SEF (Semarang Etnowisata Festival): Strategi Wisata Budaya Berbasis Teknologi Terbarukan dalam Upaya Mewujudkan Kota Semarang Sebagai Kota Inklusif dan Berkelanjutan
Ditulis oleh Angelicha Fadhilla Pramithasari
Pendahuluan
Karbon dioksida merupakan salah satu senyawa yang berperan dalam perubahan di dunia, terutama pada perubahan iklim. Kandungan dalam emisi karbon dioksida dewasa ini menjadi suatu hal mengancam keseimbangan lingkungan hingga berdampak pada manusia, khususnya di Indonesia. Konsumsi energi menjadi bagian dari emisi karbon dioksida (CO2) antropogenik dunia sebesar 75 persen (Edyanto, 2013). Kota Semarang dengan jumlah penduduk sebanyak 1.659.975 jiwa per tahun 2022 (BPS Kota Semarang, 2024) diestimasi memiliki komposisi Gas Rumah Kaca (GRK) didominasi oleh emisi karbon dioksida mencapai angka 33.505.357,22 ton CO2 atau sekitar 85,24 persen terhadap total emisi GRK Kota Semarang (Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang, 2021). Tingginya konsentrasi emisi CO2 juga berdampak terhadap permasalahan kesehatan masyarakat di Kota Semarang. Seksi Pelayanan Balai Layanan Kesehatan Masyarakat (Balkesmas) Semarang, Kistiyono menyatakan bahwa jumlah pasien Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada triwulan 3 tahun 2023 meningkat sebesar 30 persen dibandingkan periode sebelumnya (Wiranto, 2023).
Kota Semarang merupakan kota yang memiliki sejuta kebudayaan yang luar biasa di Jawa Tengah. Dimulai dari tarian daerah, tradisi, makanan, hingga pariwisata dengan tema kebudayaan yang menjadi ciri khas dari Kota Semarang dibandingkan dengan kota lainnya. Dewasa ini perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat berdampak pada kelestarian dari kebudayaan yang dimiliki oleh Kota Semarang. Nahak (2019) menyatakan bahwa masyarakat Indonesia pada masa sekarang lebih memilih kebudayaan asing yang dianggap lebih menarik hingga menyebabkan kebudayaan lokal banyak yang luntur akibat dari kurangnya generasi penerus yang memiliki minat untuk belajar dan mewarisinya. Selain itu peran serta dukungan masyarakat dan pemerintah belum terbilang optimal dalam melestarikan kebudayaan dan keikutsertaan seniman maupun komunitas seni yang ada di Kota Semarang. Hal tersebut menjadi hal yang sangat disayangkan bahwasannya penentuan keputusan terkait revitalisasi ruang kegiatan kesenian belum melibatkan para pegiat seni, salah satunya komunitas seni Hysteria (Almusoffa & Anggrian, 2022). Apabila permasalahan pelestarian kebudayaan tersebut dapat segera ditindaklanjuti diharapkan dapat berdampak pada peningkatan roda perekonomian baik mikro maupun makro dari Kota Semarang.
Berdasarkan permasalahan serta dampak tingginya karbon dioksida terhadap kualitas kesehatan masyarakat, kurangnya pelestarian kebudayaan Kota Semarang, serta belum optimalnya pemanfaatan ruang seni bagi para pegiat seni maka diharapkan adanya optimalisasi peran warga dan pemerintah Kota Semarang dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Maka dari itu, diperlukan inovasi guna memulihkan kasus polusi udara dan pelestarian budaya Kota Semarang melalui konsep Etnowisata sehingga dapat meningkatkan kualitas udara dan kebudayaan Kota Semarang. Strategi wisata kebudayaan Kota Semarang berbasis teknologi dengan energi terbarukan ini diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan emisi karbon dioksida, melestarikan kebudayaan Kota Semarang, serta mewujudkan tujuan SDGs poin 3 yakni kehidupan masyarakat yang sehat dan sejahtera serta ruang pekerjaan layak dan poin 8 yaitu optimalisasi pertumbuhan ekonomi melalui berbagai konsep dan penggunaan teknologi yang digunakan di dalamnya.
SEF (Semarang Etnowisata Festival)
SEF merupakan upaya strategis melalui wisata yang memperkenalkan budaya Kota Semarang. Dengan adanya inovasi ini, diharapkan dapat memperbaiki kualitas udara serta meningkat perekonomian Kota Semarang. Strategi yang dilakukan yakni dengan menarik wisatawan untuk lebih sering mengunjungi destinasi wisata di Kota Semarang. Museum Lawang Sewu merupakan salah satu destinasi wisata favorit di Kota Semarang yang kerap dikunjungi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Museum ini memiliki nilai potensial sebab terdapat banyak ruang, nilai, serta budaya yang dapat dikembangkan. Dengan menilik potensi yang dimiliki lawang sewu, penulis tertarik untuk mengembangkan dan mengoptimalkan objek wisata museum lawang sewu. Konsep SEF akan menggabungkan konsep kebudayaan Kota Semarang, penggunaan teknologi dengan energi terbarukan, dan tanaman hortikultura yang diharapkan dapat melestarikan kebudayaan, meningkatkan pendapatan ekonomi, menyelesaikan permasalahan polusi, serta memperbaiki kualitas udara Kota Semarang.
Karakteristik yang dibangun yaitu dengan mengintegrasikan berbagai bentuk kegiatan yang akan difasilitasi oleh pihak wisata Lawang Sewu yang bekerjasama dengan pemerintah. Berbagai kegiatan pada konsep SEF akan diselenggarakan secara outdoor di halaman tengah dan indoor di beberapa ruangan yang terdapat di Museum Lawang Sewu. Selain itu SEF khususnya di halaman taman Museum Lawang Sewu akan berisikan tanaman-tanaman hortikultura yang telah teridentifikasi memiliki daya serap CO2 yang tinggi seperti Trembesi dengan daya serap CO2 28.488,39 kg/tahun, Kenanga dengan daya serap CO2 756 kg/tahun, dan lain sebagainya (Lukita et al., 2015).
Berikut merupakan Kegiatan yang akan dikembangkan menggunakan konsep SEF antara lain.
a. Ngopi Bareng
Dalam kegiatan ini, wisatawan dapat menikmati kopi khas Semarang yaitu kopi Banaran. Wisatawan dapat menikmati kopi dengan suasana di Lawang Sewu. Selain itu wisatawan juga dapat membeli biji kopi Banaran dan membawanya sebagai oleh-oleh khas Kota Semarang. Kegiatan ini ditujukan sebagai salah satu perwujudan dari eko-wisata dan bisnis Kota Semarang. Eko-wisata merupakan keunggulan yang dimiliki oleh suatu daerah dalam sumber daya alam, lingkungan, serta keunikan alam dan budaya yang dimilikinya serta menjadi sektor unggulan dari daerah tersebut yang belum dioptimalkan secara maksimal (Adharani, Zamil, Astriani, & Afifah, 2020).
b. Karawitan nang Lawang Sewu
Kegiatan ini dilakukan dengan mengundang komunitas karawitan yang berasal dari Kota Semarang untuk menampilkan beberapa tembang Jawa yang diiringi dengan alunan gamelan. Hal ini bertujuan untuk menambah kesan kebudayaan Jawa yang kental serta menjadi salah satu strategi untuk mempromosikan dan melestarikan kebudayaan Jawa. Selain menyaksikan kegiatan karawitan ini, wisatawan juga diperkenankan untuk mencoba bergabung dalam memainkan alat gamelan ataupun ikut menyanyikan tembang Jawa yang dibawakan oleh sinden.
c. Panggung Kreasi
Panggung ini dapat menampilkan berbagai jenis kesenian Jawa seperti pertunjukkan wayang kulit, tari Semarangan yang diikuti dengan pertunjukan mini warak ngendog. Kegiatan ini secara tidak langsung akan membantu wisatawan untuk lebih mengenali jenis kesenian yang ada di Jawa khususnya Kota Semarang sekaligus merupakan upaya pelestarian kebudayaan Indonesia. Selain itu dengan kegiatan ini, akan menggaet komunitas dari pertunjukan wayang kulit yang berasal dari Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Kota Semarang juga komunitas tari tradisional Kota Semarang akan turut serta menjadi bagian penting dari rangkaian acara SEF.
