Penerapan Rumah Ramah Lingkungan (Eco-Friendly House) di Perkotaan Sebagai Langkah Awal Pencegahan Rusaknya Lingkungan

📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 93

Ditulis oleh Firnindita Nandya Carista  .

Lingkungan ialah segala sesuatu yang ada di sekitar kita, didalamnya terdapat komponen biotik maupun komponen abiotik, dimana hal ini sebagai suatu sistem kompleks yang memiliki suatu keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan suatu makhluk hidup salah satunya adalah manusia. Dalam hal ini manusia sebagai aktor yang menyebabkan lingkungan menjadi rusak, seperti: Perindustrian, penebangan hutan secara liar, arus urbanisasi dalam skala besar, pertambangan, membuang sampah tidak pada tempatnya, merupakan perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab. Kerusakan lingkungan merupakan tantangan global yang kompleks, namun demikian terdapat solusi untuk mengatasinya dan dapat dicapai melalui berbagai pendekatan, yaitu pendekatan integrasi yang mengacu pada upaya untuk menggabungkan dan menyatukan berbagai elemen yang sebelumnya terpisah menjadi satu kesatuan utuh dan saling melengkapi. Pendekatan integrasi sering digunakan untuk menggambarkan upaya menyatukan berbagai aspek, seperti sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan. Lingkungan yang rusak dapat teratasi dengan pendekatan integrasi ini yang pada dasarnya, untuk mencapai kelestarian dan membangun masa depan yang baik.

Langkah awal yang dapat diambil untuk mengatasi rusaknya lingkungan menggunakan pendekatan integrasi yaitu dengan cara mendesain rumah yang ramah lingkungan atau eco-friendly agar mengurangi kerusakan lingkungan yang terjadi. Kerusakan lingkungan menurut Franco, dkk., (2021) dan United Nations Environment Programme (UNEP, 2024) contohnya seperti efek gas rumah kaca dan pemanasan global yang disebabkan karena CO2 menumpuk di atmosfer. Penerapan rumah ramah lingkungan atau eco-friendly house adalah konsep rumah yang mengutamakan kelestarian lingkungan dengan meminimalisir dampak kerusakan dengan menggunakan bahan yang ramah lingkungan akan mengurangi dampak penggunaan energi, sehingga dalam penerapannya akan mengurangi adanya pemanasan global, seperti bahan bangunan yang menggunakan kayu, batu, dan bambu. Desain rumah yang cocok untuk iklim di Indonesia adalah desain rumah lebar tidak banyak sekat, jarak antara atap dengan alas sedikit tinggi, untuk membuat sirkulasi udara di rumah menjadi sehat dan lancar.

Atap rumah yang menggunakan genteng dari bahan tanah liat atau baja ringan dilengkapi dengan panel surya berfungsi untuk menampung sinar matahari yang disalurkan untuk menjadi listrik sebagai bentuk efisiensi listrik. Rumah yang ramah lingkungan memanfaatkan pencahayaan alami, jendela dirancang secara strategis untuk memanfaatkan pencahayaan yang alami, menurut tradisi budaya asal Tiongkok yang masih menjadi perhatian masyarakat di Indonesia adalah “fengshui“ yaitu rumah yang menghadap selatan dan utara, hal ini dianggap sebagai rumah yang baik, karena matahari akan melewati rumah tersebut dari timur ke barat dengan penempatan jendela yang strategis pada sisi timur rumah dan pada sisi barat rumah akan memungkinkan pasokan sinar matahari masuk disaat matahari terbit dan matahari akan terbenam. Untuk ventilasi pada rumah dibuat besar, banyak, dan searah dengan tiupan angin berfungsi agar sirkulasi udara dari luar ruangan yang masuk ke dalam ruangan menjadi lancar, maka rumah akan terasa sejuk dan tidak pengap maupun lembab, sehingga tidak perlu menggunakan AC atau Air Conditioner hal ini akan membuat kita menjadi lebih hemat biaya pengeluaran untuk membayar listrik.

Pada bagian dinding rumah sebaiknya dibuat menggunakan material dasar, seperti batu bata yang terbuat dari tanah liat, kayu bekas untuk mengurangi limbah kontruksi, dan sebagai bahan yang ramah lingkungan karena berasal dari alam. Sedangkan pada bagian lantai yang beralaskan vinyl yang terbuat dari Polyvinyl Chloride atau sering disebut dengan PVC merupakan bahan sintetis yang fleksibel dan mudah direnggangkan, sehingga lantai vinyl terasa lentur dan nyaman saat diinjak, mengurangi dampak negartif terhadap lingkungan dalam penerapannya juga mudah pada saat dibersihkan, tahan lama atau awet, serta memiliki motif yang kekiniaan dan modern.

Rumah ramah lingkungan tidak hanya bahannya materialnya yang alami, tetapi harus disertai dengan pengelolaan limbah sampah dan saluran air ataun sanitasi bersih yang baik, seperti sampah dipilah dan dipilih sesuai dengan jenisnya untuk mengurangi volume sampah dan mempermudah dala memilih sampah jika akan digunakan atau manfaatkan Kembali. Sampah dibagi menjadi 2 (dua), yaitu sampah organik dan anorganik dengan mempunyai sistem penampungan tersendiri dan ditutup agar tidak menimbulkan bau, serta tidak menggangu kesehatan. Selain itu, pada sistem sanitasi atau pembuangan air di rumah sangat penting untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan. Rumah yang baik harus memiliki sistem pembuangan air yang terpisah untuk air bersih, air kotor, dan tinja. Kita bisa menghemat air dengan cara menampung air hujan dan menggunakannya kembali, serta dengan menggunakan shower daripada bak mandi. Selain itu, kita juga bisa membuat sumur resapan untuk menyerap air ke dalam tanah.

Rumah ramah lingkungan adalah rumah yang dirancang untuk meminimalkan penggunaan air dan membuang limbah seminimal mungkin, sehingga tidak mencemari lingkungan. Pasokan air bersih juga sangat penting pada rumah ramah lingkungan hal ini sebagai bentuk hidup yang sehat. Kemudian diadakannya sistem penampungan air hujan yang berfungsi untuk menyirami tanaman agar tidak membuang air yang terlalu banyak dan membuat sistem drainase “pure it” untuk mengalirkan kembali air hujan maupun air yang jatuh ke permukaan tanah menuju ke dalam tanah agar rumah terhindar dari genangan air. Di dalam rumah ramah lingkungan peralatan yang digunakan juga dibuat dari bahan alam, seperti perabotan terbuat dari bahan kayu yang merupakan material alami dengan kandungan emisi kimia yang rendah pada lingkungan, tidak seperti besi, baja atau lainnya. Peralatan yang digunakan di dalam rumah juga harus ramah lingkungan yang tidak banyak melepaskan energi, sehingga membuat pemanasan global, seperti kompor listrik induksi dan peralatan elektronik lainnya.

Rumah dengan konsep ramah lingkungan menyediakan ruang terbuka hijau, besaran ruang terbuka ini mengikuti lahan yang tersedia, dan di dalammnya ditumbuhi tanaman hijau untuk meningkatkan kualitas dan sirkulasi udara di area terbuka. Jika lahan tidak tersedia, bisa memanfaatkan atas atap rumah atau rooftop garden untuk menanam tanaman di atas atap rumah yang berfungsi untuk memberikan asupan oksigen dan mengurangi emisi gas CO2 di area sekitar rumah. Selain itu, bisa juga menggunakan konsep vertical garden atau disebut dengan dinding hijau dengan menggunakan dinding sebagai dasar untuk meletakkan frame yang akan diberi pot bersama tanamannya. Hal ini berguna untuk menciptakan ruangan yang hijau, alami, menambah sirkulasi udara yang bersih, dan menurunkan suhu udara yang panas di dalam rumah, serta meredam adanya polusi udara yang ada. Selain kedua cara tersebut, bisa melakukan dengan sistem gantung yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan pagar dengan meletakkan atau menggantungkan pot berisi tanaman yang merambat menggunakan kawat atau tali di teras rumah dan menggantungkan di range kayu atap teras, yangmana tanaman tersebut tidak membutuhkan pemangkasan yang rutin.

Rumah ramah lingkungan dengan adanya area terbuka hijau secara psikologis mampu mendatangkan rasa rileks dan tenang, setiap menyirami dipagi hari dapat memanjakan mata dengan memandang indahnya tanaman hijau di sekitar rumah dan udara yang dihirup menjadi lebih segar. Upaya yang dilakukan individu dengan memulai dari membangun rumah yang menerapkan konsep rumah ramah lingkungan merupakan langkah awal untuk menjaga kelestarian dilingkungan tempat tinggal di perkotaan untuk mencegah terjadinya pemanasan global, dengan memilih material bangunan yang berkelanjutan, mengadopsi gaya hidup yang ramah lingkungan. Pada akhirnya, membangun rumah ramah lingkungan adalah investasi jangka panjang yang memberikan manfaat bagi kita semua. Dengan memilih bahan bangunan yang ramah lingkungan, mengoptimalkan penggunaan energi, dan menerapkan gaya hidup berkelanjutan, kita tidak hanya melindungi lingkungan, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup kita. Mari bersama-sama mewujudkan rumah ramah lingkungan sebagai norma baru dalam pembangunan. Ini bukan hanya tentang rumah, tetapi tentang masa depan kita dan generasi mendatang.

.

DAFTAR PUSTAKA

Franco, M. A. J. Q., Pawar, P., & Wu, X. (2021). “Green Building Policies in Cities: A Comparative Assessment And Analysis. Energy and Buildings”, 231, 1–45. https://doi.org/10.1016/j.enbuild.2020.110561.

Mustafa, M. (2024). “Penerapan Prinsip Arsitektur Hijau Pada Desain Permukiman Ramah Lingkungan di Perkotaan”. Jurnal Cahaya Mandalika. ISSN: 2721-4796 (online), 5(2), 623-632. https://doi.org/10.36312/jcm.v3i1.3494

Wibowo, Andi Prasetiyo. (2017). “  Kriteria Rumah Ramah Lingkungan (ECO-FRIENDLY HOUSE)”. Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran, dan Ilmu Kesehatan. Vol. 1, No. 1, April 2017: hlm 1-10. ISSN-L 2579-6410 (Versi Elektronik)

.

.

Centre for Development of Smart and Green Building (CeDSGreeB) didirikan untuk memfasilitasi pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) di sektor bangunan melalui berbagai kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pelatihan. Selain itu, CeDSGreeB secara aktif memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan yang mendorong dekarbonisasi di sektor bangunan, khususnya di daerah tropis.

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 4.3 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 6

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment