Solusi Desain Ramah Lingkungan untuk Bangunan di Perkotaan
Ditulis oleh Nurmajani Chairunnisa Nasution
Desain bangunan rumah tinggal perkotaan menghadapi tantangan dan peluang yang kompleks. Tantangan utama meliputi keterbatasan lahan, tingginya biaya konstruksi dan kebutuhan akan Solusi yang hemat energi serta ramah lingkungan. Urbanisasi yang cepat juga menuntut desain yang mampu menampung populasi yang semakin padat tanpa mengorbankan kualitas hidup. Tantangan dalam desain rumah tinggal perkotaan dapat diubah menjadi peluang untuk menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih inklusif, efisien dan berkelanjutan (Ni Made Emmi Nutrisia Dewi, 2024).
Tantangan dalam Desain Bangunan Rumah Tinggal Perkotaan
Tantangan dalam desain bangunan rumah tinggal perkotaan mencakup keterbatasan lahan, tingginya biaya konstruksi dan kebutuhan akan efisiensi energi, keberlanjutan serta menjaga kearifan lokal. Keterbatasan lahan memaksa arsitek untuk merancang bangunan yang memaksimalkan penggunaan ruang vertical dan mengintegrasikan berbagai fungsi dalam satu struktur. Biaya konstruksi yang tinggi menuntut inovasi dalam penggunaan material dan teknologi untuk tetap ekonomis tanpa mengurangi kualitas. Selain itu, urbanisasi yang cepat menciptakan tekanan untuk menciptakan hunian yang hemat energi, ramah lingkungan, mengurangi jejak karbon dan meningkatkan kualitas hidup di lingkungan perkotaan yang padat. Semua ini menuntut pendekatan kreatif dan solutif dari para desainer untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut secara efektif (Ni Made Emmi Nutrisia Dewi, 2024).
Eko-Arsitektur (Sustainable Architecture)
Eko-arsitektur merupakan pemahaman tentang filosofi dan konsep, yang tercipta bila dalam proses berkarya untuk konsep desain menggunakan pendekatan terhadap alam sebagai basis desain. Proses pendekatan desain arsitektur yang menggabungkan teknologi dan alam, menggunakan strategi konservasi, ada upaya memperbaiki lingkungan sekitar dan dengan mudah dapat diterapkan pada semua skala untuk menghasilkan bentuk bangunan, perpaduan lanskap dan kawasan kota dengan penerapan teknologi ramah lingkungan dan perencanaannya.
Sumber: https://eticon.co.id/
Eko-arsitektur merupakan salah satu bentuk konsep desain arsitektur yang memperhatikan dan sangat konsen terhadap masalah energi dan berwawasan lingkungan. Menurut Frick (2006), istilah “eko” diambil dari kata ekologi yang di definisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya. Beberapa konsep eko-arsitektur dalam penerapannya ditunjukkan pada Tabel 3.16.
Tabel 3.16 Konsep desain ekologis arsitektur (Muhammad, 2021) :
Pemahaman dari terminology “eko” dan “arsitektur” mempunyai pengertian sebagai bentuk arsitektur alternatif, arsitektur matahari (dengan memanfaatkan energi surya), arsitektur bionik (Teknik sipil dan konstruksi yang memperhatikan Kesehatan manusia), serta biologi pembangunan. Istilah “eko” dan “arsitektur” adalah istilah yang dapat dipahami secara holistik yang mempunyai pemahaman sangat luas dan mengandung semua bidang. Eko dan arsitektur tidak menentukan yang seharusnya terjadi dalam arsitektur karena tidak ada sifat khas yang mengikat sebagai standar atau ukuran baku. Eko dan arsitektur mempunyai cakupan adanya keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Eko dan arsitektur mengandung dimensi lain, seperti waktu, lingkungan alam,sosio kultural, ruang, serta pengetahuan mengenai ilmu keteknikan bangunan. Hal ini menunjukan bahwa eko dan arsitektur bersifat lebih kompleks, padat dan vital dibandingkan dengan pengertian arsitektur pada umumnya (Muhammad, 2021).
Tabel 3.17 Unsur – unsur dalam desain ekologis arsitektur (Muhammad, 2021) :
Konsep dan Visi Eco City
Istilah ecological city atau eco city dapat dijelaskan sebagai suatu kota yang ramah lingkungan, sehat dan didominasi oleh elemen – elemen hijau. Ecological city atau eco city adalah konsep Pembangunan perkotaan yang mengedepankan aspek – aspek lingkungan, Kesehatan dan keberlanjutan. Dalam konteks ini, sebuah kota dianggap sebagai tempat yang hijau, sehat dan bersahabat dengan lingkungan. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, eco city mengintegrasikan berbagai strategi dan inovasi untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup penduduknya.
Konsep dasar eco city yakni suatu kota yang berfokus pada keberlanjutan lingkungan atau dengan kata lain, konsep pengembangan kota yang menggabungkan tiga aspek utama, yaitu ekologi, ekonomi dan aspek budaya sosial (Zahrotul Izka, 2024).
1. Aspek ekologi dalam eco city mengacu pada perlunya melestarikan integritas lingkungan alam dengan fokus pada pelestarian ekosistem, penghijauan kota, pengelolaan air yang berkelanjutan dan pengurangan emisi karbon. Ini berarti membangun kota dengan cara yang tidak hanya mengurangi dampak negatifnya terhadap alam tetapi juga mendukung keseimbangan ekologis.
2. Aspek Konomi menekankan penciptaan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan ekonomi harus diiringi oleh langkah – langkah yang mendukung keberlanjutan lingkungan, menciptakan sinergi antara pertumbuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan.
3. Sosial budaya melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembangunan, peningkatan kualitas hidup, keadilan sosial dan pemberdayaan masyarakat. Pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang keberlanjutan juga menjadi fokus, menciptakan pola pikir dan perilaku yang mendukung gaya hidup berkelanjutan.
Pendekatan ini mencakup penggunaan teknologi ramah lingkungan, desain perkotaan yang berkelanjutan dan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana. Eco city juga berfokus pada pengembangan ruang terbuka hijau, pelestarian habitat alami, serta pengurangan emisi gas rumah kaca. Dengan demikian, konsep eco city bukan hanya tentang pembangunan fisik, tetapi juga melibatkan perubahan perilaku masyarakat dan kebijakan yang mendukung keberlanjutan lingkungan.
Eco city di beberapa kota diwujudkan dalam berbagai program – program inovatif di sejumlah kota. Salah satu pendekatan utama yang diambil adalah melalui transformasi sistem transportasi menuju solusi yang ramah lingkungan, seperti pengembangan transportasi publik yang efisien dan berbasis energi terbarukan. Selain itu, kota – kota tersebut merancang kebijakan dan infrastruktur yang mendukung manajemen limbah yang berkelanjutan, termasuk pengurangan sampah dan penggunaan teknologi daur ulang.
Desain perkotaan yang berkelanjutan juga menjadi fokus, dengan peningkatan ruang terbuka hijau, penggunaan material bangunan ramah lingkungan dan penanaman pohon untuk memperbaiki kualitas udara. Kebijakan pengunaan energi terbarukan juga menjadi landasan, dengan investasi dalam sumber energi seperti tenaga surya dan angin. Program edukasi lingkungan dan partisipasi masyarakat dalam praktek hidup berkelanjutan juga ditekankan untuk meningkatkan kesadaran dan keterlibatan masyarakat. Melalui serangkaian program holistik ini, eco city di berbagai kota berupaya mencapai visinya sebagai lingkungan urban yang hijau, sehat dan berkelanjutan.
Eco city mempunyai pandangan bahwa membangun kota perlu mempertimbangkan aspek keberlanjutan dan masa depan kota. Eco city merupakan konsep pembangunan perkotaan yang menekankan efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya dengan strategi pengurangan penggunaan, minimalisasi limbah dan mitigasi dampak negatif terhadap berbagai aspek lingkungan. Dengan pendekatan ini, eco city berupaya untuk mengurangi jejak ekologisnya terhadap air, udara, tanaman, hewan serta elemen – elemen alam lainnya, termasuk unsur buatan seperti jalan, bangunan, jembatan dan infrastruktur perkotaan secara keseluruhan.
Implementasi eco city mengharuskan pengintegrasian sejumlah strategi dan praktik dalam pembangunan perkotaan yang berkelanjutan. Salah satu langkah kunci adalah perencanaan ruang terintegrasi yang mempertimbangkan faktor – faktor ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Kota ini harus mengembangkan sistem transportasi publik yang efisien dan ramah lingkungan, mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi berbahan bakar fosil dan merancang jaringan transportasi yang mendukung sepeda dan pejalan kaki.
Selanjutnya, eco city perlu menerapkan teknologi energi terbarukan seperti panel surya dan turbin angin untuk memenuhi kebutuhan energi kota. Manajemen limbah yang berkelanjutan juga menjadi prioritas, dengan sistem daur ulang yang efektif dan upaya untuk mengurangi produksi sampah. Pembangunan dan renovasi bangunan harus memanfaatkan desain berkelanjutan, bahan ramah lingkungan dan efisiensi energi.
Kebijakan lingkungan yang kuat perlu diterapkan untuk memastikan bahwa setiap aspek pembangunan mematuhi standar keberlanjutan. Selain itu, partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan pendidikan tentang keberlanjutan menjadi landasan penting untuk menciptakan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat terhadap lingkungan.
Pemeliharaan ruang terbuka hijau menjadi elemen krusial dalam mendukung biodiversitas dan memberikan respiro kepada penduduk kota. Penerapan sistem pemantauan dan evaluasi berkelanjutan memungkinkan kota untuk secara terus – menerus menilai dampaknya terhadap lingkungan, masyarakat dan melakukan penyesuaian yang diperlukan.
Dengan menyatukan semua aspek ini, eco city berusaha menciptakan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, pelestarian lingkungan dan kesejahteraan sosial. Implementasi eco city bukan hanya tentang menciptakan infrastruktur fisik, tetapi juga membangun kesadaran kolektif dan tanggung jawab terhadap lingkungan, membentuk kota yang berkelanjutan dan ramah lingkungan bagi generasi mendatang (Zahrotul Izka, 2024).
Visi mengenai eco city yang dimaksud adalah menciptakan kota yang sejalan dan selaras dengan alam serta lingkungannya. Pandangan – pandangan yang berkembang sejalan dengan visi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Zahrotul Izka, 2024) :
1. Mendorong penggunaan sumber daya alam secara bijak dengan merancang infrastruktur yang efisien, mempromosikan daur ulang dan mengurangi pemborosan.
2. Meminimalkan konsumsi energi dan meningkatkan efisiensi melalui desain bangunan yang hemat energi, sistem transportasi ramah lingkungan dan penggunaan sumber energi terbarukan.
3. Mendorong penggunaan transportasi umum, sepeda atau berjalan kaki serta merancang sistem transportasi yang ramah lingkungan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
4. Merancang penggunaan tanah yang efisien, termasuk penanaman kembali lahan, ruang terbuka hijau dan area perkotaan yang berkelanjutan.
5. Merancang penggunaan tanah yang efisien, termasuk ruang terbuka hijau, taman kota dan zona penanaman kembali untuk memelihara lingkungan alam.
6. Mengimplementasikan sistem pengelolaan limbah yang efektif dan mendorong praktik daur ulang untuk mengurangi dampak lingkungan dari limbah perkotaan.
7. Mengadopsi teknologi terkini yang ramah lingkungan, seperti bangunan pintar, sistem pengelolaan energi cerdas dan infrastruktur berbasis teknologi yang mendukung keberlanjutan.
8. Melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan dan melibatkan mereka dalam upaya pelestarian lingkungan dan pembangunan kota yang berkelanjutan.
9. Membangun ekonomi lokal yang berkelanjutan dengan mendorong inovasi dan pertumbuhan sektor ekonomi hijau.
Dengan visi tersebut secara operasional Eco city dapat diartikan sebagai kota yang mengurangi dampak negatif dan tekanan terhadap lingkungan, meningkatkan kualitas hidup penduduk dan berkontribusi pada pencapaian pembangunan berkelanjutan. Ini melibatkan pengembangan kota secara komprehensif dengan melibatkan perencanaan dan manajemen lahan serta sumber daya secara bijaksana, serta implementasi perbaikan lingkungan dengan pendekatan yang dapat diukur (Zahrotul Izka, 2024).
Kelebihan dan Kekurangan Eco City
1. Kelebihan Eco City
Meningkatkan kebahagiaan penduduk dan keterlibatan masyarakat
Mendorong inovasi dan perubahan teknologi
Peningkatan pariwisata
Meningkatkan keanekaragaman hayati satwa liar di dalam kota
Udara bersih dan jalanan lebih bersih
Energi yang lebih ramah lingkungan berarti berkurangnya gas rumah kaca dan penggunaan bahan bakar fosil
Pengurangan limbah
Pengurangan aktivitas pertambangan dan penggundulan hutan untuk bahan bangunan.
2. Kekurangan Eco City
Mahal untuk di dirikan
Mewajibkan penduduk, kontraktor, dunia usaha dan pemerintah daerah untuk ikut serta
Mahal bagi bisnis untuk mengubah lokasi mereka
Membutuhkan waktu untuk menerapkan desain dan layanan baru
Banyak solusi ramah lingkungan, seperti pohon, membutuhkan waktu untuk tumbuh
Biaya pemeliharaannya tinggi
Beberapa desain mungkin memililki masalah keamanan (misalnya alergi)
Perlu adanya infrastruktur yang kuat agar dapat dicapai..
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad, C. F. (2021). Pembangunan Kota Hijau. (Siti, Ed.) D.I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Anggota IKAPI dan APPTI.
Ni Made Emmi Nutrisia Dewi, S. M. (2024). RANCANGAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL Konsep dan Desain Sesuai Budaya Masyarakat Perkotaan. (S. M. Dr. Miko Andi Wardana, Ed.) Bali: CV.Intelektual Manifes Media.
Zahrotul Izka, S. D. (2024). Konflik Agraria : Proyek Investasi Rempang Eco City Pulau Rempang. Pekalongan, Jawa Tengah: PT Nasya Expanding Management (NEM – Anggota IKAPI).
.
.