d. Nonton Layar Tancep
Kegiatan Nonton Layar Tancep akan menjadi penggerak yang tidak hanya menggaet wisatawan, tetapi juga lembaga pendidikan maupun pemerintah untuk turut berpartisipasi. Dalam kegiatan ini akan ditayangkan film dokumenter dengan tema sejarah serta film yang menggambarkan bagaimana sejarah Pertempuran Lima Hari Kota Semarang yang menunjukkan semangat perjuangan dari pahlawan dan masyarakat Kota Semarang pada zaman dahulu, sekaligus sebagai bentuk ajakan agar wisatawan dapat termotivasi untuk selalu mencintai Indonesia kedepannya.
e. Mbatik nang Lawang Sewu
Batik menjadi kesenian khas Indonesia yang selalu diminati banyak orang. Kegiatan yang dilakukan dalam Mbatik nang Lawang Sewu bertujuan untuk memperkenalkan batik Semarangan serta melatih kreativitas dan keterampilan wisatawan dalam membuat batik Semarangan tersebut. Wisatawan akan diajak dan diajarkan prosedur pembuatan batik dengan berbagai jenis teknik. Ketika batik yang dibuat sudah jadi, kain batik tersebut dapat dibawa pulang oleh wisatawan yang membuatnya. Selain itu, wisatawan juga dapat melihat-lihat atau membeli kain batik yang dipamerkan dan ditawarkan.
f. Dolanan nang Lawang Sewu
Dalam kegiatan ini, wisatawan akan diajak bermain bersama dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar, sekaligus bernostalgia dengan permainan tradisional yang saat ini mulai turun eksistensinya. Dalam kegiatan ini, wisatawan dapat menjajal permainan tradisional seperti engklek, dakon, dan lainnya. Kegiatan ini dilaksanakan di sebuah bangunan pendopo dan terbuka bagi semua wisatawan.
g. Tumbas Oleh-Oleh nang Semarang
Pada kegiatan ini, wisatawan dapat membeli berbagai macam oleh-oleh Kota Semarang seperti wingko babat, bandeng presto, lumpia, gandjelrel, dan masih banyak lagi. Kegiatan ini didukung dengan peran dari Denok dan Kenang Kota Semarang sebagai ikon Kota Semarang dengan memperkenalkan serta mempromosikan pemilik pusat dan pemilik UMKM Kota Semarang yang menjual oleh-oleh sehingga pengunjung dapat memperoleh informasi lebih lengkap mengenai oleh-oleh yang akan ditawarkan dan tertarik untuk membelinya. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya pemilik UMKM serta melestarikan kebudayaan Kota Semarang dalam hal makanan daerah.
Strategi teknologi dengan energi terbarukan yang akan disajikan pada SEF yakni dengan memanfaatkan teknologi piezoelectric. Piezoelektric merupakan transduser dimana energi mekanik akan diubah menjadi energi listrik Mowaviq et al. (2018). Piezoelectric ini dapat digunakan untuk menghasilkan sumber energi berupa energi listrik alternatif. Implementasi dari hal ini yaitu dengan merancang piezoelektric di lantai dan trotoar yang dilalui oleh wisatawan menjadikan energi limbah dari langkah kaki dapat dimanfaatkan. Energi yang dihasilkan dari Piezoelectric ini nantinya akan dimanfaatkan sebagai kebutuhan energi listrik di taman dan internal Museum Lawang Sewu seperti penerangan dan sebagainya. Oleh karena itu, penerapan Piezoelectric mampu menghemat penggunaan energi dan menghasilkan energi yang terbarukan.
Gambar 1. Desain Lantai Pembangkit Listrik dengan Piezoelektric
Sumber: Mowafiq et al. (2017).
Dengan mengintegrasikan elemen budaya, pariwisata, dan teknologi berkelanjutan, SEF berfungsi sebagai program yang tidak hanya membantu menyelesaikan masalah lingkungan tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Ini memperkuat posisi Kota Semarang sebagai destinasi wisata budaya yang inovatif sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan menyediakan pekerjaan yang layak bagi warganya.
Kesimpulan
Konsep SEF menjadi solusi inovatif untuk mengatasi tantangan polusi udara dengan konsep wisata kebudayaan di Kota Semarang. Konsep ini juga menggabungkan teknologi energi terbarukan terbaik yang dapat diterapkan untuk melestarikan kebudayaan, meningkatkan pendapatan ekonomi, menyelesaikan permasalahan polusi, serta memperbaiki kualitas udara Kota Semarang. Konsep SEF meliputi kegiatan ngopi bareng, karawitan nang Lawang Sewu, panggung kreasi, nonton layar tancep, mbatik nang Lawang Sewu, dolanan nang Lawang Sewu, serta tumbas oleh-oleh nang Lawang Sewu. Strategi pengembangan yang akan dilakukan terdiri atas perencanaan, produksi dan inkubasi, serta implementasi.
DAFTAR PUSTAKA
Almusoffa, M. S., & Anggrian, M. (2022). Peran Serta Posisi’Hysteria’Colaboratorium And Creative Impact HUB. di Era Disrupsi: Dampak Teknologi pada Medan Sosial Seni Rupa di Kota Semarang. Kusa Lawa, 2(2), 102-116.
Badan Pusat Statistik Kota Semarang. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2), 2020-2022. Diakses pada 4 November 2024 melalui
https://semarangkota.bps.go.id/indicator/12/48/1/kepadatan- penduduk.html
Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang. (2021). Inventarisasi Gas Rumah Kaca Kota Semarang. Diakses pada 4 November 2024 melalui
https://dlh.semarangkota.go.id/inventarisasi-gas-rumah-kaca-kota- semarang/
Edyanto, C.B.H. (2013). Emisi Karbon sebagai Dasar Implementasi Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di DKI Jakarta. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, 15(1), 1-7.
Lukita, C. W., Hermana, J., & Boedisantoso, R. 2015. Inventarisasi Serapan Karbon Oleh Ruang Terbuka Hijau Di Kota Malang, Jawa Timur. Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII. 1–7.
Mahirah, B. (2017). Evaluasi belajar peserta didik (siswa). Idaarah: Jurnal Manajemen Pendidikan, 1(2).
Mowaviq, M.I. Junaidi, A., Purwanto, S. (2018). Lantai Pemanen Energi Listrik Menggunakan Piezoelektrik. Jurnal Energi & Kelistrikan, 10(2), 112-118.
Nahak, H. M. (2019). Upaya Melestarikan Budaya Indonesia di Era Globalisasi. Jurnal Sosiologi Nusantara, 5(1), 65–76. https://doi.org/10.33369/jsn.5.1.65-76
Wilardjo, S. B. (2010). The State Of The Art Marketing. Value Added: Majalah Ekonomi dan Bisnis, 6(2).
Wiranto, B. (2023). Balkesmas Semarang: Kasus Penyakit ISPA Meningkat
30 Persen. Diakses pada 4 November 2024 melalui
https://www.rri.co.id/kesehatan/396561/balkesmas-semarang-kasus-penyakit-ispa-meningkat-30-persen
LAMPIRAN 1
Logo SEF
Panggung Kreasi SEF
LAMPIRAN 2
Konsep SEF
LAMPIRAN 3
Strategi Pengembangan Konsep SEF
Strategi pengembangan konsep ini dapat melalui road map sebagai berikut.
No |
Strategi Pengembangan |
Keterangan |
1. | Tahap Perencanaan | Tahap perencanaan dimulai dari tahap identifikasi. Pada tahap identifikasi ini mengidentifikasi tanaman hortikultura yang akan dipilih, jenis energi terbarukan yang akan digunakan, dan tempat pelaksanaan kegiatan wisata akan ditentukan berdasarkan potensi yang dimiliki tempat wisata di Kota Semarang. Tahap selanjutnya adalah perumusan potensi dari setiap kategori tersebut. Perumusan potensi ini dapat digunakan untuk mengetahui informasi mengenai potensi yang ada serta sebagai bahan perancangan pengembangan tempat dan kegiatan pariwisata ke depannya. Dilanjutkan dengan tahap pemetaan, tahapan ini bertujuan untuk menentukan seluruh komponen dan kegiatan wisata yang akan dilaksanakan pada tempat wisata yang sudah ditentukan sesuai dengan potensi dan unique selling point yang dimiliki. |
2. | Tahap Produksi dan Inkubasi |
Tahap produksi dan pengembangan aplikasi penting untuk menjalin partnership dengan lembaga atau perusahaan lain guna memperluas pasar dan memperoleh akses terhadap sumber daya, kapital, dan teknologi. Ada beberapa aktor yang perlu digandeng dalam partnership ini antara lain. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan Pemerintah Kota Semarang. Dalam tahap perumusan potensi, kemenparekraf dan pemerintah Kota Semarang berperan dalam menjadi faktor pendukung utama dalam hal material maupun non-material serta menentukan tempat wisata lokal Kota Semarang yang akan diberdayakan dalam SEF berdasarkan potensi dan unique selling point yang dimiliki. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) Dalam tahap perancangan dan pembangunan sarana dan prasaran, Kementerian PUPR memiliki peran dalam menjadi faktor pendukung utama dalam hal pengembangan inovasi pembiayaan infrastruktur yang berketahanan dan berkelanjutan. Denok dan Kenang Kota Semarang. Dalam tahap implementasi, Denok dan Kenang Kota Semarang berperan dalam memberikan layanan pemandu wisata yang akan menjelaskan hal-hal terkait destinasi wisata dan oleh-oleh yang akan dilaksanakan dalam kegiatan SEF. Komunitas Karawitan dan Wayang Kulit Kota Semarang, Komunitas Tari Tradisional Kota Semarang Dalam kegiatan ini, komunitas dari karawitan, wayang kulit, serta tari tradisional Kota Semarang berperan menjadi bagian penting dalam kegiatan SEF khususnya pada kegiatan Panggung Kreasi SEF. Pemilik Pusat Kebun Kopi Banaran dan Pemilik Pusat atau UMKM terkait Penjualan Oleh-Oleh Dalam tahap implementasi, pemilik kebun kopi Banaran dan oleh-oleh akan berperan dalam menawarkan produk mereka dengan cara menawarkannya langsung kepada wisatawan yang akan membeli kopi dan oleh-oleh khas daerah Kota Semarang. |
3. | Tahap Implementasi |
Produk Adapun implementasi dari aplikasi ini yaitu: Tempat wisata [ Pada sub bagian ini, wisatawan dapat merasakan keindahan dan kebudayaan Kota Semarang dengan mengunjungi tempat wisata Lawang Sewu lengkap dengan pemandu wisata oleh Denok Kenang Kota Semarang.] Pasar oleh-oleh [ Pada sub bagian ini, wisatawan dapat mengetahui oleh-oleh khas daerah Kota Semarang serta dapat juga membelinya dengan membelinya langsung ke pemilik pusat atau UMKM oleh-oleh yang berada di lokasi Lawang Sewu.] Pemasaran Produk Kotler dalam Wilardjo (2010) menerangkan bahwa pemasaran adalah proses sosial di mana individu atau kelompok mendapatkan yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menukar produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Pada tahap ini, kegiatan SEF dapat dipromosikan melalui media sosial pemerintah Kota Semarang, Denok dan Kenang Kota Semarang, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta masyarakat Kota Semarang. Evaluasi Evaluasi adalah kegiatan terencana guna mengetahui keadaan objek menggunakan parameter tertentu dan dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan (Thoha dalam Mahirah, 2017). Oleh karena itu tahap evaluasi ini sangatlah penting untuk pengembangan kegiatan pariwisata SEF kedepannya |
LAMPIRAN 4
Analisis SMART konsep SEF
Spesific |
Mengatasi permasalahan polusi di Kota Semarang serta menjadi solusi untuk melestarikan Kebudayaan Kota Semarang dan peningkatan ekonomi dengan konsep SEF. |
Measurable |
Perencanaan yang matang, serta dukungan partnership, baik kementerian, pemerintah daerah, teknisi, ahli budaya, dan masyarakat Kota Semarang dalam merealisasikan konsep SEF dapat menjadi tolak ukur keberhasilan dari konsep ini. |
Achievable |
Tahapan implementasi terbagi menjadi produk, pemasaran produk, serta evaluasi. Ketiga tahapan tersebut diurai menjadi perancangan, realisasi konsep, pengujian konsep kepada pengunjung, khususnya masyarakat Kota Semarang, dan monitoring serta evaluasi. |
Relevant |
Inovasi Java Culture Garden relevan dengan permasalahan karbon dioksida yang tinggi di Kota Semarang. Melalui inovasi SEF, diharapkan dapat menjadi solusi terbaik dalam menyelasaikan masalah tinginya karbon dioksida serta mendukung pelestarian budaya dan perekonomian Kota Semarang. |
Time-Based |
Waktu yang dibutuhkan dalam realisasi aplikasi ini yakni selama 2 tahun, yang terdiri dari 5 bulan tahap perencanaan, 7 bulan tahap produksi dan inkubasi , serta 12 bulan tahap implementasi dan evaluasi yang dilakukan pada setiap tahapan. |
LAMPIRAN 5
Kontribusi SEF dalam SDGs
Tujuan SDGS | Keterangan |
Poin 3: Kehidupan masyarakat yang sehat dan sejahtera. |
Konsep SEF bertujuan untuk mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) yang tinggi di Kota Semarang. Melalui strategi wisata berbasis teknologi dengan energi terbarukan seperti piezoelectric, yang mengubah energi mekanik menjadi listrik, SEF berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon dengan menggunakan energi alternatif yang ramah lingkungan. Hal ini tidak hanya membantu dalam memperbaiki kualitas udara tetapi juga mendorong kesadaran masyarakat tentang pentingnya penggunaan energi yang berkelanjutan.
Selain itu, integrasi tanaman hortikultura seperti Trembesi dan Kenanga di area Museum Lawang Sewu yang memiliki kemampuan tinggi dalam menyerap CO2 berperan penting dalam menurunkan konsentrasi karbon dioksida di udara. Ini merupakan langkah konkret dalam meningkatkan kualitas udara dan pada akhirnya berkontribusi pada peningkatan kesehatan masyarakat Kota Semarang. Dengan adanya kegiatan-kegiatan yang melibatkan alam dan kebudayaan, SEF juga berfungsi sebagai ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang menyehatkan secara fisik dan mental, seperti kegiatan “Dolanan nang Lawang Sewu” yang mendorong interaksi sosial dan aktivitas fisik yang ringan. |
Poin 8: Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang layak. |
Konsep SEF secara langsung berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi lokal dan menciptakan lapangan kerja yang layak. Berikut cara bagaimana SEF mendorong pencapaian tujuan SDGs poin 8: Pengembangan UMKM Lokal: Kegiatan seperti “Ngopi Bareng” yang memperkenalkan kopi khas Semarang, “Tumbas Oleh-Oleh nang Semarang” yang mempromosikan produk lokal seperti batik, makanan khas, dan kerajinan tangan, secara langsung meningkatkan pendapatan para pelaku UMKM lokal. Dengan meningkatnya jumlah pengunjung yang datang untuk menikmati wisata budaya dan membeli produk lokal, UMKM dapat meningkatkan produksi dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja di berbagai sektor, mulai dari produksi hingga pemasaran. Pemberdayaan Komunitas Seni dan Budaya: Melalui kegiatan seperti “Karawitan nang Lawang Sewu”, “Panggung Kreasi”, dan “Mbatik nang Lawang Sewu”, SEF memberikan panggung bagi komunitas seni dan budaya lokal untuk menunjukkan keterampilan dan kreasi mereka. Ini tidak hanya membantu melestarikan budaya tetapi juga memberikan peluang ekonomi bagi para seniman, penari, pembuat batik, dan pengrajin lainnya. Dengan lebih banyak acara dan lebih banyak pengunjung, komunitas ini dapat menghasilkan pendapatan yang lebih stabil dan berkembang menjadi usaha yang lebih besar dan lebih berkelanjutan. Penciptaan Pekerjaan Hijau (Green Jobs): Implementasi teknologi energi terbarukan, seperti piezoelectric, memerlukan tenaga kerja baru yang memiliki keahlian dalam teknologi berkelanjutan. Ini membuka peluang untuk pekerjaan di sektor energi terbarukan, instalasi teknologi hijau, dan pemeliharaan. Penggunaan teknologi ini juga mengurangi biaya energi operasional jangka panjang, yang berarti lebih banyak anggaran yang bisa dialokasikan untuk inisiatif lain yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. |