Pembangunan Hunian Berkelanjutan dengan Konsep Pintar dan Ramah Lingkungan: Pemanfaatan Lahan Optimal Melalui Konsep Compact Housing dan Bangunan Hijau
Disusun oleh: Arditha Anggreini
Berdasarkan data badan pusat statistik Indonesia mengalami peningkatan jumlah kepemilikan rumah dengan status milik dan sewa sekitar 1% hingga 3%, seiring dengan meningkatnya permintaan pembangunan tentu saja hal tersebut dapat memberikan dampak pada pemenuhan lahan terbangun sebagai tuntutan kebutuhan hidup selain itu dengan adanya hal tersebut tentu saja kebutuhan energi akan selalu bertambah dan meningkat seiring dengan berkembangnya peradaban.
Menurut Sugandhi et al., (2022), bertambahnya kebutuhan lahan untuk bermukim tentunya menuntut perluasan daerah untuk dijadikan sebagai daerah permukiman, sehingga secara fisik daerah perkotaan memerlukan pemekaran ke daerah sekitarnya dalam pengembangan wilayahnya secara dinamis dalam memenuhi kebutuhan penggunaan ruang yang meningkat dengan cara optimum, berdaya guna, serasi dan berkelanjutan (Amir et al., 2020; Rakuasa et al., 2022).
Hunian merupakan salah satu dari kebutuhan primer yang harus dipenuhi sebagai tempat untuk bertahan hidup, hunian yang baik harus memiliki kenyamanan dan perhitungan tepat untuk penggunaan yang baik. Daerah perkotaan memiliki Tingkat kepadatan penduduk yang tepat dikarenakan efek dari migrasi desa ke kota oleh sebabnya muncul permasalahan lain terkait penggunaan lahan yang tidak efektif untuk sebuah hunian.
Pemaksimalan penggunaan lahan, menggunakan skenario pembangunan hunian unit kecil dan berkolaborasi dengan hunian pintar yang diharapkan menciptakan energi secara pribadi dengan tidak mengesampingkan kenyamanan dan efektivitas bangunan. Selain itu perlu adanya bangunan hijau atau konsep alamiah dan natural sehingga dapat memungkinkan bertahan dalam jangka waktu yang lama karena tidak merusak lingkungan di sekitarnya.
Pembangunan ini biasa disebut Pembangunan berkelanjutan, pembangunan berkelanjutan tidak bisa hanya serta-merta dilaksanakan tanpa adanya perencanaan berkelanjutan yang jelas dan memumpuni guna memenuhi standar internasional yang telah ditetapkan.
Pembangunan terkait Pembangunan berkelanjutan sebelumnya haruslah melalui perhitungan atau pengamatan yang lebih teliti karena dapat saja pembangunan ini berfokus pada daerah pusat kegiatan ekonomi, industri, Pendidikan dan pemerintahan. Hal ini dapat menyebabkan alasan warga negara melakukan urbanisasi yang berdampak pada peralihan fungsi lahan dan ruang terbuka.
Pertumbuhan populasi sejalan dengan perluasan aktivitas manusia di berbagai sektor, terutama di bidang sosial dan ekonomi. Akibatnya, permintaan akan sumber daya lahan akan meningkat, sementara luas lahan yang tersisa. Hal ini pada akhirnya akan mengarah pada konversi penggunaan lahan, yang pada gilirannya akan berdampak buruk pada lingkungan di masa depan.
Kesesuaian lahan pemukiman yang baik dapat dilihat dari data analisis penggunaan lahan eksisting dan variabel-variabel fisik yang lainnya yaitu kemiringan lereng, jarak dari sungai dan jarak dari jalan Dalam perencanaan pengembangan perkotaan yang kurang didasarkan pada kajian kesesuaian lahan akan mengakibatkan kerusakan lingkungan diantaranya yaitu longsor, banjir dan erosi seperti yang telah terjadi di beberapa kota besar di Asia Tenggara (Heery et al.,2018). Oleh karena itu, sangat penting untuk menilai dampak lingkungan dari pembangunan permukiman dengan mengevaluasi potensi daerah tersebut untuk memenuhi kebutuhan lahan. Proses ini harus mencakup inventarisasi kapasitas wilayah untuk mengakomodasi perluasan kota dengan cara yang selaras dengan potensi lahan nya, sehingga dapat mengurangi risiko bencana dan memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Konsep bangunan hijau mencakup seluruh siklus hidup bangunan, mulai dari pemilihan lokasi awal dan desain konstruksi hingga tahap operasional,pemeliharaan, renovasi, dan pembongkaran. Konsep ini mencakup penggunaan proses dan material yang ramah lingkungan dan hemat sumber daya di seluruh masa pakai bangunan, dengan tujuan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya. Selain pertimbangan lingkungan ini, bangunan hijau juga menggabungkan prinsip-prinsip desain yang ekonomis, fungsional, tahan lama, dan nyaman, sehingga memperluas dan melengkapi desain bangunan tradisional.
Penerapan konsep bangunan hijau menyatakan bahwa peningkatan pada bangunan, baik dari segi perilaku maupun teknologi, dapat memberikan pengaruh yang signifikan dalam mengatasi pemanasan global.Konstruksi, operasi dan pemeliharaan bangunan menunjukkan berbagai aspek perlindungan sumber daya, penghematan dan pengurangan sumber daya, pemeliharaan kualitas udara dalam ruangan dan perhatian terhadap kesehatan penghuni. Aspek-aspek ini mematuhi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Konstruksi, operasi dan pemeliharaan gedung mencontohkan berbagai strategi untuk konservasi sumber daya, pengurangan limbah, pemeliharaan kualitas udara dalam ruangan dan promosi kesehatan dan kesejahteraan penghuni. Aspek-aspek ini sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Internet of Things (IoT) merupakan pengembangan lebih lanjut dari konsep teknologi Machine-to-Machine (M2M). Teknologi ini memfasilitasi otomatisasi sistem dalam lingkup jaringan internet, sehingga memungkinkan cakupan yang lebih luas. Pengaruh teknologi kontemporer, khususnya dalam bentuk teknologi informasi dan komunikasi (TIK), memiliki potensi untuk mengubah bangunan dan area konvensional menjadi sistem yang cerdas. Istilah “bangunan pintar” biasanya di definisikan sebagai konstruksi atau tempat tinggal yang menggabungkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan fungsionalitas, kenyamanan, dan keamanannya. Integrasi bangunan pintar dan penerapan peraturan kebijakan dalam area geografis yang ditentukan akan menghasilkan pembentukan kota pintar.
Perbandingan indikator mampu memberikan informasi yang rinci pada makalah yang terpilih. Selanjutnya akan ditemukan indikator yang paling banyak dijadian acuan pada metode penilaian green building yang memberikan dampak yang signifikan pada pencapaian konstruksi green building.Greenship sebagai sebuah sistem rating terbagi atas enam aspek yang terdiri dari :1. Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development/ASD). 2. Efisiensi Energi & Refrigeran (Energy Efficiency & Refrigerant/EER).3. Konservasi Air (Water Conservation/WAC).4. Sumber dan Siklus Material (Material Resources & Cycle/MRC).5. Kualitas Udara dan Kenyamanan Udara (Indoor Air Health & Comfort/IHC).6. Manajemen Lingkungan Bangunan (Building & Enviroment Management).
Pengaplikasian sistem yang dapat secara nyata atau sering kali ditemui di lingkungan sekitar, anatara lain :
1. Bangunan pintar didefinisikan sebagai bangunan yang telah dirancang dan dibangun dengan tujuan mengurangi dampak lingkungan dan biaya operasional melalui integrasi teknologi canggih. Bangunan yang dirancang untuk mengurangi konsumsi energi melalui pemanfaatan teknologi canggih di berbagai bidang, termasuk struktur, sistem mekanis, infrastruktur listrik, dan pendingin ruangan. Penerapan teknologi bangunan pintar memiliki potensi untuk meningkatkan efisiensi operasional, meminimalkan emisi CO₂ dan mengoptimalkan kenyamanan dan keamanan. Selain itu, teknologi ini membantu penghuni dan pengelola dalam mengurangi dampak lingkungan.
2. Sistem penyaringan air (water harvesting) adalah perangkat yang digunakan untuk menyaring air. Sistem ini menggunakan air hujan sebagai sumber air minum, yang cocok untuk dikonsumsi setelah dimasak. Sistem ini terdiri dari tiga komponen utama: permukaan penampungan air hujan, saluran menuju tangki penyimpanan, dan tangki penyimpanan untuk pemanfaatan selanjutnya.
3. Sistem Tenaga Surya (Panel Surya): Panel surya adalah perangkat yang menghasilkan listrik dari sinar matahari melalui proses fotovoltaik. Energi listrik yang dihasilkan oleh pergerakan elektron dapat digunakan untuk berbagai peralatan listrik. Tenaga surya merupakan sumber energi terbarukan yang lebih hemat biaya dibandingkan pembangkit listrik lainnya.
4. Biogas (Sistem Biogas): Biogas adalah sumber energi terbarukan yang dihasilkan melalui penguraian bahan organik secara anaerobik oleh mikroorganisme. Gas metana yang dihasilkan dari proses ini dapat dikonversi menjadi listrik, sehingga dapat memenuhi kebutuhan energi.
5. Aquaponik: Sebuah sistem terintegrasi yang menggabungkan akuakultur (budidaya ikan) dan hidroponik (budidaya tanaman tanpa tanah) dalam sebuah sirkuit tertutup, di mana air dari kolam ikan digunakan untuk budidaya tanaman dan, setelah penyaringan, dikembalikan ke kolam ikan. Sistem ini menghasilkan simbiosis mutualisme.
6. Perumahan Padat: Ini adalah gaya arsitektur yang memanfaatkan ruang secara optimal untuk berbagai aktivitas di dalam area terbatas. Sistem ini dirancang untuk menyediakan berbagai fungsi yang komprehensif di dalam ruang terbatas, memastikan pemanfaatan yang optimal dari area yang tersedia.
Metode desain yang digunakan dapat berupa arsitektur kontekstual. Metode ini dijelaskan melalui salah satu buku metode desain Kari Jormakka dan juga melalui teori-teori tambahan yang berasal dari karya-karya arsitek lain yang membahas tentang kontekstualisme, termasuk karya Brent Brolin, Billy Raun, Sanaz Abedi, dan Houtan Iravani. Metode ini menggaris bawahi pentingnya membangun hubungan yang harmonis antara bangunan dan lingkungan sekitarnya. Dengan mengintegrasikan proyek ke dalam konteks yang ada, kelestarian lingkungan sekitar dapat terjaga, dan desain proyek dapat selaras dengan estetika alami lingkungan. Pendekatan ini memastikan bahwa bentuk proyek tidak mengganggu lanskap yang ada dan justru menyatu secara harmonis dengan lingkungan sekitar.
Desaian rumah mungil modern (compact house)
Sumber: https://blog.galaxyproperty.co.id/
Unit hunian dirancang dalam tiga kategori berbeda berdasarkan demografi penghuninya. Kategori pertama terdiri dari hunian yang dihuni oleh individu yang bermigrasi dari luar kota atau dari desa lain. Kategori kedua meliputi hunian yang dihuni oleh pasangan atau keluarga kecil dengan dua hingga tiga anggota. Kategori ketiga mencakup hunian yang dihuni oleh keluarga kecil dengan dua hingga empat anggota, seringkali dengan anak-anak. Konsep unit hunian menggunakan konsep unit kompak (compact housing). Unit ini dibangun secara efisien sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, sehingga menghasilkan ruang yang ringkas namun fungsional yang mengakomodasi kegiatan yang terkait dengan kehidupan hunian. Konsep unit kompak ini semakin disempurnakan dengan berbagai perabot yang dapat disesuaikan yang dapat dibuka dan disimpan sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, kasur dinding merupakan salah satu perabot yang dapat disimpan dan dilepas sesuai dengan kebutuhan pengguna. Selain kasur, ada juga perabot seperti meja dan kursi yang dapat dilipat, sehingga mengoptimalkan penggunaan lahan hunian.
Konsep bangunan pintar dalam proyek ini didukung oleh sejumlah sistem energi pintar, yang dirancang untuk memfasilitasi penggunaan energi yang efisien di dalam bangunan dengan memanfaatkan bahan daur ulang yang bersumber dari hunian itu sendiri. Dua sistem tambahan digunakan untuk mendukung sistem energi listrik: sistem biogas dan sistem panel surya. Sistem biogas berasal dari sisa makanan dan juga bahan limbah yang dihasilkan dari pemilahan bahan akuaponik. Biomassa berasal dari bahan limbah dengan cara menghindari pengurangan pasokan makanan yang tersedia bagi penduduk. Selain itu, sistem panel surya memberikan dukungan untuk menghasilkan energi listrik di dalam bangunan. Pemanfaatan tenaga surya, yang kemudian dikonversi menjadi listrik, memastikan bahwa sistem ini tidak mengganggu sumber daya alam bumi. Sistem penyaringan air merupakan komponen fundamental dari proyek perumahan ini. Sistem ini berasal dari dua sumber utama. Sumber air awal adalah parit yang terletak di depan tapak. Air dari parit penyaringan di depan tapak dimanfaatkan sebagai sumber air bersih yang tidak dikonsumsi, misalnya untuk penggunaan air akuaponik dan kebutuhan servis lainnya. Sumber air hujan tambahan digunakan untuk keperluan rumah tangga, termasuk mandi, mencuci, dan kegiatan lainnya. Sistem penyaringan mengalami dua proses penyaringan yang berbeda: satu proses penyaringan manual dan satu lagi mekanis. Yang pertama melibatkan penggunaan sistem tanaman, sedangkan yang kedua menggunakan kombinasi batu dan pasir. Selain penyaringan manual, Untuk mencapai kualitas air bersih setinggi mungkin di daerah pemukiman, penyaringan tambahan digunakan dengan menggunakan cara mekanis.
Daftar Pustaka.
.Amir, A. K., Wunas, S., & Arifin, M. (2020). Settlement development based on land suitability. {IOP} Conference Series: Earth and Environmental Science, 419(1), 12083. https://doi.org/10.1088/1755-1315/419/1/012083
Erdiono, D. (2012). ARSITEKTUR HIJAU: Arsitektur Ramah Lingkungan. EKOTON, 9(1).
Febrianto, R. S. (2019). Kajian metode dan konsep bentuk arsitektur hijau pada bangunan rumah tinggal. Prosiding SEMSINA, IV-103.
Kusumawanto, A., & Astuti, Z. B. (2018). Arsitektur hijau dalam inovasi kota. Ugm Press
Kusumowardani, D. (2021). Penerapan Arsitektur Tropis dalam Era New Normal. Jurnal Desain Interior, 6(1), 1-4.
M. R. Bashir dan A. Q. Gill, “IoT enabled smart buildings: A systematic review,” dalam 2017 Intelligent Systems Conference (IntelliSys), Sep 2017, hlm. 151–159, doi: 10.1109/IntelliSys.2017.8324283.
Ng, M., & Pangestu, T. H. (2019). HUNIAN CERDAS. Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa), 1(2), 1475-1482.
Nusantara, O. I. K. Pedoman Bangunan Cerdas Nusantara.
Rakuasa, H., Supriatna, S., Karsidi, A., Rifai, A., Tambunan, M. ., & Poniman K, A. (2022). Spatial Dynamics Model of Earthquake Prone Area in Ambon City. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 1039(1), 012057. https://doi.org/10.1088/1755-1315/1039/1/012057
Sugandhi, N., Supriatna, S., Kusratmoko, E., & Rakuasa, H. (2022). Prediksi Perubahan Tutupan Lahan di Kecamatan Sirimau, Kota Ambon Menggunakan Celular Automata-Markov Chain. JPG (Jurnal Pendidikan Geografi), 9(2),104–118. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.20527/jpg.v9i2.13880