“BIO” Smart Building Management System Berbasis Iot Sebagai Optimalisasi Efisiensi Energi Dalam Infrastruktur Rehabilitasi Kawasan Industri Pasca Tambang
Ditulis oleh Firlie Najah Salamah, Nur Hidayah, Ade Irma Puspita Sari
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya mineral, terutama endapan bijih laterit (nikel oksida). Lokasi penyebaran tambang di Indonesia tersebar di beberapa wilayah, seperti Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, dan Sulawesi Tenggara. Berdasarkan informasi dari US Geological Survey, Indonesia memegang posisi sebagai pemilik cadangan nikel terbesar di dunia, yaitu mencapai jumlah 21 juta ton (Suwardi & Randrikasari, 2023). Penghasilan nikel pada tahun 2020 mencapai 52% atau 72 juta ton dari 139.419.000 ton cadangan dan termasuk dalam kategori terbesar di dunia (ESDM, 2020). Selain itu, pertambangan emas di Indonesia juga memiliki potensi yang cukup besar (Rifai, R.F., et al, 2022).
Kegiatan pertambangan di Indonesia telah menjadi pusat pertumbuhan, mendorong pembangunan infrastruktur, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan penerimaan negara (Irawan, 2013; Pratiwi, W., 2024). Namun, aktivitas ini menimbulkan masalah geoteknik yang signifikan, seperti penurunan kedalaman tanah yang membuatnya menjadi dangkal. Selain itu, pertambangan menyebabkan kerusakan ekosistem, kontaminasi tanah, dan dampak jangka panjang terhadap lingkungan, termasuk penghancuran habitat alami dan pencemaran air (Aridilawati, R.A., 2024). Lahan pasca tambang juga mengalami kerusakan lapisan tanah, yang mempengaruhi kualitas hidup flora dan fauna. Kerusakan struktur tanah ini mengakibatkan tanah menjadi tidak produktif dan terdegradasi (Kusdarini et al., 2024). Sebagai contoh, pertambangan nikel di Sulawesi menyebabkan kerusakan lahan yang parah, dengan tanah semakin dangkal dan tidak memperhatikan keselamatan lingkungan (Arif, 2016; Prananda, G.W., 2024).
Beberapa solusi alternatif telah diterapkan, seperti revegetasi pada lahan yang terdegradasi pasca penambangan, reklamasi, dan perbaikan fisik pada bentang lahan (Suardana, A. E., 2020). Akan tetapi, upaya tersebut menemui beberapa kendala, seperti bentuk lahan yang ekstrim, ketersediaan tanah pucuk, tanah terkontaminasi bahan berbahaya dan beracun (B3), air asam tambang, dan batuan pembentuk asam. Pemerintah bahkan telah membuat regulasi kebijakan yang diatur oleh hukum mengenai “Pertambangan Mineral” yang diatur dalam UU Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas UU Nomor 4 Tahun 2009” dimana regulasi ini memuat kebijakan bahwa kegiatan tambang dapat dilakukan apabila melalui izin resmi (Ramandana, K, 2024).
Alternatif yang ada hingga kini belum menunjukkan hasil signifikan dalam mengatasi permasalahan lahan pasca tambang di Indonesia. Kerusakan lahan tersebut perlu diatasi melalui rehabilitasi lahan, namun upaya yang dilakukan masih mengandalkan metode tradisional (rehabilitasi konvensional) yang lebih fokus pada perbaikan infrastruktur dan bangunan, tanpa memperhatikan kualitas dan fungsi tanah. Rehabilitasi konvensional menghadapi kendala seperti keterbatasan biologis, tempat, waktu, biaya besar, dan proses pemulihan yang memakan waktu bertahun-tahun (Pradana, A.P et al, 2023). Seiring dengan meningkatnya permintaan energi dan kesadaran dunia tentang perubahan iklim, penggunaan teknologi yang efisien dalam pengelolaan energi menjadi semakin krusial.
Salah satu solusi yang berkembang pesat untuk mengatasi permasalahan lahan pasca tambang adalah penerapan Smart Building Management System (SBMS) yang menggabungkan teknologi Internet of Things (IoT), sensor cerdas, dan kecerdasan buatan (AI) untuk memonitor dan mengontrol penggunaan energi. Teknologi ini dapat dikombinasikan dengan bioremediasi untuk meningkatkan kualitas tanah dan menghemat energi secara signifikan. Inovasi ini memungkinkan pemantauan lahan pasca tambang melalui smartphone dan PC, memberikan kemudahan dan fleksibilitas dalam pengelolaan. Dengan adanya teknologi smart mining berbasis IoT, proses monitoring dan rehabilitasi menjadi lebih efisien, meskipun dilakukan dari jarak jauh. Selain itu, penggunaan teknologi ini mendukung prinsip-prinsip keberlanjutan yang sejalan dengan tujuan SDGs, serta memberikan solusi ramah lingkungan untuk reklamasi lahan pasca tambang. Oleh karena itu, BIO SBMS berbasis IoT perlu dikembangkan untuk mendukung rehabilitasi lahan pasca tambang yang lebih efisien dan berkelanjutan (Nursakinah, B, 2024)..
ISI
“BIO” Smart Building Management System mengintegrasikan teknologi Internet of Things (IoT) untuk memantau kualitas lingkungan di kawasan rehabilitasi pasca tambang. Sistem ini bertujuan memastikan efisiensi energi dan keberlanjutan ekosistem dengan memberikan data akurat dan real-time tentang kondisi tanah, air, dan mikroorganisme. Salah satu fitur unggulan adalah antarmuka pengguna yang intuitif. Setelah login, pengguna dapat mengakses informasi terkait manajemen lingkungan yang hanya dapat dilihat oleh pengguna terdaftar, menjaga keamanan data yang sensitif. Sistem ini juga dilengkapi dengan fitur sidik jari dan face ID untuk keamanan tambahan. Hal ini penting dalam manajemen lingkungan yang membutuhkan pengawasan dan tanggung jawab tinggi (Madushanki et al., 2019).
Setelah proses login, pengguna akan diarahkan ke halaman utama yang berisi pengenalan sistem serta fitur-fitur monitoring yang ditawarkan. Fitur Monitoring Kualitas Tanah, Air, dan mikroorganisme menjadi komponen inti dari sistem ini, dimana sensor IoT terintegrasi secara otomatis memantau parameter lingkungan yang penting. Parameter tersebut mencakup pH tanah, kandungan nutrisi, tingkat kelembapan, kualitas air, dan populasi mikroorganisme. Data yang dikumpulkan akan disajikan dalam bentuk dashboard interaktif yang menampilkan informasi secara visual, memungkinkan pengguna untuk dengan cepat memahami kondisi lingkungan yang dipantau (Abu et al., 2022).
.
Gambar 3.3 Prototipe “BIO” Smart Building Management System berbasis IoT untuk Rehabilitasi Kawasan Industri Pasca Tambang.
Fitur monitoring ini tidak hanya memberikan gambaran umum, tetapi juga menyediakan grafik yang menunjukkan perkembangan kualitas tanah, air, dan mikroorganisme dari waktu ke waktu. Misalnya, grafik pH tanah akan menunjukkan fluktuasi nilai pH yang dapat mempengaruhi kesuburan tanah, sedangkan grafik kualitas air akan menggambarkan tingkat kontaminasi dan parameter penting lainnya. Populasi mikroorganisme juga dipantau secara berkala, mengingat peran penting mikroorganisme dalam menjaga keseimbangan ekosistem (Singh & Ahmed, 2021). Dengan sistem ini, pengguna dapat mengambil keputusan yang lebih tepat berdasarkan data yang tersedia, yang sangat penting dalam konteks rehabilitasi lahan pasca tambang.
Implementasi teknologi IoT dalam sistem ini meningkatkan pemantauan dan mendukung efisiensi energi dalam rehabilitasi lahan pasca tambang. Sensor IoT yang dipasang di berbagai titik mengukur parameter seperti pH tanah, kelembaban, nutrisi, dan logam berat. Data real-time ini membantu menganalisis pola penggunaan energi dan memberi rekomendasi untuk penghematan. Sistem ini dapat menilai apakah tanah cukup stabil untuk bioremediasi. Jika kualitas lingkungan menurun, sistem mengatur alokasi sumber daya untuk efisiensi energi, mendukung keberlanjutan kawasan industri pasca tambang. Data yang terkumpul dari sensor IoT dianalisis untuk memetakan kondisi lahan dan memberikan prediksi yang lebih akurat tentang tindakan rehabilitasi yang diperlukan (Madushanki et al., 2019).
Fitur notifikasi juga menjadi aspek penting dari sistem ini. Notifikasi otomatis akan memberitahu pengguna tentang penurunan atau peningkatan kualitas tanah, air, dan mikroorganisme, yang dapat berfungsi sebagai peringatan dini untuk tindakan korektif. Selain itu, sistem menyediakan laporan berkala setiap satu minggu, satu bulan, dan satu tahun. Laporan ini mencakup analisis mendalam mengenai perubahan kondisi lingkungan dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan yang diperlukan. Dengan demikian, pengguna dapat melakukan analisis yang lebih menyeluruh dan perencanaan yang lebih baik berdasarkan data yang dikumpulkan (Abu et al., 2022).
Keseluruhan fitur-fitur dalam “BIO” Smart Building Management System tidak hanya mendukung upaya rehabilitasi lahan pasca tambang, tetapi juga berkontribusi pada pengelolaan lingkungan yang lebih berkelanjutan dan efisien. Melalui integrasi teknologi modern, sistem ini dapat menjadi solusi efektif untuk tantangan yang dihadapi dalam pemulihan lingkungan pasca tambang, sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan yang ditetapkan oleh pemerintah dan organisasi internasional (Singh & Ahmed, 2021).
Inovasi tersebut sekaligus menjawab permasalahan lingkungan mengenai permasalahan lahan pasca tambang yang sesuai dengan Sustainable Development Goals (SGDs) poin ke- 6 yaitu “Clean Water and Sanitation” dan poin ke- 15 “ Life on Land”, dimana penggunaan sensor air dan tanah dari perkembangan IoT dengan kombinasi teknologi bioremediasi dapat membantu kualitas air yang tercemar limbah tambang serta mendukung upaya untuk memulihkan ekosistem dan melindungi biodiversitas. Integrasi dari smart mining yang diusung dalam inovasi rehabilitasi lahan pasca tambang menjadi inovasi yang mendukung pengelolaan lahan tambang lebih cerdas dan berkelanjutan, sehingga dapat mendukung terlaksananya Sustainable Development Goals (SGDs) poin ke- 12 berupa “Responsible Consumption and Production” dan poin ke- 9 “Industry, Innovation, and Infrastructure.”
Selain itu, dibutuhkan kolaborasi pemangku kepentingan, seperti industri tambang, Lembaga penelitian, dan komunitas lokal untuk menekankan pentingnya kerjasama untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yang sesuai dengan Sustainable Development Goals (SGDs) poin ke -17” Partnerships for the Goals. “ Oleh karena itu, Inovasi rehabilitasi lahan pasca tambang dengan teknologi bioremediasi smart mining dengan teknologi IoT di era 5.0 menuju 6.0 dapat menjadi prospek besar, potensi pasar yang luas, dan diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan kerusakan lahan pasca tambang nikel di Indonesia Sehingga, inovasi tersebut dapat memberikan dampak positif terhadap industri tambang, kebijakan lingkungan, dan praktik keberlanjutan global..
PENUTUP
Lingkungan yang terpelihara dengan baik maka dapat dijadikan investasi pada masa depan untuk keberlangsungan hidup anak cucu. Rehabilitasi pasca tambang yang dilakukan dengan baik dapat meminimalisir kerusakan tanah akibat galian tambang. Perkembangan teknologi yang semakin canggih, tidak dapat dipungkiri akan selalu menciptakan inovasi sebagai solusi atas kerusakan lingkungan. “BIO” yang merupakan bagian dari Smart Building Management System hadir sebagai solusi yang menjanjikan dalam upaya merehabilitasi lahan pasca tambang di Indonesia. Teknologi “BIO” menawarkan pengelolaan lingkungan berkelanjutan, efisiensi energi, dan pemulihan lingkungan yang rusak akibat kegiatan tambang. Di era transisi industri 5.0 menuju 6.0, teknologi berbasis IoT menjadi kunci penting dalam menciptakan perbaikan ke arah lingkungan hijau serta menjawab tantangan kebutuhan akan lingkungan asri. Penerapan sistem canggih ada “BIO” merupakan langkah nyata dalam menyongsong tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) dengan tujuan untuk mengembalikan apa yang telah lama hilang dari ekosistem lahan pasca tambang.
DAFTAR PUSTAKA
Abu, N. S., Bukhari, W. M., Ong, C. H., Kassim, A. M., Izzuddin, T. A., Sukhaimie, M. N., & Rasid, A. F. A. (2022). Internet of Things Applications in Precision Agriculture: A Review. Journal of Robotics and Control (JRC), 3(3), 338-347.
Aridilawati, M. A. (2024). Evaluasi Tingkat Keberhasilan Reklamasi Site Gee-Front Reklamasi Tahun 2021 Pt Antam TBK UBPN Maluku Utara Kecamatan Maba, Kabupaten Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara. Doctoral Dissertation. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.
ESDM. (2020). Booklet Tambang Nikel 2020. URL:https://www.esdm.go.id/id/booklet/booklet-tambang-nikel-2020. Diakses tanggal 29 Agustus 2024.
Kusdarini, E., Yopianus, B. & Bahar, H. (2024). Reklamasi Revegetasi pada Area Pertambangan Nikel PT Aneka Tambang ( Persero ) Tbk . di Pomalaa , Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara’, 11, pp. 69–73.
Madushanki, A. R., Halgamuge, M. N., Wirasagoda, W. S., & Syed, A. (2019). Adoption of The Internet of Things (IoT) in Agriculture and Smart Farming Towards Urban Greening: A review. International Journal of Advanced Computer Science and Applications, 10(4), 11-28.
Nursakinah, B. (2024). Implementation of IoT (Internet of Thing) in the Design of a Smart Robot Prototype for Automatic Waste Disposal Based on Arduino at Mega. International Journal of Integrative Sciences, 3(2), 209-222.
Pradana, A. P., Astuti, D. F., Kurniawan, I., Lestari, A. P., Regar, D. A. H. B., Istiqomah, T. F. N., … & Prastowo, S. (2023). Teknologi Bioremediasi Menggunakan Trichoderma sp. Dalam Rangka Meningkatkan Produktivitas Pertanian Pada Lahan Bekas Tambang Di Desa Mrawan-Jember. SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 7(2), 912-917.
Prananda, G. W., Nafiu, W. R. A., & Firdaus, F. (2024). Rancangan Sistem Penyaliran Tambang Nikel pada Pit Rantepao Pt. Adhi Kartiko Pratama Desa Lameruru Kecamatan Langgikima Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Inovasi Global, 2(7), 720-736.
Pratiwi, W. (2024). Analisis Dampak Eksternalitas Aktivitas Pertambangan Nikel Terhadap Pendapatan Masyarakat Di Desa Torobulu Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan. GABBAH: Jurnal Pertanian Dan Perternakan, 1(4), 1-10.
Ramandana, K. (2024). Penegakan Hukum terhadap Kasus Pelanggaran Izin Usaha Pertambangan (IUP) pada Pertambangan Nikel. Savana: Indonesian Journal of Natural Resources and Environmental Law.1(01): 63-71.
Rifai, R. F., Riogilang, H., & Supit, C. J. (2022). Identifikasi Dan Analisis Penyebaran Sianida Pada Tambang Rakyat Di Desa Buyat, Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Jurnal Sipil Statik, 8(6).
Singh, M., & Ahmed, S. (2021). IoT Based Smart Water Management Systems: A Systematic Review. Materials Today: Proceedings, 46, 5211-5218.
Suaradana, A. E. (2020).Kajian Perubahan Lingkungan Pasca Kegiatan Penambangan Emas Ilegal Di Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Doctoral dissertation, School of Postgraduate.
Suwardi & Randrikasari, O. (2023) ‘Teknologi Reklamasi Lahan Bekas Tambang Nikel Untuk Mempercepat Keberhasilan Reklamasi. Jurnal Risalah Kebijakan Pertanian Dan lingkungan: Rumusan Kajian Strategis Bidang Pertanian dan Lingkungan.10(3): 145–164. Available at: https://doi.org/10.29244/jkebijakan.v10i3.50866.
.