ECORUSH: Rumah Susun Eco-Friendly dengan Roof Utilization dan Efficiency Energy Implementation

📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 58

Ditulis oleh .Faris Abqari Falihuddin

Pendahuluan

Permukiman padat penduduk merupakan gambaran seberapa banyak transportasi pada suatu wilayah yang berperan sebagai penyumbang gas karbon di udara. Faktor penyumbang gas karbon lainnya adalah, pembakaran sampah secara terbuka, penggunaan alat rumah tangga yang tidak ramah lingkungan, serta kurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) mendukung kenaikan kadar gas karbon di udara. Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah padat penduduk. Menurut Masaron et al (2022), proyeksi jumlah penduduk Kecamatan Ciomas di tahun 2024 sebanyak 179.430 jiwa, tingginya proyeksi tersebut linear dengan banyaknya polusi udara yang berbahaya. Didukung oleh World Health Organization (WHO), efek gabungan polusi udara sekitar dan polusi rumah tangga dikaitkan dengan 6,7 juta kematian dini setiap tahunnya. Gas karbon memiliki ciri tidak memiliki warna dan bau, tetapi berbahaya apabila dihirup dengan jumlah yang besar. Gas karbon terutama karbon monoksida (CO) yang masuk ke dalam tubuh manusia dapat masuk ke saluran pernapasan dan berdifusi melalui membran alveolar bersama-sama dengan oksigen. Sel darah merah (hemoglobin) lebih mudah terikat dengan CO dibandingkan dengan O2 karena kemampuan ikatnya yang kuat. Dampaknya bagi masyarakat adalah timbulnya gejala gangguan seperti gangguan konsentrasi, cepat lelah, sesak napas, dan hal lainnya yang berimbas pada kualitas hidup sehingga penting untuk memperhatikan lingkungan tempat tinggal. Desain RUSUN yang ramah lingkungan mampu menjadi solusi bagi tempat tinggal dengan lingkungan kotor yang dapat dimaksimalkan dengan optimalisasi fungsi dari bagian-bagian bangunan seperti fasad dan atap bangunan. Fasad mikroalga menjadi solusi pengganti dari peran tanaman dengan melakukan penyerapan gas karbon akibat polutan. RUSUN ECORUSH menjadi solusi bagi permasalahan lingkungan akibat kepadatan penduduk yang dapat diimplementasikan pada permukiman Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dengan teknologi yang memanfaatkan mikroalga pada fasad bangunan, pemanfaatan air hujan menggunakan teknologi Green Roof, serta efisiensi limpasan air dengan teknologi ecodrain. .

ISI

Bogor merupakan kota dengan angka curah hujan tinggi dibanding kota lain di Jawa Barat. Potensi banjir menjadi masalah utama ketika hujan deras terjadi dalam jangka waktu yang lama. Keadaan kota dengan curah hujan tinggi dibersamai keadaan penduduk yang padat membuat daerah resapan air sangat minim karena sebagian besar lahan diisi oleh rumah dan jalan. Hal ini mendorong pemerintah untuk mencari solusi terbaik dalam mengatasi risiko banjir akibat padat penduduk. Selain itu, kepadatan penduduk menyebabkan melonjaknya penggunaan kendaraan bermotor sehingga menyebabkan peningkatan polusi udara yang tinggi. Teknologi green roof, ecodrain, dan fasad mikroalga merupakan solusi dari permasalahan tersebut.

INOVASI DAN TEKNOLOGI

Green Roof

Green roof merupakan penerapan inovasi pembangunan hijau di Indonesia dengan  tujuan pembangunan ramah lingkungan. Green roof memiliki berbagai fungsi penting seperti penyerapan air hujan, penyediaan isolasi tambahan, serta pengurangan polusi udara dan suara yang mengurangi dampak pemanasan global. Implementasi green roof pada bangunan rumah susun dapat menekan gas karbon di udara melalui proses fotosintesis dengan mengoptimalkan penanaman area hijau dan salah satu penerapannya, yaitu berada di atap rumah susun (Rahayu, 2020).

Tabel 1. Kualitas Udara di Ciomas

Sumber: IQAir, 2024

  Tingkat polusi udara di Kecamatan Ciomas dikategorikan “Sedang” dengan Indeks Kualitas Udara (AQI) sebesar 63 yang sesuai dengan standar AQI Amerika Serikat dan masih dalam batas aman. Namun, paparan jangka panjang dapat menimbulkan risiko kesehatan terutama bagi individu yang sensitif. Polutan utama di wilayah ini adalah PM2.5, yaitu partikel halus berukuran 2,5 mikrometer atau lebih kecil yang cukup bahaya bagi kesehatan. Sumber utama PM2.5, yaitu emisi kendaraan, pabrik, pembakaran biomassa, dan aktivitas konstruksi.

Tabel 2. Statistik curah hujan di Kecamatan Ciomas tahun 2023.

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor

  Menurut Wibowo (2017), Green roof berfungsi untuk memperlambat limpasan air hujan dan mengurangi kebisingan dan polusi udara. Green roof juga berperan dalam mengatur suhu ambien di mana vegetasi yang ada berfungsi untuk menyerap dan menyimpan panas matahari di siang hari, lalu melepaskannya pada malam hari. Struktur dari green roof mulai dari lapisan terbawah dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:

Gambar 1. Konstruksi /lapisan roof garden.

Sumber: Wibowo, 2017.

Gambar tersebut menunjukkan struktur lapisan green roof yang memiliki fungsi seperti lapisan paling bawah, yaitu waterproof membrane yang berfungsi menutupi seluruh permukaan atap untuk melindunginya dari kebocoran air. Lapisan ini melindungi atap dari kelembaban yang bisa merusak struktur bangunan. Selanjut di atasnya terdapat Drain Mat yang menyediakan ruang agar air dapat bergerak bebas dari penyiraman tanaman maupun hujan sehingga air terkontrol dan tidak menggenang. Selanjutnya terdapat Filter Cloth memisahkan lapisan drainase dari media tanam, mencegah tanah atau bahan tumbuh lainnya masuk dan menyumbat aliran air. Growing Medium berada di lapisan atas sebagai tempat tanaman tumbuh, umumnya berupa campuran tanah atau media khusus yang mendukung pertumbuhan tanaman sekaligus mengatur kelembaban

Klasifikasi green roof dibedakan dari ketebalan media tanam dan intensitas pemeliharaan yaitu extensive, semi-intensive, dan intensive green roof. Klasifikasi extensive green roof memiliki media tanam kurang dari 15 cm sehingga cocok untuk individu dengan aktivitas padat karena memerlukan perawatan minimal. Semi-intensive green roof memiliki ketebalan aman berbagai vegetasi, tetapi memerlukan struktur bangunan yang kuat untuk menahan beban media sebesar 15–20 cm yang memungkinkan penanaman. Sedangkan intensive green roof  memiliki ketebalan lebih dari 20 cm sehingga mampu menampung berbagai jenis bunga, rumput, dan bahkan pohon (Rahayu, 2020).

Berdasarkan literatur, jenis yang cocok untuk diterapkan dalam desain ini yakni intensive green roof. Didasari karakteristik yang cocok untuk penerapan di rumah susun, termasuk adanya sistem pengairan di mana hasil dari pengurangan air limpasan tersebut dapat dialihkan ke dalam ecodrain. Vegetasi pada green roof  cocok ditanami tanaman produktif dengan nilai ekonomis dan mudah dirawat seperti sayuran daun cepat tumbuh dan buah-buahan kecil yang tidak memerlukan ruang luas tetapi tetap dapat berproduksi secara optimal..

Ecodrain

Ecodrain adalah sistem drainase ramah lingkungan yang mengelola air hujan secara berkelanjutan dengan memanfaatkan metode alami untuk mencegah banjir. Sistem ini menangkap air hujan dari permukaan seperti atap dan jalan, lalu melalui penyaringan awal untuk menghilangkan kotoran kasar. Selanjutnya, air mengalir melalui media tanah berlapis pasir, batu kerikil, dan tanah yang memperlambat aliran dan menyaring partikel kecil. Tahap perkolasi, air yang disaring meresap ke dalam tanah mengisi lapisan air tanah dan mengurangi genangan, sekaligus menekan risiko erosi tanah di sekitarnya dan menjaga stabilitas serta kualitas tanah (Fadhila  dan Harjono, 2023).

Kehadiran ecodrain mengurangi risiko pencemaran air dengan menyaring air hujan sebelum meresap ke dalam tanah. Selain itu, ecodrain efektif dalam mengelola air hujan untuk irigasi dan penyiraman taman menghemat penggunaan air bersih. Kemampuan kontrol sistem aliran yang baik mampu mengurangi risiko banjir dan genangan terutama di area urban.

.

.

Gambar 2. Viusalisasi Desain Ecodrain

Sumber: Adriana, 2016.

Fasad Mikroalga

Konsep green building merupakan salah satu cara merancang bangunan dengan ramah lingkungan. Hal ini meliputi adanya penyesuaian pada sistem ataupun desain dari bangunan. Optimalisasi fasad dengan diterapkannya teknologi fasad mikroalga adalah salah satunya. Mikroalga merupakan organisme pohon sederhana yang tidak memerlukan batang, akar, maupun daun untuk melakukan fotosintesis (Suwarsono et al., 2024). Bioreaktor dengan mikroalga melibatkan pembentukan O2 dalam fotosintesis sehingga dibutuhkannya gas karbon, tepatnya gas karbon monoksida (CO2) untuk membentuk O2. Teknologi ini menjadi pengganti dari pohon dewasa sebagai penghasil O2 dengan bentuk yang lebih efisien, yaitu wadah akrilik yang di dalamnya terdapat media bagi mikroalga.

