Mengintegrasikan Limbah Plastik Dalam Material Konstruksi Paving Block Untuk Mengembangkan Pembangunan Hijau Di Indonesia Dan Mendukung SDGs
Ditulis oleh Ardeva Feby Pramesti
Pendahuluan
Pembangunan infrastruktur di Indonesia sudah semakin berkembang pesat seiring berkembangnya zaman dan teknologi. Dalam perjalanannya, infrastruktur di dunia dan di Indonesia sedang menghadapi tantangan terkait dengan dampaknya pada lingkungan. Pembangunan dapat membawa dampak positif bagi masyaraka, tetapi pembangunan juga dapat membawa resiko terjadinya eksploitasi sumber daya alam (SDA) dan terjadinya pencemaran lingkungan (1). Penggunaan material konvensional yang berpotensi merusak lingkungan dan ekosistam masih banyak diterapkan oleh sebagian besar proyek konstruksi di Indonesia. Misalnya pada penggunaan beton dan aspal, seringkali menghasilkan limbah yang sulit terurai serta mencemari air.
Selain itu, sampah plastik menjadi masalah lingkungan yang semakin mengkhwatirkan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia (2). Konsumsi plastik terus mengalami pertumbuhan dan peningkatan dari konsumsi sebesar 4,5 juta ton pada tahun 2015 meningkat menjadi 4,8 juta ton pada tahun 2016 atau tumbuh sebesar 5,2% (3). Menurut data kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, hampir 11,6 juta ton sampah di Indoensai adalah limbah plastik. Mayoritas daerah di Inbdoneisa masih kesulitan dalam pengelolaan sampah plastik yang dihasilkan oleh masyarakat menyebabkan penumpukan sampah yang terbuang begitu saja dan mencemari lingkungan (4). Masalah ini akan terus memburuk, mengancam kesehatan masyarakat, dan bahkan menjadi permasalahan kewberlanjutan lingkungan jika tidak segera diatasi dengan sebuah inovasi perubahan.
Salah satu material konstruksi yang sering digunakan adalah paving block. Paving block merupakan material konstruksi yang terdiri dari campuran semen, agregat dan air yang dapat juga ditambahkan bahan lain tanpa mengurangi kualitas paving block (5). Material ini merupakan salah satu produk konstruksi yang banyak digunakan di Indonesia. Paving block banyak digunakan karena memili keunggulan seperti kemudahan dalam proses pemasangan, mudah untuk dirawaqt, serta memiliki daya tahan yang baik terhadap cuaca. Biasanya. Paving block digunakan pada jalan setapak, area parkir, dan area halaman.
Untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh plastik, inovasi penggunaan limbah plastik sebagai bahan campuran dalam pembuatan paving block merupakan solusi yang menarik. Inovasi ini bisa membantu dalam mengembangkan pembangunan hijau di Indonesia yang ramah lingkungan serta turut mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (Suistanable Development Goals). Dengan pengolahanyang tepat inovasi paving block ramah lingkungan ini dapat mengurangi ketergantungan pada bahan baku yang berdfampak negatif pada linmgkungan. Selain itu, inovasi ini tidak hanya membantu menngurangi jumlah limbah plastik tetapi juga memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan secara bersamaan, sesaui dengan agenda SDGs ke-11 tentang kota dan pemukiman yang berkelanjutan.
Isi dan Pembahasan
Limbah plastik merupakan penyumbang terbesar pencemaran baik di darat maupun di laut di seluruh wilayah Indonesia. Per tahunnya diperkirakan ada sebanyak 6 ton li9mbah plastik yang dihasilkan, dengan sekitar 3,2 ton berakhir di lautan. Kebanyakan limbah plastik tersebut berasal dari sampah pemakaian sehari-hari seperti sampah botol plastik, kantong plastik, dan produk plastik lainnya yang sekali pakai. Maka dari itu diperlukannya inovasi untuk mengatasi permasalahan plastik di Indonesia untuk menjaga kelestarian lingkungan
Pencampuran limbah plastik kedalam paving block ini merupakan salah satu cara mengurangi limbah plastik sekaligus jalan menuju pembangunan hijau di Indoensia. Ada banyak jenis-jenis plastik, namun yang sering digunakan dalam campuran Ipaving block adalah polyethylene terephthalate (PET), polypropylene (PP), high density polyethylene (HDPE), dan low density polyethylene (LDPE). Masing-masing dari jenis plastik tersebut memberikan hasil yang berbeda di tiap sample.
Proses pembuatannya adalah dengan dua cara, yaitu yang pertama dengan melelehkan plastik yang kemudian dijemur dan ditumbuh, dan yang kedua adalah dengan mencacah plastik menjadi suwiran tipis-tipis. Serbuk dan cacahan plastik ini kemudian dicampurkan kedalam adonan bata beton segar dengan perbandingan tertentu.
Rata-rata presentasi campuran limbah plastik yang digunakan adalah sekitar 50% hingga 70% pada tiap adonan. Pada campuran plastik jenis PET dan HDPE dengan perbandingan presentasi campuran 70% limbah plastik dan 30% semen serta air, dihasilkan nilai kuat tekan yang cocok untuk diaplikasikan sebagai jalan setapak atau trotoar.
Penggunaan limbah plastik berjenis PP dengan presentasi campuran 50% limbah plastik menghasilkan milai kuat tekan yang lebih unggu dari pada paving block konvensional. Hasil kuat tekan yang dihasilkan dari pencampuran limbah plastik ke dalam paving block sangat bervariasi antara 14 MPa hingga 22 MPa. Plastik berjenis PET dan HDPE cenderung menghasilkan kuat tekan yang lebih tinggi.
Menurut SNI 03-0691-1996 yang mengatur tentang bata beton disyaratkan kuat tekan minimum untuk bata beton apada umur 28 hari adalah 20 MPa. Untuk penggunaan di area yang lebih berat dengan beban yang lebih besar dibutuhkan nilai kuat tekan yangt lebih besar pula. Kesusaian kuat tekan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis plastik yang digunakan, kadar plastik dalam campuran, dan metode pembuatan dan pengelolaannya.
Inovasi ini memberikan dampak positif yang begitu besar untuk keberlanjutan lingkungan. Inovasi ini juga mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan yang telah ditetapkan oleh PBB. Pengurangan limbah plastik di lingkungan sejalan dengan tujuan SDGs ke-12 tentang produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab. Dengan pengolahan limbah plastik yang baik, Indonesia bisa berkontribusi pada pengurangan dampak lingkungan dari konsumsi plastik. Selain itu, SDGs ke-9 tentang infrastruktur yang kuat, inovatif, dan berkelanjutan juga tercermin dalam penggunaan material berbasis plastik yang dapat meningkatkan daya tahan infrastruktur di Indonesia.
Namun, perlu diperhatikan jika proses pengolahan limbah plastik ini membutuhkan penelitian dan pengembangan teknologi yang lebih lanjut, Plastik harus diproses dengan suhu dan ketentuan tertentu agar dapart menyatu dengan bahan penyusun paving block tanpa mengurangi kualitas dan nilai kekuatannya. Selain itu, peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk penyebaran paving block dengan bahan tambah limbah plastik ini bisa diperjual belikan secara legal di Indoensia.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, mengintegrasikan limbah plastik kedalam paving block tidak hanya memberikan solusi permasalahan dari menumpuknya limbah plastik, tetapi juga mendukung pembangunan berkelanjutan di Indonesia dan pembangunann hijau di Indonesia. Limbah sampah yang tersebar bisa dikurangi dengan menjalankan inovasi ini. Paving block yang dicampur dengan limbah plastik memiliki nilai kekuiatan tekan antara 14-22 MPa yang sudah sesuai dengan peraturasn SNI.
Namun, untuk menghasilkan nilai kuat tekan yang lebih besar dibutuhkan penelitian lebih lanjut. Karena komposisi campuran plastik, jenis plastik yang digunakan, dan proses pembuatannya berperan penting dalam kuat bata beton yang dihasilkan. Diperlukan juga kerjasama antara pemerintah dan masyarakat agar inovasi paving block liombah plastik ramah lingkungan ini bisa diperjual belikan secara legal di Indonesia.
Dojarapkan inovasi ini bisa menjawab permasalahan lingkungan yang tengah terjadi agar Indonesia bisa menjadi negara yang asri melalui pembangunan hijau. Menumpuknya limbah plastik yang tersebar di lautan dan mengganggu ekosistem semoga bisa teratasi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Burhanuddin B, Basuki B, Darmanijati M. Pemanfaatan Limbah Plastik Bekas Untuk Bahan Utama Pembuatan Paving Block. J Rekayasa Lingkung. 2020;18(1):1–7.
2. Istirokhatun T, Nugraha WD. Pelatihan Pembuatan Ecobricks sebagai Pengelolaan Sampah Plastik di Rt 01 Rw 05, Kelurahan Kramas, Kecamatan Tembalang, Semarang. J Pasopati ’Pengabdian Masy dan Inov Pengemb Teknol [Internet]. 2020;1(2):85–90. Available from: https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/pasopati/article/view/5549%0Ahttps://ejournal2.undip.ac.id/index.php/pasopati/article/download/5549/3111
3. Abdul Kader M, Herlina E, Setianingsih W. Pengelolaan Sampah Plastik Menjadi Paving Block Sebagai Prospek Bisnis Pada Masyarakat Pra Sejahtera Management of Plastic Waste To Paving Block As a Business Prospect in Pre-Prosperous Communities. Abimas Galuh. 2021;3(1):102–13.
4. Zairinayati Z, Maftukhah NA, Novianty N. Pengelolaan Sampah Bernilai Ekonomi Berbasis Masyarakat. BERDIKARI J Inov dan Penerapan Ipteks. 2020;8(2):132–41.
5. Bagas IAR, Widiasanti I, Septiandini E. Limbah Sebagai Bahan Pembuatan Paving Block. J Pendidik Tambusai. 2024;8(1):1176–82.
6. Kusuma GA. Pemanfaatan Sampah Plastik Jenis PP ( Poly Propylene ) sebagai Substitusi Agregat pada Bata Beton ( Paving Block ). Univ Islam Indones. 2019;1–12.
7. Oktoyudha HA, Handayani KN. Pengaruh Penambahan Cacah Sampah Plastik Polyetilene Terephlate (Pet) Pada Variasi Rancang Campur Paving Block. 2023;1–9.
8. Mahagadha IMB, Barus L, Trigunarso SI. Pemanfaatan Sampah Plastik Jenis PET (Polyethylene Terephthalate) Sebagai Bahan Tambahan Pembuatan Paving Block Model Hexagon. MJ (Midwifery Journal). 2023;3(2):107–11.
9. Hermansyah H, Marselina S. Pemanfaatan Cacahan Limbah Plastik Dalam Pembuatan Campuran Paving Blok. J Kacapuri J Keilmuan Tek Sipil. 2022;5(1):122.
10. Sultan MA, Tata A, Wanda A. Penggunaan Limbah Plastik PP Sebagai Bahan Pengikat Pada Campuran Paving Block. Siklus J Tek Sipil. 2020;6(2):95–102.
11. Difo Alfindo, Rita Nasmirayanti. Analisis Perbandingan Kuat Tekan Paving block Berbahan Fly Ash dengan Limbah Plastik. Civ Eng Collab. 2022;7:7–13.