Bangunan Hijau Terapung: Solusi untuk Kota-Kota Pesisir yang Terancam Tenggelam

Last Updated: 30 December 2024By
📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 14

Sumber: https://metropolitan.realestate/

Perubahan iklim dan kenaikan permukaan laut telah menjadi ancaman nyata bagi kota-kota pesisir di seluruh dunia. Banyak dari kota-kota ini menghadapi risiko tenggelam akibat kombinasi antara peningkatan volume air laut dan penurunan tanah. Dalam menghadapi tantangan ini, konsep bangunan hijau terapung muncul sebagai solusi inovatif yang berkelanjutan. Artikel ini akan membahas konsep, manfaat, dan tantangan implementasi bangunan hijau terapung serta potensi aplikasinya di berbagai wilayah pesisir.

Apa Itu Bangunan Hijau Terapung?

Bangunan hijau terapung adalah struktur yang dirancang untuk mengapung di atas air, menggunakan teknologi ramah lingkungan untuk meminimalkan dampak negatif terhadap ekosistem sekitar. Bangunan ini sering kali mengintegrasikan elemen arsitektur hijau seperti panel surya, sistem pengelolaan air hujan, dan material bangunan berkelanjutan. Selain itu, mereka dirancang untuk adaptasi terhadap perubahan ketinggian air, menjadikannya solusi ideal untuk kawasan pesisir yang menghadapi risiko banjir atau kenaikan permukaan laut.

Manfaat Bangunan Hijau Terapung

1. Adaptasi terhadap Kenaikan Permukaan Laut dengan kemampuan mengapung, bangunan ini tidak akan terpengaruh oleh kenaikan permukaan laut, sehingga menjadi pilihan yang aman bagi wilayah pesisir.

2. Pengurangan Dampak Lingkungan Bangunan hijau terapung dirancang dengan prinsip keberlanjutan, menggunakan energi terbarukan dan sistem pengelolaan limbah yang efisien. Ini membantu mengurangi emisi karbon dan menjaga ekosistem perairan.

3. Pemanfaatan Ruang Perairan di daerah yang padat penduduk, bangunan terapung menawarkan alternatif untuk mengatasi keterbatasan lahan tanpa harus mereklamasi area perairan yang berharga.

4. Dukungan untuk Ekosistem Lokal dengan desain yang memperhatikan ekosistem, bangunan ini dapat mendukung kehidupan laut, seperti dengan menyediakan habitat bagi organisme air di bagian bawah strukturnya.

Contoh Implementasi di Dunia

1. The Floating Seahorse di Dubai Proyek ini adalah rumah terapung mewah yang dilengkapi dengan fasilitas ramah lingkungan seperti energi surya dan sistem pengelolaan air limbah yang canggih.

2. Makoko Floating School di Nigeria Sekolah terapung ini dibangun untuk komunitas nelayan di Lagos. Meskipun mengalami kerusakan akibat cuaca ekstrem, proyek ini menjadi inspirasi desain untuk infrastruktur terapung di negara berkembang.

3. Floating Farm di Rotterdam sebagai peternakan terapung pertama di dunia, struktur ini menghasilkan produk susu sambil memanfaatkan teknologi hijau seperti energi surya dan daur ulang air.

Tantangan Implementasi

1. Biaya Awal yang Tinggi Teknologi dan material untuk membangun bangunan terapung cenderung mahal, terutama di tahap penelitian dan pengembangan.

2. Regulasi dan Perizinan Banyak negara belum memiliki kerangka hukum yang jelas untuk pembangunan terapung, sehingga proses perizinan bisa menjadi rumit.

3. Ketahanan terhadap Cuaca Ekstrem Meskipun dirancang untuk menghadapi banjir, bangunan ini tetap rentan terhadap badai besar atau gelombang tinggi.

4. Dampak Sosial Penerimaan masyarakat terhadap konsep ini bisa bervariasi, terutama di daerah di mana bangunan terapung dianggap asing atau tidak praktis.

Potensi di Indonesia

Sebagai negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan bangunan hijau terapung. Kota-kota seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya yang menghadapi ancaman penurunan tanah dan kenaikan permukaan laut dapat memanfaatkan teknologi ini. Selain itu, proyek terapung dapat mendukung pariwisata bahari sekaligus melestarikan ekosistem laut.

Kesimpulan

Bangunan hijau terapung menawarkan solusi inovatif untuk kota-kota pesisir yang terancam tenggelam. Dengan manfaatnya yang mencakup adaptasi terhadap perubahan iklim, keberlanjutan lingkungan, dan pemanfaatan ruang perairan, konsep ini memiliki potensi besar untuk diadopsi secara global, termasuk di Indonesia. Meski menghadapi tantangan teknis dan sosial, dengan dukungan pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, bangunan hijau terapung dapat menjadi bagian integral dari strategi adaptasi terhadap perubahan iklim.

Referensi

IPCC. (2022). “Climate Change 2022: Impacts, Adaptation and Vulnerability.” diakses pada https://www.ipcc.ch pada 30 Desember 2024

UN Habitat. (2020). “Floating Cities: An Innovative Solution to Rising Sea Levels.” diakses pada https://unhabitat.org pada 30 Desember 2024

Bijl, D. et al. (2019). “Floating Structures and Resilient Urban Development.” Journal of Sustainable Architecture.

Rahmawati, D. (2021). “Potensi Bangunan Terapung di Indonesia.” Jurnal Arsitektur Nusantara.

Architecture Digest. (2023). “Sustainable Floating Projects Around the World.” diakses padahttps://www.architecturedigest.com pada 30 Desember 2024

About the Author: Andi Sudarmanto

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 0 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 0

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment