Penerapan Ventilasi Silang Pada Bangunan dan Tanaman Indoor untuk Meminimalisir Penggunaan Air Conditioner
Ditulis oleh I Gusti Ngurah Rizky Wicaksana
Sebagai negara dengan iklim tropis, Indonesia tentu memiliki suhu lingkungan yang cenderung hangat dan memiliki intensitas penyinaran matahari yang tinggi. Namun pada beberapa waktu tertentu seperti pada musim kemarau, suhu tinggi yang dihasilkan tentu dapat membuat sebagian besar orang merasa resah terlebih dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Untuk mengatasi hal tersebut, sebagian besar bangunan baik itu yang dimiliki oleh bangunan besar hingga masyarakat biasa menerapkan penggunaan AC (Air Conditioner) untuk memberikan paparan suhu rendah pada dalam ruangan. Namun penggunaan AC sendiri dikatakan menjadi ancaman pada lingkungan dikarenakan teknologi tersebut menggunakan senyawa CFC (Chlorofluorocarbon). Senyawa CFC sendiri mampu merusak lapisan ozon di atmosfer sehingga menyebabkan efek pemanasan global.
Sumber: https://www.dekoruma.com/
Menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2017, kebutuhan AC di Indonesia dalam lingkup pendiaman rumah tangga mencapai 7,98 persen. Total jumlah tersebut belum termasuk gedung-gedung perkantoran atau fasilitas lembaga maupun pusat perbelanjaan seperti mall. Hal tersebut belum ditambah dengan penggunaan dan kebutuhan AC yang ada pada seluruh dunia. Berdasarkan data dari World Population Review, negara yang memiliki penggunaan unit AC terbanyak adalah Tiongkok dengan jumlah 569 persen. Diikuti oleh Amerika Serikat sebanyak 374 persen lalu Jepang sebanyak 148 persen penggunaan.
Sumber: https://www.dekoruma.com/
Alasan dari penggunaan AC sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pertama, yaitu faktor lingkungan yang bisa dikarenakan cuaca atau suhu yang tinggi sehingga orang-orang menginginkan teknologi pengatur suhu untuk merasa nyaman. Selain itu, daerah perkotaan padat juga biasa ditemukan bangunan-bangunan yang menggunakan AC di dalamnya, hal tersebut disebabkan karena pada daerah perkotaan masyarakat lebih melakukan aktivitas di dalam ruangan. Kedua adalah faktor kebudayaan dan kebiasaan, AC dipandang sebagai teknologi yang mudah untuk didapat dan termasuk nyaman dalam penggunaannya sehingga tidak sedikit orang yang memilih untuk menggunakan AC sebagai solusi pengatur suhu ruangan.
Meskipun begitu seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, AC merupakan teknologi penghasil polutan yang dapat merusak lingkungan dengan cara meningkatkan suhu bumi. Beberapa polutan pada AC berupa emisi gas rumah kaca yang bahkan setiap tahunnya dapat diproduksi sebanyak 3,94 persen. Hal ini ditambah dengan perkiraan menurut World Economic Forum yang dikutip dari Scientific American, bahwa AC dapat menyebabkan kenaikan suhu bumi sebanyak 0,5 persen pada abad belakangan ini. Hal ini tentu saja sudah menjadi krisis yang mengkhawatirkan mengingat dampak langsung yang ditimbulkan oleh pemanasan global sudah bisa dirasakan, seperti ketidakstabilan iklim, melelehnya es di daerah kutub, hingga mengancam keberlangsungan sumber daya alam dan keanekaragamannya.
Dikarenakan permasalahan tersebut, salah-satu hal yang dapat dipertimbangkan untuk menjadi alternatif pengatur suhu panas ruangan ialah dengan memaksimalkan penggunaan ventilasi pada ruangan. Secara definisi umum, ventilasi sendiri merupakan bagian dari bangunan yang berfungsi sebagai proses pertukaran udara antara dalam ruangan dan luar ruangan. Menurut Hanggara dkk (2021), jenis ventilasi berdasarkan karakteristiknya dapat dibagi menjadi 4, diantaranya adalah ventilasi satu sisi, ventilasi tumpukan, ventilasi hibrida, dan ventilasi silang. Jenis perancangan ventilasi sendiri dapat disesuaikan dengan konsep bangunan yang diinginkan dan bagaimana sirkulasi udara terjadi dalam bangunan tersebut.
Jika untuk menginginkan sirkulasi udara yang maksimal dan meningkatkan intensitas hawa luar ruangan maka ventilasi jenis silang dapat menjadi pilihannya. Jenis ventilasi silang sendiri merupakan penerapan ventilasi yang diletakan secara berhadapan pada suatu bangunan. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya pertukaraan tekanan udara yang tinggi dan tekanan udara yang rendah, sehingga udara yang berada dalam ruangan akan mudah tergantikan oleh udara luar ruangan. Selain sebagai pembantu proses pertukaran udara luar dan dalam ruangan, ventilasi silang juga dapat berfungsi untuk mengeluarkan polusi serta kotoran pada udara dalam ruangan dengan cara dikeluarkan oleh angin luar ruangan. Hal inilah yang menyebabkan sebagian bangunan terutama yang mengandalkan ventilasi alami memilih untuk menggunakan penerapan ventilasi silang.
Namun meskipun begitu, ventilasi silang juga memiliki berbagai kekurangan yang membuatnya harus diperhatikan sebelum digunakan sebagai fungsi bangunan. Pertama, ventilasi silang termasuk kedalam ventilasi alami yang artinya ia mengandalkan kualitas udara luar ruangan sehingga penggunaan ventilasi silang akan lebih nyaman diterapkan apabila kualitas udara luar ruangan bebas polusi dan kotoran. Kedua, karena ventilasi silang membuat ruangan dalam lebih terbuka pada ruangan luar, membuat kebisingan dan pencemaran suara mudah untuk masuk ke dalam ruangan serta berpotensi membuat kegaduhan. Ketiga, ventilasi silang juga akan kurang diterapkan pada bangunan dengan paparan udara yang minim, hal ini biasanya terjadi pada daerah tengah pemukiman padat atau terhalang oleh bangunan-bangunan besar lainnya. Dari hal tersebut, maka penggunaan ventilasi bangunan perlu mempertimbangkan faktor-faktor bangunan dan sekitarnya. Bangunan yang berada di daerah yang cukup lapang, terdapat vegetasi, dan tidak memiliki faktor kebisingan yang mengganggu, akan menjadi kriteria yang ideal untuk diterapkannya ventilasi silang. Oleh karena itu, penggunaan ventilasi alami seringkali hanya ideal untuk bangunan rumah tangga atau bangunan yang tidak berbentuk gedung pencakar langit.
Penggunaan ventilasi alami yang cenderung mengutamakan faktor kondisi lingkungan sekitar bangunaan tentunya akan membatasi kriteria bangunan yang cocok untuk menggunakan penerapan ventilasi silang. Bangunan yang sekiranya tidak memungkinkan untuk mendapatkan pasokan udara luar melalui ventilasi alami tentunya harus mengandalkan ketersediaan udara bersih yang berada dalam ruangan. Beberapa solusi yang ditawarkan seperti kipas angin, penyejuk ruangan tanpa penggunaan freon, hingga penggunaan tanaman hias indoor.
Sebagian jenis tanaman hias memiliki kemampuan untuk menyuplai oksigen dalam ruangan dan menyerap karbondioksida serta polutan yang ada. Menurut data rekomendasi oleh NASA (National Aeronautics and Space Administration) terdapat beberapa jenis tanaman hias yang layak untuk ditempat dalam ruangan, tanaman tersebut diantaranya adalah Lidah Mertua (Dracaena trifasciata), Tanaman Laba-Laba (Chlorophytum comosum), Lidah Buaya (Aloe vera), Krisan (Chrysanthemum morifolium), Sri Rezeki (Aglaonema), Gerbera, Bunga Bakung (Lilieae), Tanaman Uang (Pilea peperomioidies) hingga Lavender (Lavandula officinalis). Tanaman-tanaman tersebut merupakan jenis yang dapat menyesuaikan dengan kondisi dalam ruangan dan cenderung tidak terlalu mengambil banyak ruang sehingga dapat dirasa nyaman dalam peletakannya.
