Penerapan Material Daur Ulang dalam Konstruksi Bangunan Hijau: Solusi Berkelanjutan untuk Rumah Sakit Hijau

📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 41

Ditulis oleh Fery Fernando

Perubahan iklim dan degradasi lingkungan yang semakin mengancam memunculkan urgensi dalam menemukan solusi pembangunan berkelanjutan. Konsep bangunan hijau atau green building merupakan salah satu inovasi utama dalam menanggapi isu ini. Di sektor kesehatan, konstruksi rumah sakit yang ramah lingkungan menjadi krusial mengingat tingginya tuntutan kebersihan, kesehatan, dan efisiensi energi di fasilitas tersebut. Pemanfaatan material daur ulang, khususnya kitosan—biomaterial yang diekstraksi dari eksoskeleton hewan laut seperti udang dan kepiting—dapat membantu mencapai tujuan keberlanjutan. Artikel ini membahas pentingnya material daur ulang dalam membangun rumah sakit hijau dan memaparkan bagaimana kitosan dapat menjadi solusi inovatif yang mendukung efisiensi energi, mengurangi jejak karbon, dan meningkatkan kualitas udara.

Pendahuluan: Konsep Bangunan Hijau dan Tuntutan di Sektor Kesehatan

Konsep bangunan hijau bertujuan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dengan cara memaksimalkan efisiensi energi, mengelola air secara bijaksana, serta menggunakan material yang ramah lingkungan. Teknologi energi terbarukan seperti panel surya, sistem ventilasi alami, dan sistem pemanenan air hujan merupakan contoh umum fitur bangunan hijau (Ghaffarianhoseini et al., 2013). Di rumah sakit, penerapan konsep ini sangat penting karena fasilitas kesehatan memerlukan sumber daya energi besar, sekaligus menghadapi tantangan kebersihan dan kesehatan udara yang ketat.

Kitosan, sebagai material daur ulang yang terbuat dari limbah eksoskeleton laut, memiliki berbagai karakteristik yang mendukung penerapan konsep bangunan hijau. Material ini dikenal bersifat antimikroba, biokompatibel, dan biodegradable, menjadikannya ideal sebagai komponen konstruksi dalam ruang-ruang yang membutuhkan kebersihan tinggi, seperti rumah sakit (Mohammedi, 2017). Penggunaan kitosan tidak hanya mendukung kesehatan lingkungan dalam ruangan, tetapi juga mendukung ekonomi sirkular karena berasal dari limbah yang didaur ulang.

Keunggulan Material Daur Ulang dalam Pembangunan Berkelanjutan

Menurut laporan dari Environmental Protection Agency (EPA, 2021), material daur ulang dalam konstruksi memberikan banyak manfaat bagi lingkungan, terutama dalam mengurangi emisi karbon dan konsumsi energi selama proses produksi material. Dibandingkan dengan produksi material baru, yang umumnya memiliki jejak karbon tinggi, material daur ulang membutuhkan lebih sedikit energi dalam produksinya, sehingga emisi gas rumah kaca dapat ditekan. Di Indonesia, penggunaan material daur ulang juga menjadi jawaban atas tantangan terbatasnya bahan baku, sekaligus mendukung pengelolaan limbah yang lebih efektif.

Kitosan, yang dihasilkan dari limbah perikanan, merupakan material berkelanjutan dengan manfaat tambahan bagi lingkungan dan kesehatan. Di sektor konstruksi, material ini dapat berfungsi sebagai pelapis antimikroba untuk dinding atau sebagai panel isolasi yang membantu menjaga kualitas udara dalam ruangan. Karakteristik ini memberikan nilai tambah khususnya di rumah sakit, di mana kebersihan dan kesehatan udara adalah prioritas utama (Bakhshi et al., 2019; Marieta & Musfiroh, 2020).

Manfaat Kitosan dalam Meningkatkan Kualitas Udara Rumah Sakit

Kitosan diketahui memiliki sifat menyerap polutan dan mengurangi kadar emisi berbahaya seperti hidrokarbon, karbon monoksida, dan karbon dioksida dalam udara. Sebagai lapisan pelindung, material ini juga efektif dalam menyaring bakteri dan patogen lainnya, yang dapat meminimalkan risiko infeksi nosokomial (infeksi yang terjadi di fasilitas kesehatan) yang sering kali menjadi masalah serius di rumah sakit (Mariana et al., 2022; Kong et al., 2010). Penggunaan kitosan sebagai bagian dari konstruksi rumah sakit hijau memungkinkan peningkatan kualitas udara di dalam ruangan, yang tidak hanya menguntungkan pasien tetapi juga para tenaga medis yang bekerja dalam jangka waktu lama.

Di samping kualitas udara, material ini juga membantu mengatur kelembapan ruangan yang dapat mencegah pertumbuhan jamur dan mikroorganisme lainnya, sehingga memberikan kontribusi besar dalam menjaga kesehatan lingkungan di rumah sakit. Bahan bangunan yang dapat mengatur kelembapan serta menurunkan emisi polutan udara ini sangat jarang ditemukan pada material konstruksi konvensional, menjadikan kitosan sebagai pilihan yang inovatif dan berkelanjutan.

Ekonomi Sirkular dan Dampak Sosial-Ekonomi Kitosan di Indonesia

Produksi kitosan dari limbah perikanan bukan hanya ramah lingkungan, tetapi juga mendukung prinsip ekonomi sirkular, di mana limbah perikanan yang melimpah diubah menjadi produk bernilai tinggi. Indonesia, sebagai salah satu penghasil udang terbesar di dunia, memiliki akses yang melimpah terhadap limbah eksoskeleton yang dapat diolah menjadi kitosan. Dengan adanya industri pengolahan biomaterial ini, tercipta lapangan kerja baru dan mengurangi ketergantungan pada material impor yang cenderung mahal (Kompas, 2023).

Penggunaan kitosan sebagai material konstruksi memberikan dampak sosial yang positif bagi masyarakat sekitar wilayah pesisir yang terlibat dalam industri perikanan. Pemberdayaan masyarakat lokal dalam proses pengolahan kitosan dapat meningkatkan pendapatan mereka, sekaligus mengurangi limbah industri perikanan yang berpotensi mencemari lingkungan.

Studi Kasus Implementasi Biomaterial di Bangunan Hijau Internasional

Beberapa negara maju telah berhasil menerapkan biomaterial dalam konstruksi bangunan hijau. Di Jepang, misalnya, biomaterial banyak digunakan untuk mengurangi jejak karbon di sektor konstruksi, sementara Finlandia fokus pada penggunaan biomaterial lokal sebagai bagian dari komitmen mereka terhadap pembangunan berkelanjutan. Pengalaman negara-negara ini menunjukkan bahwa dengan dukungan regulasi dan teknologi, pemanfaatan biomaterial daur ulang dapat diintegrasikan dalam konstruksi modern dengan dampak positif yang signifikan terhadap lingkungan.

Peran Pemerintah dan Akademisi dalam Pengembangan Kitosan di Indonesia

Pemerintah, akademisi, dan industri konstruksi memiliki peran penting dalam memperluas penggunaan biomaterial seperti kitosan. Pemerintah dapat memberikan insentif fiskal bagi perusahaan yang mengadopsi teknologi hijau, termasuk penggunaan material daur ulang. Di sisi lain, akademisi dapat berperan dalam penelitian dan pengembangan untuk menemukan aplikasi yang lebih luas dari kitosan dalam konstruksi bangunan.

Kerja sama lintas sektor ini penting untuk membangun ekosistem yang mendukung penerapan biomaterial di Indonesia. Dengan adanya regulasi yang memadai dan insentif yang jelas, industri konstruksi akan lebih terdorong untuk mengadopsi teknologi hijau dan mengurangi ketergantungan pada material konvensional yang berdampak buruk bagi lingkungan (Bakhshi et al., 2019).

