Mengubah Limbah menjadi Lestari: Inovasi Material Daur Ulang dalam Konstruksi Ramah Lingkungan

📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 306

Ditulis oleh Trianita Sara Simarmata

Konstruksi adalah salah satu sektor yang semakin mendapat perhatian di tengah meningkatnya kesadaran akan krisis lingkungan global. Industri konstruksi memiliki dampak lingkungan yang signifikan, terutama dalam hal penggunaan sumber daya alam dan emisi karbon. Industri konstruksi global bertanggung jawab atas 39% dari emisi karbon yang dihasilkan oleh energi dan 11% di antaranya berasal dari material bangunan itu sendiri (World Green Building Council, 2021). Kita dapat mengubah limbah menjadi material daur ulang untuk membuat bangunan yang ramah lingkungan dengan mengikuti prinsip “Dari Limbah Menjadi Lestari.” Material daur ulang dapat menjadi sumber daya konstruksi yang kuat, tahan lama, dan lebih efisien dengan mengurangi emisi karbon hingga 30% dan biaya produksi hingga 20%. Limbah yang biasanya dibuang dapat menjadi sumber daya konstruksi yang kuat, tahan lama, dan lebih efisien (Journal of Building Engineering, 2023). Dalam upaya mengurangi jejak karbon ini, konsep bangunan hijau kini semakin berkembang, dengan fokus pada penggunaan material daur ulang seperti limbah plastik dan limbah konstruksi sebagai bahan baku pembuatan material bangunan modular Solusi ini tidak hanya mengurangi jejak karbon yang dihasilkan oleh konstruksi, tetapi juga mengurangi limbah yang mencemari lingkungan, menghemat sumber daya alam, dan merupakan ide inovatif untuk konstruksi hijau yang lebih berkelanjutan.

Pemanfaatan Limbah Plastik sebagai Material Bangunan

Limbah plastik adalah salah satu penyumbang polusi terbesar di dunia, terutama karena sifatnya yang tidak dapat terurai secara alami dan memerlukan ratusan tahun untuk terurai. Setiap tahunnya, diperkirakan 300 juta ton plastik diproduksi secara global, dan sebagian besar berakhir di lingkungan (United Nations Environment Programme, 2022). Dengan menggunakan teknologi daur ulang yang inovatif, limbah plastik ini dapat diubah menjadi blok modular yang tahan lama yang dapat menggantikan bahan bangunan konvensional. Blok berbahan plastik daur ulang ini juga memiliki kelebihan tahan terhadap kelembapan dan serangan mikroorganisme, yang sangat penting bagi ketahanan bangunan (Kementerian LHK, 2021). Teknologi yang digunakan melibatkan pengolahan plastik melalui proses ekstrusi atau pencetakan panas. Dalam proses ini, plastik dilelehkan dan dicetak menjadi balok atau papan modular. Ketahanan terhadap kelembaban, ketahanan fisik yang baik, dan sifat isolasi yang cukup tinggi adalah kelebihan blok ini.

Penggunaan Limbah Konstruksi sebagai Agregat Daur Ulang

Berdasarkan data dari Waste and Resources Action Programme (WRAP), sekitar 40% dari total limbah yang dihasilkan di Eropa berasal dari konstruksi dan pembongkaran (WRAP, 2020). Selain plastik, limbah konstruksi yang terdiri dari puing-puing beton dan batu bata bekas juga dapat digunakan sebagai material bangunan. Bahan-bahan ini biasanya dibuang begitu saja, tetapi dapat didaur ulang menjadi agregat baru yang dapat digunakan untuk membuat struktur yang lebih kokoh dan tahan lama. Penggunaan limbah konstruksi ini dapat mengurangi kebutuhan untuk menambang bahan baku baru seperti pasir dan kerikil, yang berdampak pada pengurangan kerusakan lingkungan akibat penambangan (Rohman, 2020). Blok modular yang menggunakan agregat daur ulang ini juga dapat digunakan sebagai campuran untuk membuat beton baru atau blok modular, sehingga mengurangi penggunaan bahan baku baru.

Inovasi Material Daur Ulang dalam Konstruksi Bangunan

Berikut beberapa ide inovatif yang dapat diterapkan dalam proyek konstruksi bangunan ramah lingkungan dengan memanfaatkan limbah:

a. Bata Plastik Daur Ulang: Pengganti Bata Konvensional

Pembuatan bata dari plastik daur ulang adalah ide yang menjanjikan dan salah satu solusi inovatif. Proses ini melibatkan pencairan plastik bekas dan mencetaknya menjadi bata yang ringan, kuat, dan tahan air. Di Kenya telah menggunakan teknologi ini untuk membuat bata plastik yang lebih tahan lama daripada bata konvensional. Bata ini dapat bertahan lebih dari lima puluh tahun tanpa retak. Teknologi ini sangat cocok untuk bangunan di daerah tropis karena bata plastik memiliki daya tahan terhadap kelembapan dan suhu tinggi. Bata plastik dapat mengurangi polusi plastik hingga 60% dan menurunkan emisi karbon karena tidak memerlukan pembakaran seperti bata tanah liat (Waste Management & Research, 2022).

Gambar 1.1 Bata plastik

Gambar 1.2 Nzambi Matee berhasil mencitpakan inovasi dengan membuat batu bata dari daur ulang sampah plastik

b. Panel Kaca Daur Ulang untuk Efisiensi Energi

Kaca yang tidak terpakai, seperti jendela bangunan lama atau botol kaca, dapat dihancurkan dan dilebur kembali untuk membuat panel kaca dekoratif atau bahkan panel surya. Panel kaca daur ulang ini dapat ditempatkan di tempat yang terkena sinar matahari langsung, yang akan membantu menurunkan suhu ruangan hingga sepuluh hingga lima belas persen dan mengurangi ketergantungan pada sistem pendingin. Panel kaca daur ulang terbukti mampu menurunkan suhu ruangan hingga 15% di daerah beriklim tropis (Resources, Conservation & Recycling, 2022). Selain itu, teknologi ini dapat digunakan untuk membuat fasad bangunan yang indah dan kontemporer. Di beberapa negara di Eropa, fasad gedung kantor dihiasi dengan panel kaca daur ulang yang memungkinkan suhu di dalam tetap sejuk tanpa menggunakan sistem pendingin. Penggunaan panel kaca daur ulang di gedung dapat mengurangi konsumsi energi hingga 20% di bangunan beriklim panas (Resources, Conservation & Recycling, 2023).

Gambar 1.3 Rumah botol kaca

Gambar 1.4 Rumah Ridwan Kamil yang dibalut 30 ribu botol bekas

c. Beton Daur Ulang dengan Campuran Abu Biomassa

Limbah biomassa, seperti abu sekam padi, limbah kayu, dan sisa-sisa pembakaran organik lainnya dapat diolah sebagai pengganti sebagian semen dalam campuran beton. Mengganti semen dengan limbah biomassa dapat membantu mengurangi emisi karbon dari beton, karena semen adalah salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar dalam konstruksi. Penggunaan abu biomassa dalam campuran beton dapat mengurangi emisi karbon hingga 40% dibandingkan dengan beton biasa (Journal of Cleaner Production, 2021). Di India, beton biomassa ini telah digunakan dalam beberapa proyek. Abu sekam padi dicampur dengan beton untuk membuat bangunan yang tahan gempa yang lebih murah. Beton dari abu biomassa memiliki kekuatan yang setara dengan beton konvensional, menjadikannya alternatif yang layak dalam konstruksi (Environmental Research and Public Health, 2023).

.Gambar 1.5 Sekam padi bakar

Gambar 1.6 Beton sekam padi bakar

Penggunaan material daur ulang untuk membuat bangunan ramah lingkungan, seperti limbah plastik dan limbah konstruksi, dapat mengurangi dampak negatif industri konstruksi terhadap lingkungan. Pembuatan blok modular daur ulang dari limbah plastik dan limbah konstruksi menunjukkan peluang besar untuk mengatasi dua masalah sekaligus: pengelolaan limbah dan konstruksi ramah lingkungan. Selain mengurangi emisi karbon dan menghemat biaya, blok modular yang terbuat dari bahan ini menawarkan solusi kreatif untuk desain bangunan yang fleksibel dan cepat. Material seperti abu biomassa, kaca, dan plastik dapat diubah dari limbah menjadi bahan yang berguna untuk pembangunan infrastruktur dengan inovasi baru. Proses ini tidak hanya mengurangi emisi karbon dan limbah, tetapi juga memiliki efisiensi energi yang lebih tinggi dan ketahanan yang sebanding dengan material konvensional. Material daur ulang ini dapat digunakan lebih luas dengan bantuan pemerintah dan masyarakat. Langkah-langkah ini merupakan investasi penting dalam masa depan konstruksi berkelanjutan, karena mereka akan membawa dunia kita lebih dekat ke lingkungan yang lebih lestari dan hijau.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, N. (2023). Utilizing plastic waste in the building and construction industry: A pathway towards the circular economy. Construction and Building Materials, 383, 131311.

Environmental Research and Public Health. (2023). “Biomass Ash as a Sustainable Replacement for Cement in Concrete Production.” Environmental Research and Public Health.

Hendrawan, A., & Rahayu, D. (2019). Pemanfaatan Limbah Plastik dalam Pembangunan Blok Modular. Jurnal Teknik Sipil Indonesia, 27(4), 156-164.

Journal of Building Engineering. (2023). “Utilizing Recycled Materials in Construction: A Sustainable Approach for Lower Carbon Emissions.”

Journal of Cleaner Production. (2021). “Biomass Ash as a Cement Substitute: Carbon Footprint Reduction in Concrete Production.”

Journal of Cleaner Production. (2021). “Recycled Materials in Construction: Reducing Carbon Footprint and Resource Consumption.” Journal of Cleaner Production.

Kementerian LHK. (2021). Laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia 2021. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.

MacLeod, M., Arp, H. P. H., Tekman, M. B., & Jahnke, A. (2021). The global threat from plastic pollution. Science, 373(6550), 61-65.

Olatoyan, O. J., Kareem, M. A., Adebanjo, A. U., Olawale, S. O. A., & Alao, K. T. (2023). Potential use of biomass ash as a sustainable alternative for fly ash in concrete production: A review. Hybrid Advances, 4, 100076.

Resources, Conservation and Recycling. (2022). “Utilization of Recycled Glass in Construction: Enhancing Thermal Insulation and Aesthetic Value.” Resources, Conservation and Recycling.

Rohman, M. (2020). Daur Ulang Limbah Konstruksi sebagai Agregat pada Material Bangunan Hijau. Jurnal Arsitektur Lingkungan, 18(2), 45-52.

Thomas, B. S., Yang, J., Mo, K. H., Abdalla, J. A., Hawileh, R. A., & Ariyachandra, E. (2021). Biomass ashes from agricultural wastes as supplementary cementitious materials or aggregate replacement in cement/geopolymer concrete: A comprehensive review. Journal of Building Engineering, 40, 102332.

Waste Management & Research. (2022). “Plastic Waste Recycling in Construction: An Innovative Solution for Sustainable Development.”

WRAP. (2020). Construction and Demolition Waste Statistics in Europe.

Centre for Development of Smart and Green Building (CeDSGreeB) didirikan untuk memfasilitasi pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) di sektor bangunan melalui berbagai kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pelatihan. Selain itu, CeDSGreeB secara aktif memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan yang mendorong dekarbonisasi di sektor bangunan, khususnya di daerah tropis.

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 4.9 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 61

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

One Comment

  1. Natthh 9 November 2024 at 21:47 - Reply

    Kelaszzzzz

  2. V 10 November 2024 at 19:38 - Reply

    Tulisan yang sangat baik dan edukatif.

  3. beyi 10 November 2024 at 20:05 - Reply

    sangat membantu saya dalam mengenal tentang daur ulang limbah

Leave A Comment