Green Campuses: Menumbuhkan Pola Pikir Kreatif dan Inovatif Mahasiswa Melalui Praktik Berkelanjutan di Era Society 7.0
Ditulis oleh Nabila Putra Apridiansyah
PENDAHULUAN
Isu pemanasan global saat ini menjadi sorotan dunia. Fenomena ini merujuk pada kenaikan suhu permukaan bumi yang disebabkan oleh akumulasi gas CO2, CH4, N2O, dan CFC di atmosfer. Dampaknya dianggap berpotensi merugikan kehidupan di planet ini, termasuk peningkatan suhu global, perubahan iklim, kenaikan suhu permukaan laut, gangguan ekologis, dan implikasi sosial politik (NUGROHO, 2023). Dikutip dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2015-2023, luas hutan Indonesia mengalami kekeringan diperkirakan mencapai 1,21 hingga mencapai 1,5oC yang disebabkan oleh pemanasan global. Selain itu, pemanasan global di Indonesia sudah Setengah dari kawasan ini berhutan (377 juta hektar atau sekitar seperlima dari total kawasan hutan dunia di daerah tropis dan subtropis), dengan hutan primer atau utuh mencapai sekitar dua pertiga (256 juta hektar). Lebih dari 70% kawasan hutan mengalami kekeringan total, sekitar 43 juta hektar dalam rentang tahun 2004- 2023 bisa menyebabkan degradasi tanah, kerugian sumber daya alam, penurunan produktivitas pertanian, dan kesulitan akses terhadap air bersih, yang semuanya dapat mempengaruhi kehidupan banyak orang untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan untuk melindungi lingkungan yang aman,sehat ,bersih, dan asri dari mengatasi krisis pemanasan global sehingga diharapkan dengan tujuan sdg 17 untuk meningkatkan kesadaran untuk mengembangkan energi terbarukan di indonesia 2030 mendatang.
Pemerintah Indonesia, sebagai pembuat kebijakan, telah bersetuju dengan negara-negara lain untuk berpartisipasi aktif dalam mengurangi dampak pemanasan global. Upaya nyata telah dilakukan dengan mengajak komunitas akademis untuk berperan aktif dalam mengatasi masalah ini (KLHK, 2017). Sebagai salah satu langkah konkrit, pada tahun ini, pemerintah menunjuk lima kampus di Indonesia sebagai contoh untuk program kampus hijau (green campus) yaitu UNDIP, ITENAS, UNPAR, UI, dan UNS. Inisiatif ini merupakan bagian dari gerakan global yang bertujuan mengurangi dampak pemanasan global di berbagai kampus, baik di negara maju maupun berkembang. Meskipun, implementasi program green campus di Indonesia bukan perkara mudah, diperlukan kerja sama antara manajemen kampus dan mahasiswa untuk menjalankannya. Kebijakan manajemen kampus yang kurang optimal dapat menjadi penyebab utama kurangnya SDM terhadap efektivitas dan mengembangkan kreativitas mahasiswa dalam implementasi konsep green campus (Nugrahaningsih,dkk; 2023). Oleh karena itu, pemahaman manajemen kampus tentang konsep ini perlu diperhatikan, termasuk pemahaman mereka terhadap kondisi dan lingkungan sekitar kampus yang mereka pimpin.Tingkat pemahaman yang rendah dapat meningkatkan risiko terjadi masalah dalam perencanaan kegiatan, implementasi kebijakan, dan arahan terkait kemajuan program green campus.
Membangun lingkungan kampus salah satu upaya alternatif sebagai ramah lingkungan dan berkelanjutan melibatkan integrasi aspek infrastruktur, perilaku, dan pendidikan yang menekankan prinsip keberlanjutan melibatkan penggunaan teknologi hijau dalam infrastruktur, perubahan perilaku menuju praktik berkelanjutan, dan penyatuan konsep keberlanjutan dalam kurikulum pendidikan. Dengan mendorong mahasiswa untuk berpikir kreatif dan menggabungkan gagasan inovatif dengan solusi berkelanjutan. Hal ini mengembangkan dalam penggunaan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI) dan Internet of Things (IoT), kampus dapat menjadi wahana untuk menciptakan perubahan positif dalam menghadapi tantangan lingkungan kampus kita (Farid,2023).
Dalam situasi ini, praktik berkelanjutan harus beradaptasi dan menggunakan teknologi untuk menciptakan solusi yang ramah lingkungan. Penghijauan, yaitu penanaman tanaman di daerah yang mendukung pertumbuhannya dengan baik, terutama dilakukan melalui upaya rehabilitasi lahan. Menurut Peraturan Pemerintah UU NOMOR 23 TAHUN 2021 tentang Rehabilitasi Hutan memberikan pedoman untuk kegiatan seperti penghijauan, pemeliharaan tumbuhan, peningkatan jumlah vegetasi, penggunaan teknik pelestarian tanah dan air. Sampai saat ini, penelitian mengenai keberlanjutan di universitas hanya memandang dimensi-dimensi yang disebutkan di atas secara individual, seperti penerapan inisiatif ramah lingkungan di kampus (Leal Filho et al., 2022). Tujuan dari penghijauan lahan untuk memulihkan dan meningkatkan produktivitas lahan yang terganggu agar dapat berfungsi kembali secara optimal. Proses ini melibatkan serangkaian langkah untuk memperbaiki kualitas dan produktivitas lahan yang rusak melalui praktik penghijauan yang berkelanjutan.
Untuk menjawab permasalahan di atas, karya tulis ilmiah ini kami menerapkan Inovasi Program Green Campus menciptakan mahasiswa melalui praktik berkelanjutan di era society 5.0.j Tidak hanya pendidikan , tetapi juga membimbing mahasiswa turut aktif menjadi pemimpin yang baik, kreatif, dan inovatif berupa menerapkan adanya program bebas emisi dalam menanggapi tantangan lingkungan saat ini. Selain itu, mengimplementasikan pendidikan sesuai kebijakan dalam penghematan air dan energi listrik di seluruh kampus. Hal ini dapat mendorong penggunaan teknologi energi secara efektif dan efisien dengan memasang panel surya, turbin angin, atau sistem energi terbarukan lainnya untuk memenuhi kebutuhan energi kampus. Mengembangkan program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya beralih ke sumber energi terbarukan.
Dalam usaha mewujudkan inovasi digital Green Campus, langkah-langkah konkret diambil untuk membentuk lingkungan kampus yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Salah satu strategi utama yang diterapkan adalah sistem daur ulang yang komprehensif, bertujuan untuk secara signifikan mengurangi jumlah limbah yang akhirnya mencapai tempat pembuangan sampah. Upaya ini mencakup penggalakan penggunaan produk ramah lingkungan dan penekanan pada pengurangan penggunaan plastik sekali pakai.
Selain itu, kampus juga melibatkan diri dalam pekerjaan konkrit di lapangan dengan melakukan program reboisasi dan penanaman pohon di sekitar area kampus. Langkah ini tidak hanya mempercantik lingkungan, tetapi juga berkontribusi pada mendukung ekosistem lokal. Taman hijau dan area terbuka juga dikembangkan dengan cermat untuk memberikan dukungan maksimal pada keberlanjutan ekosistem sekitar.
Program edukasi menjadi tulang punggung dari upaya ini, dengan merancang inisiatif yang menyasar mahasiswa, staf, dan fakultas. Melalui kegiatan sosialisasi tentang keberlanjutan untuk mendukung inisiatif lingkungan, menciptakan momentum dan meningkatkan kesadaran secara luas.yang ditingkatkan, membentuk landasan pemikiran yang mendalam dan tanggap terhadap isu- isu lingkungan.
Teknologi digital menjadi alat penting dalam menggerakkan partisipasi masyarakat dalam proyek-proyek keberlanjutan. Program ini juga mendukung pengembangan teknologi baru yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dengan tujuan mengevaluasi kinerja program green campus yang dilakukan secara rutin dalam mencapai keberlanjutan. Hasil dari penilaian ini menjadi landasan untuk mengimplementasikan perubahan yang dibutuhkan guna terus meningkatkan dampak positifnya. Lebih dari sekadar menjadi lingkungan fisik, upaya ini diarahkan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendorong kreativitas dan kolaborasi lintas disiplin ilmu.
Penggunaan teknologi diintegrasikan sebagai alat untuk mengembangkan solusi inovatif yang relevan dengan konteks keberlanjutan. Dengan demikian, Green Campus bukan hanya sebuah program, tetapi juga sebuah perjalanan menuju pembentukan kampus yang berkelanjutan,inovasi dan membuka pintu bagi ide-ide kreatif yang mendukung keberlanjutan.
Adanya melalui kombinasi praktik berkelanjutan, pola pikir kreatif, dan integrasi teknologi terbarukan, program kampus hijau ini bertujuan untuk menciptakan mahasiswa yang lebih ikut partisipasi dalam menghadapi tantangan perubahan lingkungan dan teknologi di masa depan serta berkontribusi pada masyarakat yang lebih berkelanjutan.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan dalam lingkungan kampus sekitar Universitas Sebelas Maret yang dengan mengambil beberapa foto-foto sampel terkait keberjalanan program green campus serta mengamati kurangnya fasilitas yang dapat mendukung green campus.
Kegiatan | Metode Pelaksanaan | Time Line Hari ke- |
Pembentukan Tim | Pencarian tim oleh ketua | 1 |
Identifikasi masalah dan potensi | Perumusan masalah | 2 |
Diskusi tujuan dan sasaran | Perumusan oleh tim | 2 |
Tabel 1. Kegiatan, metode, indikator keberhasilan, dan target waktu
Konsep Wawancara
Konsep wawancara yaitu melakukan wawancara terhadap beberapa mahasiswa dengan memberikan pertanyaan terkait pola pikir dan inovatif mahasiswa pada program green campus yang diimplementasikan pada lingkungan kampus Universitas Sebelas Maret. Teknik Pengambilan Sampel Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel berupa teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu atau seleksi khusus yang sudah ditentukan oleh peneliti (Sugiyono, 2016).Dengan menggunakan teknik purposive sampling, peneliti akan memilih mahasiswa berdasarkan karakteristik atau kriteria tertentu yang dianggap relevan dengan tujuan penelitian, seperti tingkatan, jurusan, atau partisipasi aktif dalam program Green Campus. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan wawasan yang lebih mendalam dari partisipan yang memiliki pengalaman atau pandangan khusus terkait topik penelitian.
Analisis Data Pengamatan
Kajian Pustaka
Metode penelitian yang digunakan sebagai acuan ini merupakan metode deskriptif dan kualitatif dimana penulis menggunakan beberapa jurnal dan portal Badan Pusat Statistik daerah Jawa Tengah yang dapat mendukung penelitian. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diambil dari wawancara dari lapangan jenis penelitian yang mengumpulkan data dan informan dari beberapa mahasiswa sebagai sample 5 kampus diantaranya yaitu UNDIP, ITENAS, UNPAR, UI, dan UNS yang menjadi sumber data tersebut sedangkan data sekunder yang digunakan adalah Data sekunder merupakan data yang didapatkan oleh peneliti secara tidak langsung dan digunakan sebagai data penunjang dari sumber utama. Data sekunder didapat melalui dokumentasi yang bersumber dari jurnal atau penelitian sebelumnya, karya ilmiah, internet, dan berbagai data yang sesuai dalam penelitian ini,pengembangan green Kampus.
Didapatkan data kampus yang telah mengimplementasikan program green campus salah satunya di daerah Jawa Tengah mempunyai 256 perguruan tinggi dan terdapat lima kampus teramah. Universitas Sebelas Maret mendapatkan total skor sebesar 8.625 dalam aspek pendidikan namun dalam aspek pengelolaan air berada pada urutan rendah. Menurut Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi tahun 2020, dalam mengimplementasikan kampus hijau dapat ditentukan melalui kriteria umum. Beberapa kriteria umum yang ditetapkan antara lain pengelolaan energi dan air, pengelolaan limbah, transportasi ramah lingkungan, pendidikan dan penelitian tentang kelestarian lingkungan.
Selain itu, kriteria tersebut juga dapat mencakup perencanaan dan infrastruktur yang menjamin ketersediaan ruang terbuka hijau, efisiensi energi, minimalisasi sampah dan pengelolaan tanpa sampah dengan memaksimalkan kemampuan daur ulang. Oleh karena itu, untuk memenuhi kriteria kampus hijau sarana, perguruan tinggi harus memperhatikan pengelolaan energi dan air, pengelolaan sampah, dan transportasi ramah lingkungan, pendidikan dan penelitian tentang kelestarian lingkungan, serta perencanaan dan prasarana yang mendukung kelestarian lingkungan. Jika dilihat dari Badan Pusat Statistik Universitas Sebelas Maret mendapatkan aspek pengelolaan air yang masih rendah dan sarana transportasi kurang. Oleh karena itu, membuat peneliti melakukan kajian terhadap masalah tersebut dari kasus diatas perlu mendapatkan perhatian pada pihak kampus untuk memperlancar keberjalanan program green campus bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Tridharma secara efisien, cerdas, sehat, nyaman, aman, ramah lingkungan, estetis dan berkelanjutan, sehingga menjadikan kegiatan sivitas akademika bermanfaat dan menguntungkan dengan cara terbaik selain itu beberapa elemen yang terlibat dalam menjaga dan menjalankan kampus hijau.
Kesadaran dan sikap pada seseorang berpengaruh pada niat sehingga menjadi penentu intens dalam berperilaku (Sawitri et al.2015). Sikap dan perilaku pada ramah lingkungan ini mempunyai keterkaitan dengan sikap sosial pada masyarakat (White, S. S. (2014). Pihak yang terlibat dalam mengimplementasikan kampus hijau sangat berpengaruh dimana kesadaran pada mahasiswa, dosen, staff dinilai membantu meningkatkan efisiensi program kampus hijau.
Indikator Proses Keberhasilan
Indikator proses untuk mengukur keberhasilan gagasan ini adalah cara menilai kesesuaian upaya untuk mencapai tujuan dan sasaran. Indikator waktu disesuaikan dengan rencana waktu pelaksanaan. Selain itu, integrasi divalidasi menggunakan link antara rencana kerja dan implementasi. Menurut Nasution (2011), indeks kampus hijau terdiri dari beberapa indikator yang dapat dijelaskan di bawah ini.
Pengelolaan Sampah Kampus sebagai lembaga yang berfungsi melaksanakan sesuai Tridharma Perguruan Tinggi. Dalam setiap kegiatan dihasilkan sampah-sampah seperti kertas dan alat tulis sekali pakai, sampah food court, sampah laboratorium, dan sampah lainnya. Limbah ini harus dibuang di tempat pembuangan akhir (disposal site) yang dikelola dengan baik agar tidak berdampak pada kehidupan hewan dan lingkungan. Pembakaran sampah dapat berdampak pada pencemaran udara karena gas yang dihasilkan mengandung CO2, CO, atau zat berbahaya lainnya. Pengelolaan sampah ini jelas terkait dengan kesadaran warga kampus dan kebijakan institusi utama yang terkait dengan TPA dan pengelolaan TPA. Pemanfaatan lahan Pemanfaatan lahan terkait dengan pembangunan gedung, jalan, prasarana olah raga dan seni, tempat parker, taman dan ruang terbuka lainnya. Rencana penggunaan lahan hendaknya memperhatikan perimbangan antara luas lahan untuk bangunan dengan ruang terbuka hijau (RTH). Idealnya minimal 30 % lahan kampus diperuntukan pada RTH. Selain itu, ruang hijau akan didesain sedemikian rupa sehingga pepohonan yang ditanam tidak hanya memberikan kedamaian, keindahan, dan kesejukan, namun juga memiliki nilai ekonomi dan sejarah serta berfungsi sebagai ruang penelitian bagi mahasiswa dan pengajar. Konsumsi Energi Kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi mengkonsumsi energi listrik dalam jumlah yang cukup besar, di samping penggunaan lain seperti AC, penerangan, dan komputer. Penggunaan energi harus efisien dan tepat sasaran.
