan diri dengan siklus alami matahari, yang dapat memperbaiki kualitas tidur penghuni dan mengurangi gejala kelelahan yang sering kali disebabkan oleh pencahayaan buatan yang terlalu terang. Penelitian oleh Sigit et al. (2021) juga menunjukkan bahwa, “pencahayaan alami yang baik dapat mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kualitas hidup penghuni bangunan.”
Taufik et al. (2022) menambahkan bahwa, “penggunaan pencahayaan alami dalam bangunan hijau tidak hanya menghemat energi tetapi juga memperbaiki kenyamanan visual dan kesejahteraan penghuni.” Penempatan elemen-elemen pencahayaan alami yang tepat akan membantu menjaga keseimbangan pencahayaan sepanjang hari, memastikan bahwa penghuni tidak hanya mendapatkan cukup cahaya, tetapi juga cahaya yang tidak menyilaukan atau terlalu terang.
Penerapan desain biofilik yang menggabungkan ventilasi dan pencahayaan alami ini dapat meningkatkan kenyamanan penghuni tanpa mengandalkan sistem mekanis yang mahal dan memboroskan energi. Ini sejalan dengan prinsip sustainability atau keberlanjutan dalam pembangunan, yang berusaha untuk meminimalkan dampak lingkungan dengan cara yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Dalam bangunan hijau yang mengintegrasikan desain biofilik, penghuni dapat merasakan manfaat langsung dari ruang yang sehat, nyaman, dan efisien.
Penelitian oleh Fadhil et al. (2020) juga menunjukkan bahwa, “integrasi elemen-elemen alam dalam bangunan tidak hanya memperbaiki kualitas udara, tetapi juga menciptakan ruang yang lebih menyenangkan dan mendukung kesehatan mental penghuni.” Oleh karena itu, desain bangunan hijau dengan pendekatan biofilik menawarkan solusi yang holistik untuk menciptakan ruang yang mendukung kesejahteraan penghuni, sekaligus mengurangi dampak lingkungan dari aktivitas manusia.
Kesimpulan
Desain biofilik, dengan penekanan pada ventilasi alami dan pencahayaan alami, berpotensi memberikan dampak yang luar biasa terhadap kualitas hidup penghuni bangunan hijau. Pendekatan ini tidak hanya berfokus pada keberlanjutan dan efisiensi energi, tetapi juga pada kesehatan dan kenyamanan penghuni. Dengan mengintegrasikan elemen-elemen alam dalam desain bangunan, penghuni dapat merasakan manfaat yang langsung terhadap kesehatan fisik dan mental mereka. Oleh karena itu, penerapan desain biofilik yang mengoptimalkan ventilasi dan pencahayaan alami menjadi langkah strategis menuju pembangunan yang lebih berkelanjutan dan berorientasi pada kesejahteraan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Brager, G. S., et al. (2019). “Ventilation strategies for improving indoor air quality and thermal comfort in green buildings.” Building and Environment, 156, 75-85.
Brezavšček, A., & Jerman, T. (2019). “Daylight and its effects on human health in buildings.” Architectural Science Review, 62(3), 154-163.
Chen, X., et al. (2019). “Optimizing natural ventilation and daylighting in office buildings for energy efficiency.” Energy Reports, 5, 259-267.
Day, R. (2018). “Green roofs and their impact on building energy efficiency and occupant well-being.” Building Research & Information, 46(5), 519-535.
Ekkel, E. D., & de Vries, S. (2017). “Nearby nature and human health: A review of the impact of outdoor nature on health and well-being.” Urban Forestry & Urban Greening, 21, 1-10.
Fadhil, A. M., Prasetyo, R., & Santosa, H. (2020). “Pengaruh desain biofilik terhadap kenyamanan dan kesehatan penghuni bangunan.” *Jurnal Arsitektur dan Perencanaan*, 11(2), 105-114.
Geng, Y., et al. (2020). “Biophilic design and its impact on environmental sustainability and human well-being.” Journal of Cleaner Production, 276, 123241.
Ginsburg, B. A., et al. (2017). “Psychological and health benefits of biophilic design.” Journal of Urban Design, 22(1), 1-16.
Graham, M., et al. (2019). “The impact of natural ventilation on indoor air quality: A review.” Energy and Buildings, 194, 169-179.
Gunawan, S., & Wijayanto, A. (2020). “Ventilasi alami dalam bangunan hijau: Keuntungan dan tantangannya.” *Jurnal Energi dan Bangunan Hijau*, 14(1), 37-46.
Heerwagen, J. H. (2017). “The role of biophilic design in creating healthy, sustainable buildings.” Environmental Health Perspectives, 125(9), 960-967.
Heschong, L. (2003). Daylighting and Human Performance. National Association of Home Builders.
Jones, P., et al. (2020). “Natural systems integration in building design: Achieving sustainability and enhancing health.” Building and Environment, 184, 107313.
Kaplan, R., & Kaplan, S. (1989). The Experience of Nature: A Psychological Perspective. Cambridge University Press.
Kellert, S. R., Heerwagen, J. H., & Mador, M. (2008). *Biophilic Design: The Theory, Science, and Practice of Bringing Buildings to Life*. Wiley.
Kumar, R., et al. (2020). “The role of biophilic design in achieving indoor air quality and occupant health.” Environmental Science & Technology, 54(3), 2339-2346.
Li, D. H. W., et al. (2020). “Impact of natural light exposure on occupant well-being in the office environment.” Energy and Buildings, 231, 110505.
Liang, X., & Liu, Q. (2021). “Improving the indoor environment through natural lighting and ventilation in green buildings.” Journal of Building Performance, 12(2), 209-220.
Mark, H., et al. (2021). “Building health and energy performance: The biophilic approach.” Energy and Buildings, 244, 111023.
ópez, F. A., et al. (2020). “Natural ventilation in low-energy buildings: An assessment of strategies for optimizing air quality and comfort.” Renewable and Sustainable Energy Reviews, 118, 109519.
Puspitasari, N. P., & Mahendra, S. (2020). “Integrasi pencahayaan alami dan ventilasi alami dalam desain bangunan hijau.” *Jurnal Teknik Arsitektur*, 25(4), 102-112.
Saldaña, D., et al. (2020). “Effects of daylighting and ventilation in educational environments on student performance.” Sustainable Development, 28(4), 973-983.
Sigit, E. W., & Santoso, B. (2021). “Optimalisasi pencahayaan alami dalam bangunan hijau untuk mendukung kesehatan penghuni.” *Jurnal Arsitektur dan Lingkungan*, 16(3), 58-67.
Sternberg, E., & Milla, R. (2021). “The impact of daylighting and natural ventilation on occupant well-being in green buildings.” *Jurnal Penelitian Lingkungan dan Bangunan Hijau*, 18(2), 88-98.
Taufik, M., & Widodo, Y. (2022). “Pengaruh desain pencahayaan alami terhadap kenyamanan visual dan penghematan energi.” *Jurnal Riset Bangunan Berkelanjutan*, 12(1), 22-33.
Veitch, J. A., et al. (2018). “Daylighting in schools: Benefits for students and teachers.” Energy and Buildings, 174, 312-320.
Widianto, R. (2019). “Ventilasi alami dan dampaknya terhadap kenyamanan termal penghuni.” *Jurnal Teknologi Bangunan*, 15(2), 130-140.
Widyastuti, S. (2021). “Pengaruh desain biofilik pada kualitas hidup penghuni bangunan hijau.” *Jurnal Kesehatan Lingkungan*, 19(1), 55-65.
Woo, M., & Lee, H. (2018). “Green building certification systems: An overview and perspective on biophilic design.” *Building Research
Zhang, L., et al. (2021). “The role of biophilic design in achieving sustainability and enhancing occupant health.” Sustainable Cities and Society, 66, 102692.
Zhao, Q., et al. (2021). “Sustainable building design and indoor environmental quality: An integrated approach.” Journal of Cleaner Production, 290, 125847.