A pile of garbage in a factory

Description automatically generated

Mendorong Penggunaan Limbah Plastik dalam Membangun Bangunan Hijau di Era Modernisasi

📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 76

Ditulis oleh Carisa Audrey L.

A. Pendahuluan  

Di era modern ini, penggunaan plastik sebagai bahan baku pembuatan benda sehari-hari sangatlah banyak. Keterlanjutan ini membuat banyaknya limbah plastik yang terbuang di lingkungan. Namun, kabar baiknya, ada beberapa instansi ataupun kelompok masyarakat yang memiliki kemampuan serta inovasi untuk mendaur ulang limbah plastik. Salah satunya adalah sebagai material pembangunan bangunan hijau, yaitu paving block, yang lebih ramah lingkungan terutama dalam membantu pembangunan bangunan hijau.B.

B. Isi

Lebih lagi, titik permasalahan yang paling serius yang mesti dihadapi adalah ketika para arsitek ataupun insinyur di seluruh dunia selalu saja membangun bangunan menggunakan bahan baku yang tidak ramah lingkungan. Misalnya, penggunaan beton sebagai bahan baku yang dimana membutuhkan sumber daya yang melimpah serta dapat meningkatkan emisi karbon di udara. Oleh karena itu, penggunaan paving block yang berbahan dasar lain yang ramah lingkungan dapat membantu untuk mengurangi dampak negatif dari bahan baku yang tidak ramah lingkungan.

Paving block adalah suatu elemen bahan yang dibuat dari campuran semen, air, serta pasir dengan bahan tambahan lainnya. Paving block ini bersifat kuat sehingga telah dipakai sejak tahun 1950-an di Negera Belanda sebagai pengganti batu bata konvensial untuk pekerjaan. Disisi lain, plastik ataupun limbah plastik merupakan bahan organic yang sulit terurai di alam yang membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai dan mudah ditemukan di kebanyakan tempat di seluruh negara, termasuk di Indonesia. Dimana menurut analisis data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kelautan, sekitar 11,6 juta ton adalah limbah plastik dari 65 juta ton sampah keseluruhan di Indonesia. Lebih dalam, limbah ini sering menimbulkan penimbunan limbah yang merusak ekosistem di suatu lingkungan. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengolahan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2023, per 24 Juli 2024 hasil input dari 290 kab/kota se Indonesia menyebutkan jumlah timbunan sampah nasional mencapai angka 31,9 juta ton. Maka dari itu, dibuatlah inovasi dari paving block biasa dengan limbah plastic yang menjadikannya produk baru yaitu paving block ramah lingkungan dengan tujuan untuk mengurangi limbah sampah serta menjadikannya sebagai bahan yang sangat membantu untuk masyarakat.

Untuk paving block ramah lingkungan tersendiri adalah paving block yang menggunakan system daur ulang limbah plastik yang membantu kebanyakan masyarakat, salah satunya adalah dalam membantu pembangunan bangunan hijau. Pemilihan limbah plastic menjadi paving block ramah lingkungan ini tidak asal-asalan dipilih, melainkan limbah tersebut telah dipilih karena kualifikasinya yang sangat cocok, yakni memiliki sifat yang lama terurai oleh alam, sehingga menjadikannya awet dan kuat sebagai paving block ramah lingkungan.

Inovasi ini pertama kali ditemukan oleh Ovy Sabrina dan Novita Tan, serta Tim Sumpah Sampah yang terdiri dari Azis Pusantaraka, Angga Nurdiansah, dan Daman Sutiawan. Ovy Sabrina dan Novita Tan menggagaskan sebuah starup dengan nama Rebricks. Mereka mebuat bisnis ini dikarenakan resah dengan menumpuknya sampah plastik yang mencemari laut Indonesia. Dua orang yang bersahabat ini pun menawarkan solusi dengan cara mengubah kantong kresek dan kemasan sampo menjadi paving block. Mereka mendatangi warung-warung makanan di Jakarta untuk berburu sampah kemasan dari kopi instan, bungkus mi instan, dan kantong kresek bekas. Setelahnya akan dirubah menjadi paving block yang ramah lingkungan.

Sementara itu, Tim Sumpah Sampah, bermula ketika Azis Pusantaraka dan Angga Nurdiansah, tak betah melihat sampah menumpuk di belakang rumah warga serta memenuhi bagian sungai. Sampah-sampah ini menimbulkan bau yang tak sedap, bahkan berujung banjir. Mereka lakukan berbagai uji coba, memanfaatkan sampah agar berguna. Uji coba yang dilakukan mereka cukup menyita waktu maupun dana untuk mebuat eco paving block. Dan akhirnya, mereka mengikuti kompetisi dan menambah satu anggota tim, Daman Sutiawan. Tiga sekawan ini pun membuat tim bernama, Sumpah Sampah, meraih juara kedua lomba socialpreneur bertema ‘Gerakan Secangkir Semangat’ di Jakarta pada Oktober 2018 dari pembuatan eco paving. Mereka tidak hanya berhasil mendaur ulang sampah plastik menjadi eco paving block, tetapi juga tiga mesin untuk pembuatan produk ini.

Untuk mewujudkan paving block ramah lingkungan, proses pembuatan dilakukan dengan berbagai cara. Cara pertama adalah yang dilakukan oleh kedua sejoli yakni Ovy Sabrina dan Novita Tan, yang menggunakan teknik pengelolaan sampah dan teknik membuat bata beton yang mereka pelajari dari usaha bisnis bahan bangunan yang dikelola keluarga Sabrina. Sampah kemasan yang terkumpul di pabrik, kemudian dicacah oleh para pekerja Rebricks menjadi bentuk serpihan yang kecil. Cacahan plastik ini kemudian dicampur dengan semen dan pasir, lalu dicetak menjadi bahan bangunan seperti paving block atau konblok. Mereka mengaku bahwa metode yang mereka gunakan adalah untuk mengalih fungsikan limbah yang seharusnya berakhir di tempat pembuangan sampah atau lautan. Dan sejauh ini mereka mengolah sekitar empat ton sampah, dan jumlah ini akan terus bertambah seiring dengan berjalannya waktu.

Disisi lain, cara kedua yang digunakan adalah berasal dari Tim Sumpah Sampah, dimana mereka mencari ide menciptakan sesuatu dari sampah-sampah itu, lalu meneliti sekitar enam sampai tujuh bulan. Setelanya, mereka melakukan berbagai percobaan untuk menghasilkan sesuatu dari sampah kantong plastic. Tahap awal, mereka bereksperimen membuat konblok dari lelehan pembakaran kantong plastik dicampur pasir. Dari ujicoba tadi, membuat satu konblok berukuran satu meter persegi yang membutuhkan banyak sampah plastik sekitar 50 kg.

Namun, paving block ramah lingkungan ini mempunyai beberapa tantangan tersendiri dalam penerapannya. Salah satunya adalah harga yang cukup mahal dibanding dengan paving block biasa pada umumnya. Dikutip dari siaran resmi Pemkab Batang, mengatakan bahwa dalam membuat sebuah paving block dibutuhkan sekitar 2 sampai 3 kilogram limbah plastik. Sehingga, untuk harga yang dipatok per buah adalah Rp5,000 serta atau Rp98,000 per meter persegi, karena 1 meter berisi 28 paving block segi enam. Sementara, harga paving block yang berbahan dasar pasir lebih murah, yakni Rp70,000 per meter persegi. Lalu, keterbatasan teknologi dan pengetahuan di kalangan produsen local dalam memproduksi paving block ramah lingkungan ini. Hal ini disebabkan karena banyak dari mereka belum memahami proses produksi dan keuntungan dari penggunaan material daur ulang, dan hanya beberapa instansi ataupun orang-orang tertentu saja, seperti Ovy Sabrina dan Novita Tan serta Tim Sumpah Sampah. Selain itu, kurangnya regulasi yang mendukung juga menjadi penghambat.