Indikator Output
Indikator Output atau luaran keberhasilan diukur berdasarkan terciptanya Green Campus: Indikator keberhasilan ini diukur berdasarkan terselenggaranya program dengan baik, Saat ini indikator UI GreenMetric menjadi acuan penilaian kampus hijau di Indonesia. Enam indikator dalam adalah Perencanaan dan Infrastruktur (15%), Energi dan Perubahan Iklim (21%), Pengelolaan Sampah (18%), Konsumsi Air (10%), Transportasi (18%), Pendidikan (18%).
Tujuan dan Sasaran
Sasaran
Program green campus dapat diterapkan di berbagai universitas yang ada di Indonesia khususnya pada kampus Universitas Sebelas Maret dipilih sebagai tahap awal untuk mengimplementasikan manfaat konsep tersebut. Pemilihan kawasan ini mendukung program kampus hijau yang dilaksanakan di Universitas Sebelas Maret untuk melatih semua anggota universitas yang terlibat diantaranya mahasiswa, dosen, dan staf kampus agar menciptakan pola pikir kreatif dan berwawasan lingkungan. Meskipun, pihak universitas telah melaksanakan program green campuses tetapi kurangnya kesadaran anggota yang terlibat dalam menjaga kebersihan lingkungan dinilai kurang. Selain itu, perlu adanya peningkatan pemberdayaan kegiatan dan sosialisasi kampus hijau yang harus dikembangkan dengan inovasi praktik berkelanjutan, sarana dan prasarana yang mendukung pengelolaan serta membangkitkan minat dan menyadarkan anggota kampus dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Tujuan
Penerapan gagasan kampus hijau ini bertujuan untuk memberikan gagasan praktis tentang model menuju ramah lingkungan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengembangkan inovasi digital bagi Generasi Z sangat dimanfaatkan secara efektif sebagai langkah kecil dalam upaya meningkatkan pola pikir kreatif anggota kampus untuk keberlanjutan program tersebut.
BAB IV PEMBAHASAN
Green Campus pada Sustainable Development Goals (SDGs)
Realisasi alat dan program pada karya tulis ilmiah ini diharapkan menghasilkan realisasi dari skema Sustainable Development Goals (SDGs) dengan intervensi utama adalah kesadaran peduli lingkungan melalui pendidikan karakter bagi civitas akademik dan
warga kampus. Mengenai ruang lingkup secara khusus dalam mendukung kegiatan SDGs ini mencakup berupa peningkatan mutu pendidikan, mitigasi perubahan iklim, serta pelestarian ekosistem makhluk hidup terhadap lingkungan sekitar.
Menurut pendapat beberapa responden atau mahasiswa terkait program Green Campus yang diterapkan di kampus UNS. Sudah cukup baik karena dalam kampus sudah terdapat fasilitas mobil listrik, diadakan program bebas emisi pada awal bulan, fasilitas parkiran sepeda. Hal tersebut mengurangi jumlah polusi yang ada sekitar kampus. Diadakan nya pengolahan sampah dan program penanaman pohon serta penyediaan air bersih.
Cara Melestarikan Ramah Lingkungan Green Campus Society 7..0
Mewujudkan masyarakat berbasis Green Campus Society 7.0 melibatkan sejumlah strategi dan inisiatif. Beberapa langkah yang dapat diambil mencakup penghematan sumber daya seperti air, kertas, dan listrik, dengan fokus pada peningkatan ruang terbuka hijau (RTH) melalui reboisasi dan penanaman pohon, tanaman, serta bunga di sekitar kampus, termasuk pembuatan taman vertikal atau atap hijau. Selain itu, pembangunan gedung ramah lingkungan dengan bahan bangunan yang berkelanjutan, pemanfaatan pencahayaan dan sirkulasi udara alami, dan penerapan sistem manajemen limbah juga merupakan langkah esensial.
Penggunaan sumber energi terbarukan seperti panel surya, angin, atau biogas menjadi prioritas untuk mengurangi emisi karbon dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Hal ini pentingnya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu- isu lingkungan dilakukan melalui program-program inovatif Green Campus, yang memberikan informasi tentang gaya hidup berkelanjutan dan praktik ramah lingkungan melalui pemanfaatan platform digital menjadi sarana efektif dalam memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam proyek-proyek lingkungan. Kampanye online dapat digunakan untuk menggalang dukungan terhadap inisiatif-inisiatif lingkungan. Selain itu, pembangunan kesadaran masyarakat terkait pelestarian lingkungan melibatkan penyediaan best practice untuk kehidupan sehari-hari, sehingga integrasi konsep lingkungan menjadi kuat di lingkungan universitas. Untuk menciptakan budaya dan perilaku yang peduli lingkungan di kalangan civitas akademika, perlu diselenggarakan kegiatan edukasi, sosialisasi, dan kampanye lingkungan. Insentif dan penghargaan dapat menjadi pendorong bagi individu atau kelompok yang berkontribusi signifikan dalam mendukung prinsip- prinsip berkelanjutan dan pelestarian lingkungan.
Dengan menerapkan strategi green campus, kampus dapat memberikan manfaat bagi lingkungan, seperti mengurangi dampak perubahan iklim, menjaga keseimbangan ekosistem, dan meningkatkan kualitas udara dan air. Selain itu, kampus juga dapat memberikan manfaat bagi aktivitas akademika, seperti meningkatkan kesehatan, kenyamanan, dan produktivitas, serta menginspirasi inovasi dan kreativitas mahasiswa. Mendukung pembuatan kebijakan dan regulasi yang mendukung teknologi berkelanjutan dan praktik ramah lingkungan serta mendorong kerjasama antara pemerintah, bisnis, dan masyarakat dalam mewujudkan visi dan misi Green campus Society 7.0. Dengan menggabungkan layanan terintegrasi, dan kesadaran masyarakat, masyarakat Go-Green Society 7.0 dapat mencapai tujuannya untuk melestarikan lingkungan secara berkelanjutan.
Model Desain dan Strategi Investasi Green Campus Society 7.0
Kampus hijau bermanfaat bagi kelangsungan hidup dan kenyamanan seluruh pengguna kampus. Menghadirkan udara segar meningkatkan proses belajar mengajar. Desain kampus yang indah juga menjadi salah satu alasan mahasiswa merasa nyaman berada di kawasan tersebut kampus. Kampus hijau menunjukkan harkat kampus, dan terciptanya kampus hijau akan meningkatkan harkat kampus. Selain itu, dengan terciptanya kampus hijau, muncul pula tanggung jawab yang lebih besar terhadap keberlanjutan institusi.
Peran inovasi Green Campus menumbuhkan Pola Pikir Kreatif Dan Inovatif Mahasiswa sebagai respon Society 7.0
Perubahan terkait dengan gagasan berkelanjutan yang menyediakan efek yang signifikan (Emanuel dan Adams, 2011). Pada universitas, adalah tempat yang paling tepat. untuk mendorong pertumbuhan berkelanjutan karena mereka dapat melakukan kontribusi yang berbeda melalui pengetahuan dan,komunikasi yang dapat disalurkan melalui upaya siswa, studi, dan program yang mendukung. Tiga komponen termasuk dalam pembangunan berkelanjutan. integritas ekologis dan komponen lainnya yang saling terkait, kedua kesejahteraan ekonomi dan sosial (Thilagam, 2020).
Komponen penting dari rencana keberlanjutan kampus, termasuk: berkolaborasi dengan membentuk komite yang bertanggung jawab atas keberlanjutan, perencanaan, dan organisasi proyek, pengelolaan dana, identifikasi dan penilaian proyek dan Dewan Penghargaan; operasi yang melibatkan pengelolaan dan konservasi. Mahasiswa dididik tentang pengembangan ekologi dan perlindungan lingkungan di kursus ini, yang memberikan 21 pemahaman dasar ilmiah tentang perlindungan lingkungan dimiliki oleh mahasiswa dan pembangunan yang bersifat berkelanjutan.
Setelah Tsinghua mengembangkan ide mahasiswa magang dididik secara bertahap di kampus hijau dengan mempraktikkan pendidikan hijau dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa penyelesaian masalah untuk pembangunan berkelanjutan di komunitas (Yonghua, 2015). Transportasi Berkelanjutan: 1). orong penggunaan transportasi berkelanjutan seperti sepeda, kendaraan listrik, dan transportasi umum, 2). Kembangkan sistem transportasi pintar yang memanfaatkan teknologi untuk mengurangi kemacetan dan emisi gas rumah kaca.
Seiring berkembangnya waktu dan teknologi, populasi kampus bertambah dengan semakin banyaknya warga yang sangat peduli terhadap isu lingkungan hidup. Untuk itu mahasiswa diminta memberikan tanggapan terkait persepsinya terhadap strategi pengembangan kampus hijau.
Aksesibilitas dan Distribusi Kampus UNS terletak di kawasan Kentingan, Jebres dan Surakarta. Kampus ini terletak di atas lahan seluas kurang lebih 45 hektar dan terdiri dari berbagai gedung akademik, laboratorium, perpustakaan, pusat kegiatan mahasiswa dan fasilitas lainnya. Letak kampus UNS yang strategis membuatnya mudah dijangkau oleh mahasiswa dan masyarakat umum. Jalur arus di dalam kampus belum sepenuhnya didesain sesuai konsep Kampus Hijau , kecuali beberapa ruas jalan yang telah dibuat untuk pejalan kaki. Jika tidak, jika hujan akan terjadi genangan air di jalan dan beberapa tempat terbuka karena penyerapan saluran pembuangan air. Pembangunan gedung baru, ruang kuliah, laboratorium , dan dilakukan secara terus-menerus sehingga dapat menghambat dalam merancang desain ruang hijau yang sesuai dengan kebutuhan ruang terbuka konsep Kampus Hijau. Persentase lahan terbuka masih berkisar 84,6%. Oleh karena itu, dalam menanam tanaman baru sebaiknya memperhatikan jarak antar pohon dan antara pohon dengan bangunan. Selain itu, ruang hijau dan parkir juga harus dipertimbangkan dari segi lokasi dan ukurannya.
Secara keseluruhan, ketika merancang ruang hijau perhatian harus diberikan prinsip-prinsip desain tata ruang dan perkotaan ekologis. Aspek sosial kampus yang nyaman, asri, sejuk dan sehat menghadirkan ketenangan jiwa bagi penghuninya. Kondisi tersebut menciptakan suasana damai yang membuat mahasiswa dan dosen betah berada di kampus meski dalam jangka waktu lama, apalagi jika fasilitas pendukung seperti jaringan internet, laboratorium, dan perpustakaan sudah memadai.
Kebijakan manajemen dalam penerapan konsep green campus sendiri masih terlihat kurang, hal ini dapat dilihat dari transportasi yang kurang mendukung seperti bus untuk melintas antar fakultas maupun jalanan sekitar kampus dan dapat menyediakan sepeda kayuh untuk mengurangi polusi udara. Sebagai mahasiswa yang mempunyai pola pikir kreatif dan inovatif dalam mendukung program Green Campus secara maksimal yaitu membuat suatu aplikasi yang dapat memberikan kemudahan dalam mengakses bus kampus, alur peminjaman sepeda gayuh dan track pejalan kaki. Bagi pengguna aplikasi tersebut akan mendapatkan poin yang mana poin tersebut apabila sudah terkumpul banyak dapat ditukarkan hadiah dari kampus itu sendiri.
Analisis SWOT
Penentuan faktor internal, kekuatan, dan kelemahan memperhatikan analisis kausal yang dilakukan. Penentuan faktor eksternal, peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dilakukan dengan menganalisis situasi.
- Kelebihan dari green campus adalah Kurikulum yang memadai dan dibutuhkan untuk setiap Program Perlindungan Lingkungan dan Kampus Hijau telah tersedia. Minat belajar yang tinggi menciptakan budaya belajar dalam operasional kampus. Kemudahan bisa dilihat dari segi akses informasi dan edukasi mengenai program Kampus Hijau.
- Kelemahan yaitu Pengurus kampus kurang antusias mensukseskan program kampus hijau. Humas dan edukasi di kampus hijau kurang intensif Apalagi program kampus hijau implementasi kurang memadai.
- Peluang dari green campus perkembangan teknologi informasi yang dapat diterapkan di kampus. Memanfaatkan segala media informasi yang didukung oleh tingginya pengetahuan mahasiswa.
- Ancaman dari green campus sendiri diantaranya yaitu Akademisi tidak tertarik pada perlindungan lingkungan. Pemerintah tidak mewajibkan kampus untuk melaksanakan Program Kampus Hijau dari tiap universitas memiliki kebijakan berbeda sehingga muncul Akademisi tidak mempercayai administrasi kampus,
Diharapkan ada UNS telah bermitra dengan EPA AS melalui Green Power Partnership untuk mewujudkan manfaat penerapan energi ramah lingkungan guna menghasilkan listrik untuk operasional sehari-hari. Selain itu penghematan biaya dan proyek energi terdapat juga sistem penyimpanan energi yang dapat membantu kampus memanfaatkan kelebihan energi bersih untuk keperluan lain seperti pengisian daya kendaraan listrik sebagai ramah lingkungan berperan penting dalam memberikan peluang pembelajaran, pelatihan, dan penelitian bagi siswa.
Internet of Things (IoT) memainkan peran penting dalam SDGS 7.0, yang ditandai dengan konvergensi teknologi digital untuk mentransformasi banyak energi terbarukan.
Misalnya, teknologi Internet of Things membantu menghubungkan perangkat dan bertukar data untuk meningkatkan pengambilan keputusan di bidang kategorisasi kebakaran. Hal ini penting karena membantu meningkatkan ketepatan identifikasi kebakaran. Dalam konfigurasi ini, beberapa perangkat dapat dengan mudah berkolaborasi satu sama lain dan mengkomunikasikan informasi mengenai peristiwa kebakaran dengan aman. Kolaborasi ini menghasilkan metode yang lebih baik untuk mendeteksi dan merespons kebakaran secara real-time. Saat mengklasifikasikan kebakaran menggunakan IoT, jumlah perangkat yang terhubung berkorelasi langsung dengan jumlah komunikasi yang harus dilakukan di antara perangkat tersebut. Setiap perangkat mengirimkan datanya tentang kebakaran ke hub pusat, yang kemudian mengumpulkan semua informasi, meningkatkan wawasan yang dikirim kembali ke perangkat, dan mengulangi proses ini. Namun, jika jumlah perangkatnya banyak, komunikasi ini mungkin menjadi lamban dan mengakibatkan penundaan. Ini adalah titik di mana segala sesuatunya mulai menjadi lebih rumit. Meskipun sistem ini dimaksudkan untuk menangani sejumlah besar perangkat, ada kalanya sistem tersebut bergerak dengan kecepatan yang sangat lambat. Untuk mengimbangi semuanya, node pusat yang bertanggung jawab atas pengumpulan dan pemrosesan data perlu melakukan upaya tambahan. Oleh karena itu, meskipun Internet of Things (IoT) sangat bagus dalam membuat segalanya menjadi lebih pintar, khususnya untuk klasifikasi kebakaran, kita perlu memastikan bahwa sistem dapat mengelola semua informasi tanpa menjadi terlalu lambat ketika terdapat terlalu banyak perangkat. Hal ini sebanding dengan memastikan bahwa sebuah tim berfungsi dengan baik bahkan ketika ada banyak pemain di lapangan. Komputasi tepi adalah paradigma komputer yang memerlukan pemrosesan data di dekat asal atau titik pemanfaatannya, dibandingkan hanya mengandalkan server cloud terpusat. Kemampuan komputasi diperluas ke perangkat atau “tepian” dalam jaringan, termasuk perangkat Internet of Things (IoT), ponsel cerdas, atau server lokal.
Metodologi ini memberikan banyak manfaat, seperti penurunan latensi, efisiensi bandwidth yang lebih besar, serta peningkatan privasi dan keamanan melalui kedekatan data penting dengan titik asalnya. Komputasi edge memainkan peran penting dalam aplikasi yang memerlukan pemrosesan segera atau hampir seketika, seperti kendaraan otonom, kota pintar, dan otomasi industri. Distribusi beban kerja komputasi melalui jaringan, yang dikenal sebagai edge computing, memfasilitasi peningkatan efisiensi dan daya tanggap dalam sistem. Akibatnya, pendekatan ini berkontribusi pada pengembangan aplikasi yang lebih tangguh dan dapat diandalkan di beberapa domain. Konsep pemanfaatan komputasi Edge dalam kata yang diusulkan disediakan pada Gambar 7.
Node di area pembelajaran gabungan sering kali tersebar di beberapa platform atau lokasi. Node-node ini menyimpan sejumlah besar data sebagai konsekuensi dari penyebaran ini, yang menyebabkan keragaman statistik pada tingkat tertentu. Ketika jumlah node dalam jaringan meningkat, keragaman dan heterogenitas dalam distribusi data mungkin menjadi lebih jelas. Aspek spesifik ini memiliki kemampuan untuk memengaruhi kinerja model global secara keseluruhan. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa penting untuk menyeimbangkan berbagai kontribusi yang diberikan oleh setiap node saat informasi dari masing-masing node dikumpulkan. Ada kemungkinan node tertentu memiliki data yang kurang mewakili keseluruhan sampel atau kualitas umum yang lebih buruk. Setiap node yang berpartisipasi dalam proses tersebut melatih modelnya sendiri menggunakan kumpulan data unik dalam pendekatan pembelajaran gabungan. Jumlah node dalam jaringan berkorelasi erat dengan meningkatnya permintaan sumber daya komputasi. Server pusat atau agregator juga menghadapi tuntutan tambahan karena mengelola aliran pembaruan model dan agregasi berikutnya. Setiap node memerlukan lebih banyak sumber daya untuk melatih dan menghasilkan prediksi. Pembelajaran gabungan sering kali digunakan untuk menjaga kerahasiaan dan keamanan data karena data pelatihan sebenarnya tetap berada di node lokal ini. Namun, seiring bertambahnya jumlah node, hal ini menimbulkan kekhawatiran baru seputar keamanan dan privasi. Kesulitan akan meningkat seiring dengan pertumbuhan node. Dalam sistem dengan lebih banyak node, mungkin terdapat lebih banyak titik lemah, yang mungkin membuat sistem lebih rentan. Selain itu, ketika node jaringan berkembang, risiko yang terkait dengan pelanggaran privasi atau serangan inferensi di mana data sensitif disimpulkan dari data yang tampaknya tidak berbahaya juga mungkin meningkat. Pembelajaran gabungan perlu menavigasi dinamika rumit dalam menyeimbangkan berbagai masukan, mengoptimalkan alokasi sumber daya, dan memperkuat diri terhadap risiko potensi masalah keamanan karena pembelajaran ini menyerap semakin banyak node untuk meningkatkan privasi dan kolaborasi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Indeks Kampus Hijau dapat digunakan sebagai alat pengukuran untuk menilai implementasi konsep hijau di berbagai jenis kampus, termasuk kampus dengan desain multi-massa atau massa tunggal, kampus yang berada di gedung bertingkat rendah atau tinggi, serta kampus yang terletak di pusat perkotaan atau di pinggiran kota. Penggunaan Indeks Kampus Hijau memungkinkan evaluasi konsep keberlanjutan lingkungan yang diterapkan di berbagai konteks kampus.Fokus utamanya adalah pada keberlanjutan, yang melibatkan sejumlah metrik. Secara prinsip, pengembangan kampus hijau dapat dicapai dengan menerapkan praktik daur ulang guna meningkatkan kesadaran seluruh anggota akademis. Pentingnya komitmen dari pimpinan universitas dalam mewujudkan konsep hijau sebagai bagian dari kebijakan menjadi krusial, mengingat tren ini sedang berkembang di seluruh dunia. Pihak yang menunjukkan komitmen tersebut dapat diberi insentif untuk mendukungnya. Dalam rangka mendukung konsep ramah lingkungan di kampus, disarankan untuk menyertakan kontrak kinerja dengan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) sebagai bagian integral dari butir-butir kontrak. Pada penelitian ini juga menggunakan aplikasi figma dimana aplikasi desain yang digunakan dalam membuat prototipe antarmuka pengguna yang interaktif dan responsif yang desainer membuat simulasi langsung. Berdasarkan penjelasan langkah-langkah pelaksanaan konsep ini, kerjasama yang efektif menjadi suatu keharusan dengan berbagai pihak di kampus, termasuk rektor, dosen, mahasiswa, dan staf administratif, serta elemen terkait lainnya. Untuk menerapkan program kampus hijau dengan sukses, koordinasi yang baik sangat diperlukan. Upaya mendapatkan dukungan untuk mencapai kampus yang berkelanjutan sebaiknya diarahkan melalui praktek-praktek berkelanjutan dalam manajemen anggaran dan penyediaan sumber daya finansial yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal, S. M. (2023). Go-Brown, Go-Green and smart initiatives implemented by the University of Delhi for environmental sustainability towards futuristic smart universities: Observational study. Heliyon, 9(3).
Armstrong, B., (2008), Green building strategies. Manitoba Business, Vol. 3 No. 2,pp.14.
Awuzie, B. O., Mafongosi, N. K., & Monyane, T. G. (2023, June). Factors influencing green campus implementation performance in a South African University of Technology: A qualitative analysis. In AIP Conference Proceedings (Vol. 2599, No. 1). AIP Publishing.
Brown K. A (2006), Incorporating Green-Building Design Principles Into Campus Facilities Planning: Obstacles and Opportunities, Thesis The Faculty of The college of Arts and Science of OHIO University.
Emanuel R. and Adams J.N., (2011), College students’ perceptions of campus sustainability, International Journal of Sustainability in Higher Education, Vol. 12 Issue: 1, pp.79-92, https://doi.org/10.1108/14676371111098320
Fachrudin H.T, Fachrudin K.A dan W. Utami (2019), Education Activities to Realize Green Campus, Asian Social Science, Vol. 15 No. 8, pp. 38- 44.
Fachrudin H.T. and Fachrudin K.A. (2016), Influence of Green Campus Application to Quality of Life, Proceedings of international conference on liveable built environment 2016, Bali, Indonesia.
GBCI (2015), Perangkat Penilaian Greenship, Green Building Council Indonesia, Jakarta. Hertzsch, Eckhart et al, (2012), A methodology for evaluating energy efficient office refurbishments as life cycle investments. International Journal of Energy Sector
Management, Vol. 6 No. 2, pp. 189-212.
Horhota M., Asman J., Stratton J. and Halfacre A., (2014), Identifying behavioral barriers to campus sustainability A multi-method approach, International Journal of Sustainability in Higher Education, Vol.15 No.3, pp.343-358
Husin, A., Maharani, S. D., Raharjo, M., Yosef, Y., Sumarni, S., & Handrianto, C. (2023). Prospects for implementation of green campus in education and research pillars at edupark fkip Unsri become edutourism. International Journal of Professional Business Review, 8(4), e01597-e01597.
Huyuan L and Yang J (2012), Overcoming Organizational Resistance to Sustainability Innovations in Australian Universities, Proceedings of the 12th Annual Australasian Campuses Towards Sustainability Conference 2012, pp. 2-10.
Leal Filho, W., Vasconcelos, C. R. P., Ferreira, P., Araújo, M. M., Berenguer, A., & Almeida, N. (2023). Perceptions of the academic community on the performance of sustainable development initiatives in higher education. Sustainable Development, 31(3), 1-17.
Nasoetion.P;Green Campus vs Pemanasan Global; http://www.gogreenindonesiaku/green.opinion2.php (30 Januari 2013) Reka
Racana, Vol. 2 No.2, pp. 1-13.
Nugroho, H. Y. S. H., Indrajaya, Y., Astana, S., Murniati, Suharti, S., Basuki, T. M., … & Rahmila,
Y. I. (2023). A Chronicle of Indonesia’s Forest Management: A Long Step towards Environmental Sustainability and Community Welfare. Land, 12(6), 1238.
Nugrahaningsih, P., Setyaningsih, T., & Pudyaningrat, E. (2023). GREEN CAMPUS IMPLEMENTATION BASED ON THE FOUR MAIN PILLARS OF DEVELOPMENT.
International Journal of Economics, Business and Accounting Research (IJEBAR), 7(1).
Rwelamila, P and Neha, P (2015), Green campus initiatives as projects: can creating
Puspadi, Nenes Anggi, Mia Wimala, dan M. Rangga Sururi (2016) Perbandingan Kendala dan Tantangan Penerapan Konsep Green Campus di Itenas dan Unpar. conducive internal university project environment a key to success?, Conference: Proceedings 31st Annual ARCOM Conference, Association of Researchers in Construction Management, UKAt: UK: Lincoln.
Savitri & Erianti Sawitri. (2014). Pengaruh Partisipasi Anggaran, Penekanan Anggaran dan Informasi Asimetri terhadap Senjangan Anggaran. Jurnal Akuntansi, Vol. 2 210-256
Saputro, Dwi, Arsyad Aldyan dan Nikolas Wicaksono Prakoso P., (2015,) Aktualisasi kebijakan investasi berbasis lingkungan hidup melalui pola pembangunan kota di Surakarta. GEMA, THN XXVII/50.
Silva, L. A., Dutra, A. R. D. A., Soares, T. C., Birch, R. S., & Guerra, J. B. S. O. D. A. (2023). Trends in research: carbon footprint reduction in universities as a way to achieve a green campus. International Journal of Sustainability in Higher Education, 24(3), 584-601.
Supriatna, J. (2021). Pengelolaan lingkungan berkelanjutan. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Thilagam, N. L. (2015), Integrated Land Use Development for Green Campus. Springer International Publishing Switzerland, pp. 203- 214.
UIGreenmetric, (2015), http://greenmetric.ui.ac.id/criterian-indicator/
Velazquez, L., Munguia, N., Platt, A., & Taddei, J. (2006). Sustainable University: What Can Be The Matter?. Journal of Cleaner Production, 14(9/10/11), 810-819. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2005.12.008
White, S. S. (2014), Campus Sustainability Plans in The United States: Where, What, And How to Evaluate?. International Journal of Sustainability in Higher Education, Vol. 15 No. 2, pp. 228-241.
Zorio-Grima, A., 2020. Driving factors for having visibility of sustainability contents in university degree titles. J. Clean. Prod. 242, 114746. https://doi.org/10.1016/ j.jclepro.2018.10.344.
LAMPIRAN
Gambar 4. Parkiran sepeda Gambar 5. Penggunaan mobil listrik
Gambar 6. Penanaman pohon hijau Gambar 7. Pembuangan tempat sampah
Gambar 8. Perencanaan pengolahan air Gambar 9. Transportasi kampus
Gambar 10. Bebas emisi