Sumber: https://www.twsflorist.co.id/
Tanaman-tanaman hias ini tidak hanya menghasilkan fungsi umum seperti menghasilkan suplai oksigen dan menyerap polutan pada udara saja. Beberapa jenis tanaman hias memiliki fungsi tersendiri yang menjadi manfaat tambahan yang didapat jika dipelihara. Menurut Natasya Putri dalam Ners Unair (2021), terdapat beberapa jenis tanaman hias dalam ruangan yang bisa memberikan efek tambahan yang positif, diantaranya:
1. Lily Perdamaian (Spathiphyllum wallisii)
Dapat membantu mengurangi dan membatasi paparan spora jamur pada udara sehingga meminimalisir pertumbuhan jamur dalam ruangan
2. Lavender (Lavandula officinalis)
Tanaman Lavender banyak dikenal akan manfaat aromanya yang memiliki efek menenangkan dan meminimalisir insomnia. Selain itu Lavender juga sering digunakan untuk mengusir nyamuk dalam ruangan
3. Lidah Buaya (Aloe vera)
Dapat memberikan suplai oksigen yang melimpah bahkan di malam hari sehingga direkomendasikan untuk menempatkan tanaman ini di ruang tidur atau ruang kerja
Melalui informasi tersebut dapat dikatakan bahwa tanaman hias dalam ruangan memiliki manfaat dalam menyaring udara dan memberi suplai udara bersih pada ruangan. Selain memberikan efek kesehatan, tanaman hias juga berfungsi sebagai penambah estetika ruangan sehingga dapat meminimalisir stress dan meningkatkan suasana emosional. Menurut Bhawana Asnani (2019), tanaman hias yang diletakan dalam ruangan akan memberikan efek maksimal yang diinginkan jika ditempatkan pada titik yang terpapar oleh intensitas cahaya tinggi. Paparan cahaya tersebut juga direkomendasikan berasal dari cahaya matahari sehingga jika diletakan dalam ruangan maka sangat disarankan tanaman hias tersebut ditempatkan pada titik jendela atau ruangan yang memiliki akses cahaya matahari yang cukup untuk masuk.
Penggunaan AC yang cenderung mengeluarkan gas rumah kaca yang dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan, selain itu pemakaian AC yang dilakukan secara terus menerus akan mengakibatkan pemborosan energi Listrik. Dari pemaparan tersebut, pilihan alternatif dari AC dengan menggunakan ventilasi silang dan tanaman hias dalam ruangan merupakan cara yang bisa diterapkan. Ventilasi silang merupakan alternatif yang sangat tepat digunakan bagi bangunan yang lingkungan sekitarnya memiliki kadar udara bersih, terbebas dari pencemaran suara, dan memiliki luas bangunan yang tidak terlalu luas agar ventilasi dapat menukarkan udara secara maksimal. Untuk alternatif tanaman hias dalam ruangan merupakan cara yang dapat dipakai untuk memberikan pasokan oksigen dan meningkatkan kualitas udara dalam ruangan. Penggunaan tanaman hias ini memiliki manfaat tambahan yaitu menambah nilai estetika dan memberikan efek kesehatan spesifik tergantung dari jenis tanaman hias yang dipelihara. Kedua cara ini dapat digunakan untuk meminimalisir atau bahkan menghilangkan penggunaan AC demi mengurangi pengeluaran gas rumah kaca pada lingkungan lepas.
DAFTAR PUSTAKA
Air Conditioning Usage by Country 2024. (2024). Retrieved from World Population Review: https://worldpopulationreview.com/country-rankings/air-conditioning-usage-by-country
Asnani, B. (2014). Improving Indoor Oxygen in Residential Buildings Using Houseplants. Asian Journal of Home Science, 500-504. Retrieved from Asian Journal of Home Science.
Hanggara, A. B., Purnomo, A. B., & Walaretina, R. (2021). Penerapan Ventilasi Silang pada Ruang Unit Kegiatan Mahasiswa di Gedung Pusgiwa, Universitas Indonesia. Seminar Intelektual Muda, 153-159.
Iqbal, M. (2023, Juli 10). Emisi Karbon Penggunaan AC, Paradoks di Tengah Ketidaknyamanan akan Suhu Panas. Retrieved from Lindungi Hutan: https://lindungihutan.com/blog/besar-emisi-karbon-pendingin-ruangan/
R, N. P., & Maulani, D. R. (2021, April 6). Tanaman Hias dalam Ruangan, Kenapa Tidak? Retrieved from Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga: https://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/30-lihat/1232-tanaman-hias-di-dalam-ruangan-kenapa-tidak