Tantangan dalam Implementasi Kitosan sebagai Material Konstruksi

Meskipun memiliki banyak manfaat, penggunaan kitosan dalam konstruksi masih menghadapi berbagai tantangan. Di antaranya adalah biaya produksi yang relatif tinggi dan ketersediaan teknologi pengolahan yang terbatas. Selain itu, kurangnya pengetahuan di kalangan pelaku industri konstruksi mengenai potensi kitosan sebagai material bangunan hijau juga menjadi hambatan.

Untuk mengatasi hal ini, edukasi mengenai manfaat biomaterial di sektor konstruksi perlu ditingkatkan. Pemerintah dapat berperan dalam mendukung penelitian dan pengembangan, serta menyelenggarakan pelatihan untuk meningkatkan kesadaran industri akan potensi kitosan dan biomaterial lainnya. Langkah ini tidak hanya akan mempercepat adopsi biomaterial dalam konstruksi hijau, tetapi juga mendukung visi Indonesia untuk menjadi negara yang lebih ramah lingkungan.

Kesimpulan

Penggunaan kitosan sebagai material daur ulang dalam konstruksi bangunan hijau, terutama di rumah sakit, merupakan langkah penting untuk menghadapi tantangan lingkungan di masa kini. Kitosan menawarkan berbagai manfaat yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga meningkatkan kesehatan dan keselamatan pasien serta staf medis. Sebagai material yang mendukung ekonomi sirkular, kitosan juga membawa dampak positif terhadap ekonomi lokal dan mengurangi ketergantungan pada material impor.

Dengan komitmen dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, akademisi, dan industri, kitosan memiliki potensi besar untuk berkontribusi dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Di masa depan, penggunaan biomaterial seperti kitosan dalam konstruksi akan membantu Indonesia dalam mewujudkan visi pembangunan yang lebih hijau, berkelanjutan, dan berkualitas.

Melalui inovasi ini, kita tidak hanya membangun infrastruktur yang ramah lingkungan, tetapi juga berinvestasi dalam kesehatan masyarakat dan keberlanjutan ekonomi. Masa depan konstruksi hijau dengan material daur ulang adalah langkah penting menuju keberlanjutan jangka panjang yang menguntungkan semua aspek masyarakat.

.

Referensi:

1. Bakhshi, P.S., Selvakumar, D., Kadirvelu, K., & Kumar, N.S. (2019). Chitosan as an Environmentally Friendly Biomaterial – A Review on Recent Modifications and Applications. International Journal of Biological Macromolecules. https://doi.org/10.1016/j.ijbiomac.2019.10.113

2. Marieta, A., & Musfiroh, I. Berbagai Aktivitas Farmakologi dari Senyawa Kitosan.

3. Menakar Capaian Produksi Udang. Kompas.id (2023).

4. Mariana, D., Rachmawati, S., & Purnawan, I. (2022). Pendayagunaan Kitosan dari Kulit Udang sebagai Adsorben Gas Buang Kendaraan Bermotor. Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta.

5. Goy, et al. 2009. A Review of the Antimicrobiacl Activity of Chitosan. Polimores: Ciencia e Technologia. Vol 9(3):241-247.

6. Mohammedi, Z. 2017. Chitosan and Chitosan Oligosaccharides: Applications in Medicine, Agriculture and Biotechnology. International Journal of Bioorganic Chemistry 2(3): 102-106.

7. Kong, M., Chen, X.G., Xing.K., Park.H.J. 2010. Antimicrobial properties of chitosan and mode action: A state of the art review. International Journal of Food Microbiology, 144(1):51-63.

.

Centre for Development of Smart and Green Building (CeDSGreeB) didirikan untuk memfasilitasi pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) di sektor bangunan melalui berbagai kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pelatihan. Selain itu, CeDSGreeB secara aktif memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan yang mendorong dekarbonisasi di sektor bangunan, khususnya di daerah tropis.

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 0 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 0

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment