Optimalisasi Penggunaan Beton Daur Ulang untuk Mengurangi Jejak Karbon dalam Rangka Mendukung Kriteria Bangunan Hijau di Indonesia
Ditulis oleh: Farras Zahra Dhanila.
Perubahan lingkungan yang terjadi, khususnya pemanasan global, mengancam berbagai aspek kehidupan. Pemanasan global, yang sebagian besar dipicu oleh aktivitas manusia dalam transportasi dan konstruksi, menyebabkan peningkatan suhu rata-rata atmosfer, daratan, dan lautan. Dalam sektor konstruksi, tingginya kebutuhan energi berkontribusi pada emisi gas rumah kaca yang signifikan, terutama dari penggunaan material seperti beton yang intensif energi. Proses konstruksi, mulai dari produksi material hingga pemeliharaan bangunan, meningkatkan jejak karbon dengan akumulasi emisi karbon dioksida yang memperburuk kondisi atmosfer (Natalio, 2023).
Konsep bangunan hijau, atau green building, membantu mengurangi dampak buruk sektor konstruksi dengan penggunaan material ramah lingkungan dan efisiensi energi yang signifikan (Indonesia Environment & Energy Center, 2024). Konsep ini semakin penting di Indonesia, mengingat pesatnya pembangunan di wilayah urban besar, yang turut menekankan pentingnya keberlanjutan melalui pengurangan limbah dan penghematan energi. Bangunan hijau di Indonesia diharapkan dapat lebih tahan lama serta menyehatkan lingkungan sekitarnya. Di tingkat internasional, sistem sertifikasi seperti LEED dan BREEAM digunakan untuk menilai dan mengarahkan pembangunan berkelanjutan, yang berperan besar dalam mengurangi dampak lingkungan industri konstruksi secara global (Synergy Solusi, 2024)..
Beton menjadi fokus penting dalam upaya ini karena perannya sebagai material utama dalam proyek infrastruktur. Namun, produksi beton, terutama semen, menyebabkan emisi karbon yang tinggi. Oleh karena itu, beton daur ulang muncul sebagai alternatif berkelanjutan. Dengan memanfaatkan limbah beton dari konstruksi yang tidak terpakai, penggunaan beton baru dapat ditekan, yang secara signifikan mengurangi jejak karbon. Selain itu, beton daur ulang juga mengurangi limbah konstruksi yang biasanya berakhir di tempat pembuangan akhir, sehingga mengatasi masalah lingkungan lainnya..
Esai ini akan membahas lebih dalam mengenai manfaat dan peran beton daur ulang dalam mendukung bangunan hijau di Indonesia. Dengan mengadopsi beton daur ulang, sektor konstruksi dapat berkontribusi pada pengurangan jejak karbon dan mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang sejalan dengan kebutuhan lingkungan masa depan..
Beton daur ulang adalah material konstruksi yang dihasilkan dari limbah beton bekas yang diolah menjadi agregat untuk campuran beton baru (Kakali, 2023). Material ini muncul sebagai solusi inovatif untuk mengurangi dampak lingkungan dari industri konstruksi, yang merupakan salah satu penyumbang utama emisi karbon dan konsumsi sumber daya alam. Dalam konteks pembangunan berkelanjutan, beton daur ulang berpotensi mendukung bangunan hijau dengan mengintegrasikan prinsip daur ulang dan efisiensi sumber daya.
Gambar 1. Puing-puing dari pembongkaran bekas konstruksi bangunan tua yang terlantar
(Sumber: https://l1nq.com/XE23d)
.
Proses pembuatan beton daur ulang dimulai dengan mengumpulkan limbah beton dari bangunan yang dibongkar, seperti trotoar atau dinding. Limbah ini kemudian dihancurkan dan diproses menjadi agregat yang dapat menggantikan sebagian atau seluruh agregat alami dalam pembuatan beton baru. Dengan cara ini, kebutuhan akan bahan mentah dari alam berkurang dan limbah konstruksi diminimalkan, yang berkontribusi pada pengurangan jejak karbon..
Jejak karbon adalah total emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia, termasuk konstruksi, transportasi, dan produksi energi. Emisi ini, terutama karbon dioksida (CO₂), metana (CH₄), dan nitroksida (N₂O), menyebabkan efek rumah kaca dan pemanasan global. Mengurangi jejak karbon sangat penting karena emisi tinggi mempercepat perubahan iklim, yang berpotensi memicu kenaikan permukaan laut dan cuaca ekstrem.
Di Indonesia, sertifikasi bangunan hijau Greenship dari Green Building Council Indonesia (GBCI) mendukung upaya menuju pembangunan berkelanjutan dengan menilai bangunan berdasarkan efisiensi energi, penggunaan material, manajemen air, dan kualitas lingkungan dalam ruangan. Penggunaan material daur ulang, seperti beton daur ulang, direkomendasikan untuk mengurangi emisi dan mendukung kelestarian lingkungan. Dengan menerapkan standar seperti Greenship dan LEED (Leadership in Energy and Environmental Design), industri konstruksi dapat berkontribusi pada pengurangan jejak karbon serta menciptakan bangunan yang ramah lingkungan dan sehat bagi penghuninya..
Beton daur ulang menawarkan solusi efektif untuk mengurangi dampak lingkungan industri konstruksi dengan mengurangi emisi karbon, meningkatkan efisiensi energi, dan mengelola limbah. Penggunaannya membantu mengurangi kebutuhan akan bahan baku baru, seperti pasir dan batu, yang sering kali menghasilkan emisi karbon tinggi melalui proses penambangan. Dengan memanfaatkan beton bekas sebagai agregat, energi dan emisi terkait ekstraksi bahan alami dapat diminimalkan..
Selain itu, pengurangan penggunaan semen baru komponen yang intensif energi dalam beton secara langsung mengurangi jejak karbon. Limbah beton dari bangunan lama yang biasanya dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) dapat diolah kembali, mengurangi kebutuhan ruang TPA dan memperpanjang umur lahan. Pendekatan ini sejalan dengan konsep ekonomi sirkular, menjadikan beton daur ulang elemen penting dalam konstruksi yang lebih ramah lingkungan dan memenuhi standar bangunan hijau..
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2019-2021, nilai konstruksi mengalami penurunan dan peningkatan dilihat dari tahun 2019 ke tahun 2020 mengalami penurunan tapi pada tahun ke 2021 mengalami peningkatan lagi. Meningkatnya nilai konstruksi yang diselesaikan dapat diartikan bahwa semakin tinggi aktivitas pembangunan proyek konstruksi di Indonesia (BPS, 2024).
Gambar 2. Nilai Konstruksi yang Diselesaikan Perusahaan Konstruksi (Juta Rupiah), 2019-2021
(Sumber: https://l1nq.com/7FJkl).
Pasar beton daur ulang di Indonesia memiliki potensi yang menjanjikan seiring dengan pertumbuhan penduduk dan urbanisasi yang cepat, yang meningkatkan kebutuhan konstruksi. Kebijakan pemerintah yang mendukung bangunan hijau dan berkelanjutan membuka peluang besar untuk mengintegrasikan material daur ulang dalam proyek pembangunan. Beton daur ulang berkontribusi pada penciptaan infrastruktur yang ramah lingkungan dan memenuhi kriteria bangunan hijau yang semakin populer..
Seiring pesatnya pembangunan infrastruktur, sumber daya alam semakin terkuras dan limbah konstruksi meningkat. Pengambilan material dari alam tidak hanya mengurangi cadangan sumber daya, tetapi juga menambah beban lingkungan melalui limbah yang meningkat. Limbah konstruksi yang tidak dikelola dengan baik dapat mencemari tanah dan air, membuat pentingnya solusi seperti beton daur ulang yang dapat mengurangi kebutuhan material baru dan mengelola limbah lebih bijak..
Fly ash dan bottom ash, dua limbah hasil pembakaran batu bara, memiliki potensi sebagai bahan tambahan dalam campuran beton. Fly ash, yang merupakan partikel halus, memiliki sifat pozzolan yang memperkuat beton dan meningkatkan kepadatan serta mengurangi porositas, sedangkan bottom ash berfungsi sebagai pengganti agregat kasar. Bottom ash memiliki ukuran partikel yang lebih besar serta lebih berat dari fly ash (Dewi dan Prasetyo, 2021). Penggunaan kedua limbah ini dalam beton daur ulang tidak hanya mengurangi limbah tetapi juga kebutuhan semen baru, sehingga berdampak langsung pada pengurangan emisi karbon. Dengan demikian, penerapan fly ash dan bottom ash dalam beton daur ulang sejalan dengan upaya pembangunan hijau di Indonesia.
Gambar 3. Contoh gambar (a) fly ash (b) bottom ash
(Sumber: https://encr.pw/McaZD).
Penerapan teknologi beton daur ulang di Indonesia menghadapi berbagai tantangan, terutama terkait kualitas dan konsistensi material. Sifat fisik dan mekanik beton daur ulang seringkali bervariasi tergantung sumbernya, dan proses daur ulang yang tidak standar dapat menghasilkan agregat yang tidak memenuhi spesifikasi untuk aplikasi struktural. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi insinyur dan arsitek terkait kekuatan dan daya tahan bangunan..
Untuk mengatasi hambatan ini, diperlukan penelitian lebih lanjut dan pengembangan standar dalam proses daur ulang. Di tingkat internasional, Swedia menjadi pelopor dalam penerapan beton daur ulang. Dalam proyek perumahan di Malmö, pengembang menggunakan beton daur ulang untuk elemen struktural seperti balok dan kolom, yang berhasil mengurangi jejak karbon hingga 30% dibandingkan beton konvensional. Keberhasilan ini juga tercermin dalam aspek ekonomis, di mana biaya konstruksi dapat ditekan berkat pengurangan pengeluaran untuk material baru..
Beton daur ulang berperan penting dalam mendukung bangunan hijau dan mengurangi jejak karbon di Indonesia. Dengan memanfaatkan limbah beton, kita dapat mengurangi sampah konstruksi dan emisi karbon dari produksi beton konvensional, sekaligus menawarkan keuntungan ekonomi seiring meningkatnya permintaan akan material ramah lingkungan..
Dukungan pemerintah sangat krusial untuk meningkatkan implementasi beton daur ulang, melalui regulasi yang jelas dan insentif bagi industri. Edukasi masyarakat tentang manfaat beton daur ulang juga penting untuk membangun kepercayaan terhadap material ini. Dengan kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat, kita dapat mencapai pembangunan yang lebih berkelanjutan. Mari dukung penggunaan beton daur ulang sebagai langkah strategis menuju masa depan yang lebih hijau dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.
.
DAFTAR PUSTAKA.
Ayuningtyas, U., Susila, I. M. A. D., dkk. (2022). Pemanfaatan Fly Ash Dan Bottom Ash Sebagai Material Konstruksi Ramah Lingkungan Dalam Rangka Mendukung Kriteria Bangunan Hijau. In Proceedings Of National Colloquium Research And Community Service (Vol. 6, pp. 51-56).
BPS. (2024). Nilai Konstruksi yang Diselesaikan Perusahaan Konstruksi (Juta Rupiah), 2019-2021. (Online). https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/MjI5IzI=/nilai-konstruksi-yang-diselesaikan-perusahaan-konstruksi.html . (Diakses pada tanggal 31 Oktober 2024).
Dewi, S. U dan Prasetyo, F., 2021. Analisa Penambahan Bottom Ash terhadap Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah Beton. Journal of Infrastructural in Civil Engineering, 2(2), pp. 31-45
Indonesia Environment & Energy Center. (2024). Mengenal Konsep Green Building. (Online). https://environment-indonesia.com/mengenal-konsep-green-building/. (Diakses pada tanggal 07 November 2024).
Jaya, S. B. A., & Ariyanto, D. (2020). Uji Kuat Tekan Green Concrete Dari Pemanfaatan Limbah Beton Dan Abu Sekam Padi (Doctoral dissertation, UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG).
Kakali, (2023). Inovasi Teknologi Konstruksi yang Ramah Lingkungan. https://teknoscaff.com/articles/inovasi-teknologi-konstruksi-yang-ramah-lingkungan/. (Diakses pada tanggal 07 November 2024).
Natalio, A. (2023). Perubahan Iklim: Ancaman Nyata bagi Kehidupan di Bumi. (Online). https://osc.medcom.id/community/perubahan-iklim-ancaman-nyata-bagi-kehidupan-di-bumi-6225. (Diakses pada tanggal 07 November 2024).
Synergy Solusi. (2024). Memanfaatkan Teknologi Konstruksi Hijau untuk Keberlanjutan Lingkungan. (Online). https://synergysolusi.com/artikel-qhse/memanfaatkan-teknologi-konstruksi-hijau-untuk-keberlanjutan-lingkungan/. (Diakses pada tanggal 07 November 2024).
.
.