A tree with a red bark

Description automatically generated

Pemanfaatan Material Daur ulang Berbahan Dasar Pohon Ex Gabus (Quercus Suber Y) Dalam Kontruksi Green Building untuk mengurangi Emisi Gas Karbon (CO2)

Last Updated: 14 November 2024By
📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 44

Ditulis oleh Risa Artia

PENDAHULUAN

Penduduk bumi saat ini tengah menghadapi ancaman serius akibat dampak perubahan iklim sebagai implikasi dari global warming atau pemanasan global. Efek rumah kaca (Greenhouse Effect) karena meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca mengakibatkan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi meningkat. (Mudiarso, 2003) Protokol Kyoto (1998) menyebutkan, enam jenis gas yang digolongkan sebagai gas rumah kaca utama, karbondioksida (CO2) adalah gas antropogenik paling penting. Konsentrasi global karbon dioksida pada tahun 2005 meningkat nilainya dari 280 ppm3 ke 379 ppm3.

Konsentrasi karbondioksida tersebut jauh melebihi konsentrasi alami lebih dari 650.000 tahun terakhir (180-300 ppm). Dari 10 tahun terakhir (1995-2005 rata-rata: 1,9 ppm per tahun). tingkat pertumbuhan konsentrasi karbondioksida tahunan lebih besar (IPCC, 2007). Aktivitas manusia diyakini memiliki andil besar dalam terjadinya pemanasan global. Manusia telah banyak memberikan kontribusi emisi CO2 melalui berbagai sektor kehidupan. Berdasarkan Data World Resources Institute, pada tahun 2005 sektor energi memberikan kontribusi paling besar yaitu 64,5%, sektor pertanian 13,80 %, kehutanan dan alih fungsi lahan sebesar 12,20 %, sektor industri 4,30 %, sektor limbah 3,20 % dan dan sektor pertahanan internasional sebesar 2,10 %.

A diagram of a greenhouse gas emissions

Description automatically generated

Sumber : 1www.istockphoto.com

Di Indonesia seperti di banyak negara tropis lainnya, memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan dan kehidupan sosial-ekonomi. Efek rumah kaca disebabkan oleh penumpukan gas-gas seperti karbon dioksida (CO₂), metana (CH₄), dan nitrogen oksida (N₂O) di atmosfer, yang membuat panas terperangkap dan meningkatkan suhu bumi. Dampak utamanya seperti suhu rata-rata di Indonesia terus meningkat. Ini berkontribusi pada perubahan pola curah hujan dan musim yang mengakibatkan ketidakpastian di sektor pertanian, perikanan, dan ketahanan pangan.

A building with a glass wall

Description automatically generated

Sumber : 2 www.archdaily.com

Kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya sudah mengalami banjir rob yang semakin parah. Oleh karena itu di beberapa negara sudah menerapkan green building atau bangunan hijau seperti di Kota Toronto Kanada, dimana negara tersebut merupakan green building pertama di dunia. Gedung ini merupakan sebuah perpustakaan yang kini menjadi perpustakaan yang banyak dikunjungi pengunjung termasuk remaja di Toronto. Perpustakaan Albion menerapkan konsep berkelanjutan serta menggunakan teknologi yang inovatif sesuai dengan standar konsep ramah lingkungan yang telah diterapkan Kota Toronto yang disebut dengan Toronto Green Standard. Beberapa contoh konsep ramah lingkungan yang telah diterapkan oleh Perpustakaan Albion ialah penciptaan lahan basah untuk mengumpulkan air hujan, penggunaan tanaman asli sebagai sumber hijau, pelestarian serta perlindungan pohon tua, pembuatan kawasan pejalan kaki yang nyaman dan mudah diakses dan pembuatan infrastruktur yang baik terhadap pengguna sepeda.

Dari beberapa hal di atas, perpustakaan yang selesai dibangun pada tahun 2017 ini telah mengurangi penggunaan energi sebesar 40% di atas rata-rata nasional dalam kategori bangunan. Perpustakaan yang memiliki luas lebih dari 8000 meter ini juga telah mendapatkan berbagai penghargaan seperti Award of Merit, AIRDO 2019, AIA/ALA Library Buildings oleh American Institute of Architects pada tahun 2019, serta New Library Building Award dari Ontario Library Association pada tahun 2019. 

Meskipun implementasi green building di Indonesia mengalami perkembangan yang positif, masih ada tantangan yang perlu diatasi. Beberapa tantangan mencakup kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang konsep green building, biaya awal yang lebih tinggi, dan kurangnya regulasi yang jelas. Namun, ada juga peluang untuk mengembangkan green building di Indonesia. Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan dampak manusia terhadap lingkungan,Maka dari itu, penulis  mengemukakan konsep green building atau bangunan hijau untuk solusi inovatif menciptakan masa depan yang berkelanjutan.

Pada dasarnya, bahan bangunan konvensional membutuhkan energi tinggi dalam proses produksinya dan menghasilkan emisi karbon yang sangat tinggi. Sementara material ramah lingkungan cenderung memiliki jejak karbon yang rendah. Sehingga hal tersebut dapat membantu mengurangi dampak perubahan iklim pada bumi. Dalam hal ini penulis ingin memberikan gagasan untuk material kontruksi yang berbahan dari alam yaitu material dari pohon ex gabus (Quercus suber y).

PEMBAHASAN

Green building menerapkan prinsip-prinsip ramah lingkungan dalam desain, konstruksi, dan operasi bangunan untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya alam. menurut United Nations Environment Programme (UNEP), sektor bangunan bertanggung jawab atas sekitar 39% emisi CO₂ global. Dengan menggunakan teknologi terbaru, green building dapat mengurangi jejak karbon dan meningkatkan efisiensi energi.

Untuk menentukan apakah suatu bangunan dapat dikategorikan sebagai bangunan hijau, terdapat enam aspek kriteria yang digunakan sebagai dasar penilaian, yaitu tepat guna lahan (appropriate site development/ASD), efisiensi energi dan refrigeran (energy efficiency & refrigerant/EER), konservasi air (water conservation/WAC), sumber dan siklus material (material resources & cycle/MRC), kualitas udara dan kenyamanan udara (indoor air health & comfort/IHC), dan manajemen lingkungan bangunan (building & enviroment management). 

Salah satu bahan alam yang bisa menjadi material daur ulang yaitu Pohon ex Gabus. Pohon tersebut dapat membantu mengurangi emisi CO2 di atmosfer. Pohon gabus memiliki kemampuan alami untuk menyerap dan menyimpan karbon dioksida selama proses fotosintesis, sama seperti pohon lainnya. Selama tumbuh, pohon ini mengakumulasi CO2 di dalam biomassa dan akar mereka, membantu mengurangi jumlah CO2 di udara.

Pada pohon gabus jenis Quercus Suber Y, yang umum untuk produksi gabus, kulit pohonnya (cork) juga dipanen secara berkelanjutan tanpa perlu menebang pohon. Kulit gabus tersebut dapat diperbarui setiap beberapa tahun, dan selama pertumbuhan kembali kulit gabus ini, pohon menyerap lebih banyak CO2. Karena itu, pohon gabus memiliki peran penting dalam penyerapan karbon dan dapat membantu mengurangi emisi karbon.

Penulis tertarik memilih pohon ex gabus sebagai material daur ulang untuk green building ,karena telah banyak penelitian tentang pohon ex gabus ini. Salah satunya seorang peniliti dari Portugal Bernama Helena Pereira, yang dikenal kontribusinya dalam penelitian tentang pohon gabus. Helena membahas manfaat ekologis Quercus Suber Y serta cara pohon ini menyimpan karbon dan berkontribusi dalam mitigasi iklim. Nyatanya di Indonesia masih jarang bangunan yang menggunakan material ini, penulis mengharapkan untuk kedepannya Masyarakat dan Pemerintah membudayakan tanaman ini. Tanaman pohon Ex gabus banyak tumbuh di Eropa dan Afrika Utara.

Penggunaan gabus dalam mengurangi konsumsi energi untuk pemanasan dan pendinginan bangunan. Gabus terbukti memiliki sifat termal yang sangat baik, dan sebagai bahan bangunan, ia dapat membantu mempertahankan suhu ruangan yang nyaman dengan penggunaan energi minimal. Beberapa contoh penerapan pohon ex gabus sebagai material green building :

a. Pelapis Lantai (Gabus sangat tahan lama dan memiliki ketahanan alami terhadap air dan pembusukan. Ini membuatnya cocok digunakan dalam berbagai aplikasi luar ruangan seperti lantai, penutup, atau bahan bangunan.)

b. Pelapis Dinding (Karena sifat-sifatnya -seperti tahan api, penyerapan kelembaban parsial dan insulasi termal- aglomerat gabus memiliki banyak aplikasi dan itulah mengapa sangat cocok untuk penggunaan tersebut).

Sumber : 3 www.mobgenic.com

Sumber : 4 www.mobgenic.com

Lalu bagaimana cara daur ulang pohon ex gabus dan pembudidayaannya? Disini penulis akan menjelaskan secara singkat. Gabus daur ulang banyak digunakan dalam insulasi termal, sebagai bahan lantai, dan dalam produk furniture. Daur ulang gabus membantu mengurangi kebutuhan akan bahan baku baru dan menurunkan jejak karbon yang dihasilkan dari proses produksi gabus baru.

Kulit gabus dapat dipanen mulai dari umur 25 tahun, dan setiap 9-12 tahun sekali setelah itu. Proses pemanenan dilakukan dengan memotong kulit luar pohon tanpa merusak struktur pohon itu sendiri. Pemangkasan kulit gabus dilakukan dengan hati-hati agar pohon tetap dapat tumbuh kembali dan terus menghasilkan kulit gabus yang dapat dipanen di masa depan.

Pembudidayaan pohon gabus yang berkelanjutan melibatkan pengelolaan yang bijaksana agar pohon dapat tumbuh kembali setelah pemanenan kulit gabus. Hutan gabus yang dikelola secara berkelanjutan dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi lingkungan, termasuk sebagai penyerap karbon yang membantu mengurangi emisi CO2.

Setelah pembahasan yang dipaparkan diatas, penulis berharap di masa yang akan datang green building akan menerapkan material alami. Salah satu contohnya yaitu menggunakan bahan Pohon ex gabus. Meskipun di Indonesia masih sangat jarang ditemukan pohonnya, ini akan menjadi menarik jika pemerintah Indonesia mendukung untuk pembudidayaan tanaman tersebut. Disamping tanaman ini sangat jarang ditemui, akan tetapi pohon ex gabus (Quercus Suber Y) masih bisa tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia.

KESIMPULAN

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa ,untuk mengurangi jumlah emisi gas CO2 akibat penggunaan material kontruksi konvensional seperti alumunium, kaca, baja, keramik dll. Pohon ex gabus (Quercus Suber Y) akan menjadi Solusi yang tepat, karena manfaat dari pohon ini yaitu mengatur suhu, cocok dipakai untuk diberbagai iklim, fisik yang ringan, ketahanan terhadap air dan pembusukan. Selain itu pohon gabus menyerap karbon dioksida CO2 dari atmosfer melalui fotosintesis dan membantu mengurangi konsentrasi CO2 di udara. Kulit gabus yang dipanen pun terus menyerap karbon.

SARAN

a. Saran untuk Pemerintah

Penulis mengharapkan pemerintah untuk memberikan edukasi dan pendidikan ke Masyarakat akan pentingnya material daur ulang untuk kontruksi bangunan. Serta pembudidayaan pohon ex gabus yang lebih banyak, dengan begitu Indonesia akan menjadi negara yang dapat megurangi emisi CO2 akibat efek rumah kaca.

b. Saran untuk Pembaca atau Masyarakat umum

Dalam hal ini Masyarakat membantu pemerintah untuk menerapkan green building di Indonesia. Contoh kecil yang dapat dilakukan yaitu menggunakan bahan daur ulang untuk kontruksi bangunan, tanaman dalam rumah dan pengelolaan sampah yang benar. Sehingga akan tercipta rumah ramah lingkungan di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyani, O. I. (2018). Penerapan Konsep Green Architecture Pada Bangunan Perpustakaan Universitas Indonesia. Jurnal Ilmiah Desain & Konstruksi, 17(2), 76-85.

De Luca, P., Carbone, I., & Nagy, J. B. (2017). Green building materials: A review of state of the art studies of innovative materials. Journal of Green Building, 12(4), 141-161.

Handayani, L., Abdullah, M., Solichin, S., & Arifin, M. S. (2021). Kajian Jejak Karbon (Carbon Footprint) di FMIPA Universitas Negeri Semarang. Indonesian Journal of Conservation, 10(1), 48-52.

Miranda, I., & Pereira, H. (2024). Cork Façades as an Innovative and Sustainable Approach in Architecture: A Review of Cork Materials, Properties and Case Studies. Materials, 17(17), 4414.

Nugraha, R., Varlitya, C. R., Judijanto, L., Adiwijaya, S., Suryahani, I., Murwani, I. A., … & Basbeth, F. (2024). Green Economy: Teori, Konsep, Gagasan Penerapan Perekonomian Hijau Berbagai Bidang di Masa Depan. PT. Sonpedia Publishing Indonesia.

Rusbiantoro, D. (2008). Global warming for beginner: pengantar komprehensif tentang pemanasan global. Niaga Swadaya.

About the Author: Moch Faisal Hamid

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 4.8 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 61

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

7 Comments

  1. Mamayu 14 November 2024 at 21:35 - Reply

    Kerenn,Sukses icaaaaa

    • Aisyah 23 November 2024 at 07:29 - Reply

      semangat kakak🫶

  2. Sania 15 November 2024 at 11:21 - Reply

    Semoga lancar teh ~

  3. dira 15 November 2024 at 16:43 - Reply

    good luck sister~

  4. Ratnawati 15 November 2024 at 17:39 - Reply

    Semangat icaa… Proud of you

  5. Devi 16 November 2024 at 08:37 - Reply

    Lancar menang yaa

  6. Ani 23 November 2024 at 06:44 - Reply

    Semangat ya semoga sukses

Leave A Comment