Maka dari itu, untuk mengatasi tantangan dalam penerapan paving block ramah lingkungan dari limbah plastik, terdapat beberapa solusi yang dapat membantu dalam menghadapi tantangan ini, diantaranya:

1. Pelatihan dan edukasi bagi produsen lokal

Pemerintah dan organisasi lingkungan dapat memberikan pelatihan kepada produsen lokal untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang proses produksi paving block daur ulang, teknologi yang dibutuhkan, serta potensi keuntungan dari produk ini. Serta bagaimana manfaat jangka panjang yang didapatkan, baik dari segi daya tahan ataupun dampaknya terhadap lingkungan sekitar.

2. Dukungan dari pihak pemerintah dan lembaga-lembaga resmi

Pemerintah dapat memperkenalkan serta mendorong masyarakat dalam penggunaan material daur ulang, terutama dalam proyek-proyek konstruksi publik. Hal ini dapat meningkatkan permintaan dan mendorong lebih banyak produsen untuk masuk ke pasar ini.

3. Mengembangkan pasar lewat kampanye maupun promosi

Mengadakan kampanye atau promosi tentang pentingnya memilih produk ramah lingkungan, seperti paving block dari limbah plastik, bisa meningkatkan permintaan di bidang pembangunan. Ketika permintaan meningkat, produksi juga otomatis akan meningkat, dan harga berpotensi menurun, berdasarkan hukum permintaan.

Penutup

Penggunaan limbah plastik sebagai bahan dasar paving block yang ramah lingkungan adalah salah satu inovasi yang sangat bermanfaat dalam mendukung pembangunan hijau di era modern. Inovasi ini bukan hanya menjadi solusi efektif untuk mengurangi banyaknya sampah plastik, tetapi juga memberikan peran yang cukup penting dalam menciptakan material bangunan yang ramah lingkungan dan tahan lama. Meskipun paving block ini memiliki beberapa tantangan, seperti biaya yang lebih tinggi dan keterbatasan pengetahuan serta teknologi di kalangan produsen lokaltetapi terdapat beberapa solusi yang dapat digunakan. Dukungan dari pemerintah, edukasi dan pelatihan, serta melakukan kampanye serta promosi merupakan solusi yang diharapkan dapat melewati tantangan yang ada.

Daftar Pustaka

Nabhanti, Ahmad. 2019. Ikut Bicara Peduli Lingkungan – Nilai Ekonomis Mengola Limbah Plastik Jadi Paving Blok.( https://www.neraca.co.id/article/124697/ikut-bicara-peduli-lingkungan-nilai-ekonomis-mengola-limbah-plastik-jadi-paving-blok#:~:text=Menurut%20dia%2C%20kualitas%20paving%20block,bisa%20meningkatkan%20ekonomi%20masyarakat%20sekitar, diakses pada 30 Oktober 2024)

Hafiyyan.2019. Warga Batang Sulap Limbah Plastik Jadi Paving Block.( https://semarang.bisnis.com/read/20191129/536/1175685/warga-batang-sulap-limbah-plastik-jadi-paving-block, diakses pada 30 Oktober 2024)

Ismoyo.Bay.2021. Bata dari Sampah Plastik Jadi Ide Bisnis Dua Pengusaha Muda. (https://www.dw.com/id/pengusaha-muda-ubah-sampah-plastik-jadi-paving-block/a, diakses pada 30 Oktober 2024)

Maulidi. Mochamad Ade. 2019. Tiga Sekawan Ini Bikin Eco Paving Block dari Kantong Plastik.( https://www.mongabay.co.id/2019/08/29/tiga-sekawan-ini-bikin-eco-paving-block-dari-kantong-plastik/ , diakses pada 31 Oktober 2024).

Centre for Development of Smart and Green Building (CeDSGreeB) didirikan untuk memfasilitasi pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) di sektor bangunan melalui berbagai kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pelatihan. Selain itu, CeDSGreeB secara aktif memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan yang mendorong dekarbonisasi di sektor bangunan, khususnya di daerah tropis.

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 5 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 5

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

One Comment

  1. Sadikin 12 November 2024 at 15:12 - Reply

    Sip. Bisa mengurangi sampah plastik di Indonesia

Leave A Comment