Menurut Widyakusuma (2024), mikroalga sebagai bioreaktor menghasilkan O2 400 kali lebih cepat dibandingkan pohon dewasa karena luas permukaannya yang lebih dapat dimanipulasi. Sebanyak 60-70% kebutuhan O2 manusia dapat dipenuhi melalui penyerapan udara dan air. Sebagai fasad, mikroalga akan memperoleh cahaya dari penyinaran matahari secara langsung yang membantu fotosintesis. Terlepas dari banyaknya mikroalga yang tersedia di alam, teknologi ini menggunakan mikroalga spesies Chlorella vulgaris yang mampu berfotosintesis dengan cahaya buatan dan memiliki umur sel lebih panjang dibandingkan mikroalga lainnya. Spesies ini tumbuh baik pada wastewater, di mana nutrisi seperti karbon, nitrogen, dan fosfor mudah diperoleh. berdasarkan literatur yang digunakan bahan pembuatan bioreaktor biasanya terbuat dari kaca transparan, polietilen, plexiglass, atau polikarbonat dengan ketebalan ideal antara 5 dan 6 cm dengan pelat bioreaktor yang disarankan memiliki ketebalan 15 mm.

Gambar 3. Penerapan Fasad Mikroalga dalam kantor BIQ House

Sumber: djl.co.id, 2023.

Gambar 4. Chlorella vulgaris

Sumber: Kusumaningtyas et al., 2023

KESIMPULAN

ECORUSH menawarkan rumah susun ramah lingkungan di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor yang memanfaatkan atap hijau dan teknologi fasad mikroalga untuk mengatasi polusi udara. Desain ini bertujuan untuk menyerap karbon dioksida, mengurangi limpasan air hujan, dan mengurangi kebisingan sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup masyarakat perkotaan. Fasad mikroalga bekerja sebagai bioreaktor untuk menghasilkan oksigen melalui fotosintesis menggunakan mikroalga Chlorella vulgaris yang diletakan di bahan transparan agar dapat memaksimalkan penyerapan sinar matahari dan mengurangi kebutuhan ruang terbuka hijau.

Ecodrain pada ECORUSH mengintegrasikan pengelolaan air hujan yang menggunakan lapisan tanah sebagai filter alami. Sistem mampu mengurangi genangan air dan meningkatkan kualitas air tanah yang penting untuk daerah padat dan rentan banjir. Dengan teknologi ecodrain, air hujan dari atap bangunan disalurkan dan disaring melalui tanah, membantu pengisian kembali air tanah secara berkelanjutan, mengurangi kebutuhan air bersih, dan menjaga stabilitas ekosistem perkotaan secara ramah lingkungan. Inovasi yang dihadirkan oleh ECORUSH menjadikannya model hunian yang relevan untuk mengatasi tantangan lingkungan di kawasan urban..

DAFTAR PUSTAKA

Adriana M. 2016. Studi Penerapan Ecodrain pada Sistem Drainase Perkotaan (Studi Kasus di Perumahan Sawojajar Kota Malang). Tesis. Magister Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya.

Fadhila FN, Harjono H. 2023. Perbandingan perencanaan dimensi bangunan ekodrainase sumur resapan di Desa Ngraseh Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro. Seminar Nasional Teknik Sipil 1(1): 19-28.

Iqair.com. 2024, 5 November. Kualitas Udara di Ciomas. Diakses pada 5 November 2024, dari https://www.iqair.com/id/indonesia/banten/ciomas?srsltid=AfmBOoorX5RprY4q5Xs8bOuBPqSq-X_D1ztk8Kv89SugB9rS7BwoopUy

Kusumaningtyas RJ, Afani SN, Maulana DF, Anggraeni AZN, Anggriani RP, Pamungkas RA. 2023. Analisis dampak limpasan terhadap penggunaan lahan di Desa Sekaran dan upaya penanganannya. Jurnal Majemuk 2(2): 189-196.

Lasecut DJ, Inspirrasi desain fasad kantor modern yang menarik, Dewa Jasa Lasercut, 26 November 2023.

Rahayu Y. 2020. Analisis konsep green roof dan pemodelan desain sederhana. Jurnal Arsitektur, Bangunan, dan Lingkungan 10(1): 53-60.

Wibowo AP. 2017. Kriteria rumah ramah lingkungan (eco-friendly house). Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran, dan Ilmu Kesehatan 1(1): 1-10.

Widyakusuma A. 2024. Inovasi arsitektur dalam bentuk fasad cerdas bangunan untuk mengatasi polusi udara jakarta. Jurnal Trave 28(1): 1-14.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Desain Green Roof

Lampiran 2. Desain ECORUSH

.

Centre for Development of Smart and Green Building (CeDSGreeB) didirikan untuk memfasilitasi pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) di sektor bangunan melalui berbagai kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pelatihan. Selain itu, CeDSGreeB secara aktif memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan yang mendorong dekarbonisasi di sektor bangunan, khususnya di daerah tropis.

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 4.9 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 78

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

3 Comments

  1. Ginanjar 12 November 2024 at 15:04 - Reply

    Mari kita sama2 promosikan penyadartahuan tentangnya pemanasan iklim global dan salah satu upayanya dimulai dengan pemanfaatan rooftop dengan ditanami tanaman hijau untuk menjaga iklim mikro

  2. Karim 12 November 2024 at 16:18 - Reply

    Sangat bermanfaat

  3. Verry f 12 November 2024 at 16:42 - Reply

    good work and keep going

Leave A Comment