Green It!: Inovasi Bangunan Hijau sebagai Solusi Efisiensi Energi dan Konservasi Lingkungan

📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 79

Ditulis oleh Putri Adhelia

“Investasi terbaik adalah dengan menjaga lingkungan tetap sehat”. Menjaga lingkungan berarti kita menjaga kesejahteraan manusia. Namun, lingkungan yang sehat semakin sulit untuk dicapai seiring dengan perkembangan zaman, khususnya memasuki era 5.0. Semakin bertambahnya tahun dan pergantian era maka semakin meningkat pula jumlah penduduk. Di indonesia, berdasarkan hasil Sensus Penduduk per September 2020, tercatat jumlah penduduk sebesar 270,20 juta, dengan luas daratan Indonesia sebesar 1,9 juta km2 dan kepadatan penduduk Indonesia sebanyak 141 jiwa per km2.

Peningkatan jumlah penduduk pun diikuti dengan penambahan jumlah bangunan. Indonesia adalah negara berkembang dengan pertumbuhan populasi yang cepat. Di saat yang bersamaan dapat menyebabkan degradasi lingkungan dikarenakan dilakukan perluasan lahan untuk melakukan pembangunan (Akhirul et al. 2020). Perluasan lahan dilakukan dengan penebangan pohon untuk mendapatkan lahan yang diinginkan. Permukaan tanah dipadati oleh bangunan-bangunan dan tidak lagi menyisakan ruang bagi tanaman hijau untuk bertumbuh. Peningkatan jumlah penduduk dan kepadatan bangunan membawa masalah baru kepada minimnya kualitas udara sehat yang bisa didapatkan oleh manusia. Lingkungan yang sehat adalah lingkungan dengan mutu udara yang memenuhi standar kesehatan. Mutu kesehatan yang buruk sangat berpengaruh kepada kesehatan makhluk hidup. Menurut World Health Organization (WHO), terdapat zat berbahaya yang berasal dari bangunan atau pemanasan yang memicu masalah kesehatan.

Di Indonesia, polusi udara terburuk terdapat di daerah Jawa, tepatnya di DKI Jakarta. Informasi mutu udara Jakarta dari Air Visual yang menggunakan United States Air Quality Index (US AQI) menunjukkan situasi yang mengkhawatirkan di mana hanya ada 26 hari dengan mutu udara baik di Jakarta Pusat dan total 25 hari dengan mutu udara baik di Jakarta Selatan. Mutu udara yang buruk ini memberikan dampak yang mengancam masyarakat dengan resiko munculnya penyakit, seperti penyakit kardiovaskular, penyakit paru-paru, dan demensia pada orang dewasa (Budy, 2004). Masalah ini menjadi masalah yang pelik dikarenakan kepadatan penduduk dan bangunannya. DKI Jakarta didominasi oleh kepadatan bangunan dengan klasifikasi tinggi seluas 181.74 km2, diikuti oleh kepadatan penduduk sedang seluas 156.66 km2, dan kepadatan penduduk sangat tinggi seluas 154.29 km2 (Ta’ani et al, 2023). Dampak negatif dari kepadatan penduduk dan bangunan ini adalah kemacetan, banjir, polusi udara, sampah, pemukiman kumuh, kriminalitas, kesenjangan sosial, dan penyebaran penyakit.

Green It! adalah inovasi dalam pembangunan yang dapat dimanfaatkan pada setiap bangunan di tempat yang padat penduduk, dikarenakan pembangunan Green It tidak memerlukan lahan baru dalam pembuatannya. Green It adalah kombinasi dari tanaman hijau, panel surya dan biopori yang diposisikan di atap bangunan (rooftop). Atap bangunan akan berbentuk seperti taman hijau, dengan berbagai tumbuhan yang digunakan untuk sirkulasi udara. Ini berguna untuk peningkatkan kualitas mutu udara demi mencapai udara sehat yang dapat dihirup oleh setiap orang bahkan di daerah yang padat penduduk. Kebutuhan akan udara segar, khususnya pada daerah yang memiliki kualitas udara yang buruk atau banyak polusi udara dengan lahan hijau yang minim membutuhkan taman hijau pada tempat yang tak terduga. Green It yang dibangun di kawasan padat penduduk dan bangunan dapat memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan secara signifikan, yakni mereduksi temperatur udara, peredam suara yang efektif, memanfaatkan air hujan secara optimal, meningkatkan kadar O2 di udara, filter alami terhadap polusi udara dan mengurangi radiasi dan cahaya berlebih.Taman ini akan berada di atap bangunan, sehingga setiap orang dapat menikmati kesegaran melalui tanaman hijau. Bersamaan dengan itu, di sekeliling atap tersebut akan dilengkapi dengan panel surya dan fokus energinya akan dikonversikan untuk kebutuhan energi dalam bangunan.

Gambar 1. Taman hijau tampak atas

Green It dalam pembuatannya memerlukan banyak pertimbangan dan perancangan. Prinsip utama yan diperlukan adalah teknis penggunaan media tanam, jenis tanaman, aktivitas pengguna, material yang digunakan pada atap dan jumlah beban tambahan dengan bantuan pendukung di bawahnya, hingga antisipasi kebocoran dan rembesan air serta kelancaran drainase. Permukaan atap setidaknya harus memiliki kemiringan 3% ke titik pembuangan. Pembuangan berbentuk pipa yang berada di ujung atap yang berfungsi untuk mengalirkan air ke bawah, sehingga air tidak menggenang di atap bangunan. Bangunan harus memiliki ketahanan untuk menahan beban lebih dari 200 kg/m2 dengan ketebalan tanah atap minimum 6 inci. Ketebalan ini berguna untuk media tanam pada tanah, seperti tumbuhan dan biopori yang digunakan untuk kesehatan tanah.

Proposi material pada taman harus seimbang, sehingga dapat disesuaikan dengan jenis tanaman yang hendak ditanam dan mampu menahan pohon tinggi sekalipun. Tanaman yang digunakan adalah tanaman yang tidak memiliki akar panjang dan juga rerumputan. Taman yang telah dipenuhi tanaman hijau, khususnya tanaman dengan perakaran dangkal berangsur-angsur akan membentuk ekosistem sendiri dan perlu dilakukan perawatan. Di sekelilingnya, ditaruh panel surya dengan tujuan konversi energi panas menjadi listrik. Energi tersebut akan dimanfaatkan untuk kebutuhan energi dalam bangunan. Panel surya akan sangat bermanfaat dalam penyediaan energi yang ramah lingkungan dan tidak menghasilkan emisi gas karbon yang berdampak pada efek rumah kaca selama pengoperasian. Permasalahan sampah ranting pada taman akan diselesaikan dengan biopori dengan kedalaman 100 cm di tanah yang akan berfungsi menampung ranting dan dedaunan kering yang berjatuhan. Ranting dan dedaunan kering yang berjatuhan akan ditumpuk dalam biopori untuk menjadi pupuk alami dan menjaga kesehatan tanah. Green It, pengombinasian yang tepat sebagai solusi permasalahan kepadatan penduduk dan kualitas udara yang buruk di daerah yang padat dan minim lahan hijau.

Melalui Green It, diharapkan seluruh pembangunan bangunan dapat memperhatikan pentingnya menjaga kualitas kesehatan melalui udara yang bersih dan lingkungan yang sehat, khususnya di daerah yang padat penduduk dan bangunan. Adanya taman hijau dan panel surya dapat meningkatkan kawasan hijau tanpa perluasan lahan, serta perolehan energi ramah lingkungan tanpa pelepasan emisi gas karbon. Jika seluruh bangunan dapat menerapkan inovasi ini, maka permasalahan udara buruk dapat teratasi secara perlahan dan emisi gas karbon yang berdampak buruk pada efek rumah kaca dapat teratasi. Pemanfaatan area terbatas dalam upaya penghijauan dan meminimalisir dampak dari emisi gas karbon ini dapat dinikmati tanpa harus menambah lahan baru, sehingga sangat cocok diimplementasikan pada daerah perkotaan padat yang tidak memiliki lahan untuk area hijau. Inovasi ini dapat menjadi solusi yang tepat dan ramah lingkungan. Melalui ekosistem yang terbentuk pada taman dan sekaligus akan sangat membantu kepada serangga dan burung yang hinggap sebagai tempat singgah atau habitatnya. Green It menjadi solusi bangunan hijau yang sangat berguna bagi manusia tidak hanya melalui keindahannya tetapi juga kebermanfaatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Air Visual, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), AirNow dari United States Environmental Protection Agency (USEPA), dan dari Greenpeace Indonesia

Akhirul, A., Witra, Y., Umar, I., & Erianjoni, E. (2020). Dampak negatif pertumbuhan penduduk terhadap lingkungan dan upaya mengatasinya. Jurnal Kependudukan Dan Pembangunan Lingkungan, 1(3), 76-84.

Budy P. Resosudarmo dan Lucentezza Napitupulu, “Health and Economic Impact of Air Pollution in Jakarta”, The Economic Record Vol. 80, September 2004, hal. S71

Ta’ani, M. Q. A., Anindra, T. A. G., Maharani, N. P., Azzahrah, O., Ghoni, A., Paramita, A., … & Husna, V. N. (2023). PENGARUH TINGKAT KEPADATAN PENDUDUK TERHADAP DENSITAS BANGUNAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI DIGITAL URBAN INDEX DI WILAYAH URBAN DKI JAKARTA. In Prosiding Seminar Nasional FISIP UNNES (pp. 208-219).

Waworundeng, J. M., & Lengkong, O. (2018). Sistem Monitoring dan Notifikasi Kualitas Udara dalam Ruangan dengan Platform IoT. Cogito Smart Journal, 4(1), 94-103.

Centre for Development of Smart and Green Building (CeDSGreeB) didirikan untuk memfasilitasi pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) di sektor bangunan melalui berbagai kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pelatihan. Selain itu, CeDSGreeB secara aktif memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan yang mendorong dekarbonisasi di sektor bangunan, khususnya di daerah tropis.

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 4 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 4

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment