Penerapan Material Daur Ulang dalam Konstruksi Bangunan Hijau

Last Updated: 10 November 2024By
📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 49

Ditulis oleh Cicha Avista

Pendahuluan

Dalam era pembangunan yang semakin mengedepankan aspek keberlanjutan, penggunaan material daur ulang dalam konstruksi bangunan hijau menjadi salah satu solusi efektif untuk mengurangi limbah dan jejak karbon. Menurut United Nations Environment Programme (UNEP), bangunan hijau selama siklus hidupnya harus memperhatikan dampak negatif dan positif terhadap iklim dan lingkungan. Karakteristik utama dari bangunan hijau mencakup efisiensi energi, konservasi air, serta penggunaan material yang memiliki jejak karbon rendah.

Green building/bangunan hijau adalah konsep pembangunan yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya. Salah satu aspek penting dalam green building adalah pemilihan material yang ramah lingkungan. Melalui inovasi dan pemikiran kreatif, bangunan hijau dapat dirancang untuk tidak hanya memenuhi kebutuhan manusia, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem dan mendukung keberlanjutan jangka panjang.

Pembahasan

Konstruksi berkelanjutan adalah prinsip pembangunan yang mencakup seluruh proses konstruksi bangunan, mulai dari tahap pemanfaatan bahan baku, perencanaan, infrastruktur, pelaksanaan, hingga pemakaian produk material yang ramah lingkungan serta pengelolaan limbah. Penggunaan bahan material memiliki peran yang sangat besar dalam pelaksanaan konstruksi bangunan yang ramah lingkungan. Menurut Imran (2018), material ramah lingkungan memiliki kriteria sebagai berikut:

a) Tidak beracun: Material tersebut tidak mengandung zat berbahaya baik sebelum maupun sesudah digunakan.
b) Proses pembuatan yang aman: Dalam proses pembuatannya, material ini tidak menghasilkan zat-zat berbahaya bagi lingkungan.
c) Keterhubungan dengan alam: Material dapat menghubungkan kita dengan alam, memberikan kesan alami yang membuat kita merasa lebih dekat dengan lingkungan (misalnya, bata mengingatkan kita pada tanah, dan kayu pada pepohonan).
d) Aksesibilitas: Material tersebut mudah didapatkan dan dekat dengan lokasi pembangunan, sehingga tidak memerlukan biaya atau proses pemindahan yang besar, yang pada gilirannya menghemat energi dan bahan bakar minyak (BBM).
e) Dapat terurai secara alami: Bahan material ini dapat terurai dengan mudah oleh proses alami.

Implementasi konstruksi berkelanjutan di Indonesia, yang mengacu pada Peraturan Menteri PUPR Nomor 9 Tahun 2021, dikaji dalam beberapa tahap, antara lain: perencanaan umum, pemograman, pelaksanaan konsultansi konstruksi, dan pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Dalam pengimplementasian konstruksi berkelanjutan di Indonesia, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dengan serius (Marpaung, 2023).

Menurut Gharehbaghi & Georgy (2019), ada tiga jenis material yang biasa digunakan dalam praktik konstruksi berkelanjutan:

  1. Baja: Secara konvensional, baja adalah paduan besi dan elemen material lain yang digabungkan. Karena kekuatan tariknya yang tinggi, baja umumnya digunakan dalam konstruksi. Baja dapat dibentuk menjadi berbagai bentuk dan komposisi dengan pemanasan yang cukup. Dalam praktik konstruksi, baja tidak hanya digunakan sebagai komponen penguat tetapi juga untuk membangun balok dan komponen struktural lainnya.
  2. Beton: Beton adalah material komposit yang banyak digunakan di seluruh industri konstruksi di dunia. Sebagian besar campuran beton menggunakan semen Portland dan berbagai jenis agregat. Baru-baru ini, banyak perkembangan baru dalam penggunaan kembali beton daur ulang sebagai agregat material.
  3. Kayu: Kayu adalah salah satu bahan tertua yang digunakan dalam industri konstruksi. Meskipun penggunaannya perlahan-lahan berkurang, terutama untuk konstruksi bertingkat tinggi, kayu telah diproses menjadi balok dan komponen struktur penahan beban lainnya di masa lalu. Belakangan ini, penggunaan kayu lebih banyak diterapkan untuk fit-out dan komponen struktur yang tidak menahan beban.

Pada umumnya, karakteristik green building mencakup berbagai aspek yang bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan efisiensi sumber daya. Beberapa karakteristik yang umumnya diadopsi dalam green building adalah sebagai berikut:

  1. Efisiensi Energi: Green building dirancang untuk mengurangi konsumsi energi dengan memanfaatkan sumber energi terbarukan, meningkatkan isolasi termal, dan menggunakan peralatan elektronik yang hemat energi.
  2. Penggunaan Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan: Material bangunan dipilih dengan mempertimbangkan dampak lingkungan dan ketersediaan sumber daya alam. Misalnya, menggunakan bahan daur ulang, bahan lokal, dan bahan ramah lingkungan.
  3. Pengelolaan Air: Green building mengintegrasikan sistem pengelolaan air hujan, penghematan air, dan pengolahan air limbah untuk mengurangi penggunaan air bersih dan mencegah pencemaran lingkungan.
  4. Kualitas Udara dalam Ruangan: Sistem ventilasi dan filtrasi udara yang baik diterapkan untuk memastikan kualitas udara dalam ruangan yang sehat dan bersih, serta mengurangi paparan terhadap polusi udara.
  5. Pengurangan Limbah Konstruksi dan Operasional: Prinsip-prinsip daur ulang, pengurangan limbah, dan pemanfaatan kembali material diterapkan dalam konstruksi dan operasional bangunan.
  6. Penggunaan Lahan yang Berkelanjutan: Penataan bangunan yang mempertimbangkan efisiensi lahan, pelestarian habitat alami, dan penghijauan kawasan sekitar bangunan.
  7. Inovasi dan Teknologi Hijau: Penggunaan teknologi terkini dan inovasi dalam desain dan operasional bangunan untuk meningkatkan efisiensi energi, kenyamanan penghuni, dan kinerja lingkungan secara keseluruhan.
  8. Keselamatan dan Kesehatan Penghuni: Desain bangunan yang memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan penghuni, seperti pencahayaan alami yang memadai, sirkulasi udara yang baik, dan ruang terbuka yang nyaman.

Penerapan karakteristik green building bertujuan untuk menciptakan bangunan yang lebih ramah lingkungan, berkelanjutan, serta berkontribusi dalam mengurangi jejak karbon dan meningkatkan kualitas hidup penghuninya. Dalam era perubahan iklim yang semakin terasa, penerapan green building menjadi sangat penting. Bangunan hijau memiliki peran krusial dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan menyesuaikan diri dengan kondisi iklim yang berubah.

Manfaat Green Building yaitu:

a) Mengurangi Kebutuhan Pendinginan: Dengan desain yang efisien, kebutuhan akan pendingin ruangan dapat diminimalkan.
b) Meningkatkan Resistensi terhadap Bencana Alam: Bangunan hijau dirancang untuk lebih tahan terhadap bencana seperti banjir.
c) Efisiensi Sumber Daya: Penggunaan energi, air, dan material konstruksi dilakukan secara efisien, yang membantu mengurangi konsumsi energi dan memperpanjang masa pakai material. Hal ini berkontribusi pada pengurangan jejak ekologis serta pelestarian sumber daya alam.

Meskipun banyak manfaat yang didapatkan, penerapan green building juga menghadapi beberapa tantangan:

  1. Biaya Awal yang Lebih Tinggi: Investasi awal dalam perencanaan, desain, dan material ramah lingkungan sering kali lebih tinggi. Meskipun biaya operasional jangka panjang bisa lebih rendah karena efisiensi energi, biaya awal ini dapat menjadi hambatan bagi pengembang atau pemilik bangunan.
  2. Keterbatasan Teknologi: Teknologi yang diperlukan untuk mendukung bangunan hijau mungkin belum tersedia secara luas atau belum matang. Hal ini dapat menyebabkan tantangan dalam implementasi atau ketergantungan pada teknologi yang mahal.
  3. Kesulitan dalam Pengadaan Material: Mendapatkan material hijau yang ramah lingkungan atau daur ulang bisa sulit dan mahal, terutama di daerah kurang berkembang atau dengan pasokan material terbatas.
  4. Keterbatasan Pemahaman dan Keterampilan: Desain, konstruksi, dan operasi bangunan hijau memerlukan pengetahuan serta keterampilan khusus. Kurangnya pemahaman dapat mengurangi efektivitas penerapan prinsip-prinsip bangunan hijau dan meningkatkan risiko kesalahan.

Beberapa proyek bangunan hijau telah berhasil menerapkan material daur ulang dengan baik:

  • The Edge Building, Amsterdam: Menggunakan beton dan kaca daur ulang untuk mengurangi jejak karbon selama konstruksi.
  • EcoARK, Taipei: Dibangun menggunakan lebih dari 1,5 juta botol plastik daur ulang, menunjukkan potensi besar plastik sebagai material bangunan yang efisien

Kesimpulan

Secara keseluruhan, penerapan material daur ulang dalam konstruksi bangunan hijau menunjukkan potensi besar untuk menciptakan solusi inovatif bagi tantangan pembangunan saat ini. Dengan kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat serta peningkatan kesadaran akan pentingnya keberlanjutan, penggunaan material daur ulang dapat menjadi bagian integral dari masa depan infrastruktur yang lebih hijau. Meskipun penerapan green building menghadapi berbagai tantangan, banyak dari kekurangan tersebut yang dapat diatasi melalui peningkatan pemahaman, inovasi teknologi, regulasi yang lebih baik, dan pendekatan komprehensif terhadap pembangunan berkelanjutan. Dengan mengatasi tantangan ini, green building dapat menjadi solusi yang lebih efektif dalam jangka panjang untuk mencapai keberlanjutan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, R. (2024). MATERIAL KONSTRUKSI BERKELANJUTAN: TINJAUAN KOMPREHENSIF TENTANG REKAYASA DAN APLIKASI. Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran (JRPP), 7(1), 849-854.

Koesalamwardi, A. B., Rostiyanti, S. F., & Amaliny, F. (2024). Meta Analisis Hambatan Penerapan Bangunan Hijau pada Bangunan Residensial dalam Perspektif Konsumen dan Developer. Siklus: Jurnal Teknik Sipil, 10(2), 103-116.

Nurman, T. R. (2021). Analisa Penerapan Gedung Bangunan Hijau pada Tahap Pelaksanaan Konstruksi. Syntax Idea, 3(10), 2255-2269.

Yudelson, Jerry. 2008. The Green Building Revolution. IslandPress, Washington.

About the Author: Moch Faisal Hamid

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 4.7 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 27

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment