Kreasi Berkelanjutan: Bangunan Hijau dengan Botol Kaca
Ditulis oleh : Fanesha Fazriyani
PENDAHULUAN
Pemanasan global dan perubahan iklim menjadi tantangan besar yang dihadapi dunia saat ini. Di tengah perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan, sektor konstruksi menjadi salah satu fokus utama dalam upaya global untuk mengurangi emisi karbon dan meningkatkan efisiensi energi. Berdasarkan dari laporan Global Carbon Budget (2023), 10 negara penghasil emisi karbon terbesar yaitu 1) Brasil sebesar 1,08 miliar ton per tahun. 2) Indonesia 930 juta per tahun. 3) Kango 570 juta per tahun. 4) Malaysia 150 juta per tahun. 5) Tanzania 140 juta per tahun. 6) Vietnam 140 juta per tahun. 7) Myanmar 120 juta per tahun. 8) Meksiko 110 juta per tahun. 9) Angota 110 juta per tahun. 10) Ethiopia 100 juta per tahun.
Indonesia merupakan negara penghasil emisi karbon terbesar kedua, sehingga dampaknya terhadap lingkungan global bisa sangat besar, mengingat sektor bangunan merupakan salah satu kontributor utama emisi karbon. Bangunan hijau dan bangunan cerdas telah muncul sebagai dua solusi terdepan untuk masalah lingkungan yang disebabkan oleh pemanasan global dan krisis energi. Bangunan hijau mengutamakan penggunaan material yang ramah lingkungan dan efisiensi energi, sedangkan bangunan pintar memanfaatkan teknologi untuk memaksimalkan efisiensi dan kenyamanan penghuninya. Salah satu inovasi yang dapat berkontribusi dalam pengembangan ini adalah daur ulang kaca dan penggunaan botol kaca. Menerapkan daur ulang kaca dapat membantu mengurangi emisi dan menciptakan bangunan yang lebih hemat energi..
PEMBAHASAN
Limbah kaca terdiri dari kaca wadah, kaca datar dan jenis yang tersisa disebut kaca lainnya. Kaca yang dibuang dapat digunakan sebagai agregat atau komponen pengganti semen. Infrastruktur yang tidak memadai menjadi alasan utama sampah kaca dikirim ke tempat pembuangan akhir. Tidak tersedianya infrastruktur membuat daur ulang kaca hampir tidak mungkin dilakukan. Lebih ekonomis untuk mengembalikan pecahan kaca yang didaur ulang untuk memproduksi produk kaca di industri kaca karena menghemat energi dan sumber daya alam serta mengurangi emisi CO2. Kemampuan beradaptasi kaca dalam industri konstruksi baik di rumah, lingkungan kerja, dan struktur bangunan baru haruslah hemat energi, aman, bergaya, dan menyenangkan secara estetika. Selain itu, kaca ini juga nyaman bagi penghuninya dan dapat digunakan untuk menghasilkan energi dan berkomunikasi. Kaca tertutup yang terisolasi memantulkan panas dari struktur dan kembali ke interior, sehingga mencegah kehilangan panas dan membantu relaksasi penghuni. Kaca dapat mengatur tingkat energi matahari yang masuk ke dalam struktur, membiarkan cahaya masuk sambil memantulkan sebagian panas matahari. Limbah kaca daur ulang dalam beton sering digunakan dalam berbagai metodologi dalam industri konstruksi bangunan sebagai substitusi parsial setidaknya satu atau lebih konstituennya (Ogundairo et al., 2019).
1. Dampak Lingkungan Daur Ulang Serat Kaca
Daur ulang serat kaca dapat mengurangi dampak lingkungan dengan cara-cara berikut: a) mengurangi limbah. Serat kaca daur ulang membantu mengalihkan limbah kaca dari tempat pembuangan akhir, mengurangi limbah dan melestarikan sumber daya. b). Menurunkan Konsumsi Energi: Mendaur ulang serat kaca membutuhkan lebih sedikit energi daripada memproduksi serat kaca baru. Dengan demikian mengurangi jejak karbon secara keseluruhan (Tiwari et al., 2023).
2.Penggunaan Botol Kaca untuk Bangunan
Botol kaca bekas merupakan barang bekas yang memiliki banyak pilihan untuk dimanfaatkan kembali. Salah satunya adalah digunakan sebagai material dinding pada sebuah bangunan. Botol-botol tersebut diletakkan secara horizontal, memastikan cahaya melewati bagian bawah, dengan manfaat tambahan karena mudah ditumpuk. Label pada botol kaca harus dilepas untuk memastikan ikatan dengan mortar. GBEB harus diproduksi tanpa menggunakan mesin yang mahal. Ketika komponen prefabrikasi diproduksi, komponen tersebut harus memiliki dimensi dan berat tertentu yang mudah ditangani dengan kekuatan tubuh. Dinding tanah botol kaca penahan beban (GBEW), yang merupakan bagian dari GBEB, harus memenuhi persyaratan kemudahan servis dan tenggat waktu. Dinding penahan beban harus memiliki kemungkinan terdiri dari GBEB prefabrikasi untuk meningkatkan fleksibilitas dalam ruang dan waktu (Alkisaei et al., 2024).
2.1 Penurunan Temperature
Prototipe botol kaca bekas yang dapat menurunkan suhu dari luar ruangan ke dalam ruangan adalah botol vertikal berukuran 350 ml dengan penurunan suhu sebesar 33%. Ini memiliki perbedaan penurunan suhu rata-rata sebesar 11,9 °C. Prototipe botol 350 ml horizontal memiliki penurunan suhu sebesar 32% dan memiliki selisih penurunan suhu rata-rata sebesar 10,5 °C. Prototipe botol 150 ml horizontal memiliki penurunan suhu sebesar 32%, tidak jauh berbeda dengan prototipe botol 350 ml horizontal yang memiliki selisih rata-rata sebesar 10,4 °C. Prototipe botol 150 ml vertikal memiliki penurunan suhu hanya 26% dengan perbedaan penurunan suhu rata-rata 8,4 °C. Beberapa faktor memungkinkan terjadinya penurunan suhu yang cukup signifikan pada prototipe botol vertikal 350 ml dengan penurunan suhu sebesar 33%. Yang pertama adalah penurunan temperatur dapat dipengaruhi oleh dimensi botol yang besar sehingga terdapat ruang udara yang cukup untuk terjadinya proses insulasi sehingga radiasi panas terperangkap di dalam botol dan menurunkan temperatur pada sisi belakang prototipe (Dyarie & Ridzqo, 2022)..
2.2 Itensitas Cahaya
Penyusunan botol kaca secara vertikal adalah pilihan terbaik untuk memaksimalkan masuknya cahaya alami ke dalam ruangan. Sebaliknya, susunan horizontal kurang sesuai jika diterapkan pada fasad yang bertujuan meningkatkan pencahayaan, karena ketebalan botol dapat mengurangi intensitas cahaya matahari yang masuk. Dengan susunan vertikal, ruangan mendapatkan pencahayaan alami yang lebih merata, sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada pencahayaan buatan dan meningkatkan efisiensi energi di dalam bangunan (Baiti et al., 2022).
Prototipe botol kaca 150 ml yang disusun secara horizontal memiliki kemampuan lebih tinggi dalam mengurangi intensitas cahaya dari luar, dengan tingkat penurunan mencapai 69%. Sementara itu, prototipe botol 350 ml horizontal menurunkan intensitas cahaya sebesar 30%, prototipe botol 150 ml vertikal hanya mengurangi 2%, dan prototipe botol 350 ml vertikal tidak menunjukkan penurunan intensitas cahaya sama sekali. Hasil intensitas cahaya dari ketiga jenis prototipe ini cocok untuk ruangan yang memerlukan ketelitian dan presisi tinggi, seperti ruang gambar, ruang pengepakan, serta area produksi di pabrik. Dengan variasi intensitas ini, pengguna dapat menyesuaikan jenis susunan botol sesuai kebutuhan spesifik pencahayaan di setiap ruangan (Dyarie & Ridzqo, 2022). Penggunaan botol kaca sebagai material bangunan memberikan manfaat besar bagi kenyamanan termal dan visual. Jika botol bekas ini menggunakan kaca riben berwarna gelap, material tersebut dapat membantu menyerap panas sekaligus meningkatkan intensitas cahaya matahari yang masuk pada sore hari. Dengan demikian, penggunaan kaca botol berwarna tidak hanya menambah estetika bangunan tetapi juga mendukung pengaturan suhu dan pencahayaan alami, menciptakan lingkungan dalam ruangan yang lebih sejuk dan nyaman (Indraguna et al., 2014).
KESIMPULAN
Penggunaan botol kaca sebagai material bangunan memungkinkan pengurangan limbah sekaligus meningkatkan efisiensi energi pada bangunan. Botol kaca yang disusun dalam dinding bangunan dapat mengatur aliran cahaya alami, memberikan isolasi yang membantu menurunkan suhu ruangan, dan mengurangi kebutuhan energi untuk pencahayaan buatan. Penggunaan botol kaca juga memperkaya aspek estetika, menciptakan tampilan unik yang tetap memenuhi fungsi bangunan.
Botol kaca memiliki kemampuan adaptif sebagai material bangunan, terutama dalam menjaga suhu ruangan dan intensitas cahaya. Misalnya, prototipe botol kaca 350 ml yang disusun vertikal dapat menurunkan suhu ruangan hingga 33%, sementara penataan secara horizontal pada fasad efektif dalam mengurangi intensitas cahaya. Efek insulasi ini terjadi karena adanya ruang udara dalam botol, yang membantu mencegah radiasi panas masuk secara berlebihan. Susunan botol kaca vertikal memungkinkan masuknya cahaya alami secara optimal, menciptakan pencahayaan yang cocok untuk ruangan kerja yang membutuhkan ketelitian. Kaca berwarna atau riben juga dapat menyerap panas dan mengurangi intensitas cahaya, menjadikan ruangan lebih nyaman secara termal dan visual, terutama pada waktu sore.
DAFTAR PUSTAKA
Alkisaei, H., Heller, H., Justino de Lima, C., Noteboom, C., & Louter, C. (2024). Glass Bottle Earth Brick for Structural Wall. Challenging Glass Conference Proceedings, 9(June), 1–21. https://doi.org/10.47982/cgc.9.628
Baiti, N. N., Sugini, & Chairunnisa, B. (2022). Penerapan Dinding Botol Kaca Sebagai Material Fasad pada Bangunan Gedung Olahraga Ngampilan untuk Meningkatkan Kualitas Pencahayaan. Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2022, 503–513.
Dyarie, E. P., & Ridzqo, I. F. (2022). Efektifitas Penurunan Temperatur Dan Intensitas Cahaya Material Botol Kaca Bekas Sebagai Dinding Bangunan. Rustic, 2(2), 53–63. https://doi.org/10.32546/rustic.v2i2.1760
Global Carbon Budget. (2023).
Indraguna, M., Carlos, L., Zulkifli, L., Widjaja, I. P., & Brunner, T. (2014). Kajian Manfaat Material Botol Bekas sebagai Elemen Dinding terhadap Kenyamanan Thermal & Visual Ditinjau dari Aspek Sustainable. Jurnal Reka Karsa – Jurnal Online ITENAS, 2(3), 1–11.
Ogundairo, T. O., Adegoke, D. D., Akinwumi, I. I., & Olofinnade, O. M. (2019). Sustainable use of recycled waste glass as an alternative material for building construction – A review. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 640(1). https://doi.org/10.1088/1757-899X/640/1/012073
Tiwari, M., Tiwari, V., Khare, A. K., Tiwari, P., & Jain, P. (2023). Sustainable Building Solutions: Recycled Glass Fibers in Concrete. International Journal of Multidisciplinary Research in Science, Engineering and Technology, 2(12), 2310–2313. https://doi.org/10.15680/ijmrset.2019.0212014
.