SMS (Spatial Management System): Pilar Strategis dalam Optimalisasi Energi dan Pembangunan yang Berkelanjutan
Ditulis oleh Nadindra Aliya Putri Savuwan
Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan sumber alam yang melimpah. Dengan keunggulan yang dimilikinya, menjadikan Negara Indonesia berpotensi besar dalam pengembangan dan pengoptimalan sumber daya alam, salah satunya disebabkan oleh kondisi topografi Indonesia yang bergunung dan berbukit serta dialiri oleh banyak sungai, sehingga dapat dimanfaatkaan untuk keberlangsungan hidup warga Indonesia (Lubis, Abubakar. 2007). Adanya perubahan zaman yang membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan menjadi tantangan tersendiri untuk Indonesia agar tetap mampu berkembang.
Perubahan iklim menjadi salah satu bagian yang cukup mempengaruhi keberlangsungan hidup saat ini dan masa yang akan datang. Hal ini dikarenakan perubahan iklim dapat memicu berbagai jenis fenomena cuaca ekstrem yang lebih sering dan lebih parah seperti gelombang panas, badai, banjir, dan kekeringan. Dampak ini mengancam kehidupan dan struktur yang dibangun oleh masyarakat, serta merusak ekosistem. Sumber daya air dan lahan pertanian juga akan semakin langka karena pola curah hujan dan suhu yang berubah, yang menimbulkan risiko terhadap ketahanan pangan dan kesehatan manusia. Semua ini menjadikan perubahan iklim tantangan serius bagi keberadaan generasi saat ini dan masa depan. Padahal, Indonesia juga sedang berkomitmen untuk mencapai Net Zero Emissios (NZE) tahun 2060 sebagai upaya Indonesia dalam transisi energi yang adil, terjangkau, dan dapat diakses semua pihak.
Maka dengan pengaruh perubahan iklim yang semakin parah, diperlukan langkah solutif untuk mengatasinya. Salah satu komitmen internasional yang tengah dilaksanakan adalah Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs adalah serangkaian tujuan yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan bagi semua orang di planet ini (SDGs, 2023, sdgs.bappenas.go.id.). Di antara tujuh belas tujuan SDGs, salah satunya adalah kota dan pemukiman yang berkelanjutan pada poin ke-11. Tujuan dari poin tersebut adalah untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh kota-kota di seluruh dunia, termasuk urbanisasi yang cepat, kemiskinan di daerah perkotaan, dan dampak perubahan iklim. Pembangunan berlangsung tidak hanya memperhatikan keindahan dan kualitas infrastrukturnya, melainkan penting pula untuk mengkaji dan mempertimbangkan aspek keruangan yang dimilikinya, termasuk dampak yang diberikan kepada lingkungan sekitar. Hal itu diperlukan karena perencanaan dan penataan ruang merupakan landasan utama dalam mewujudkan kesejahteraan dan kelestarian lingkungan secara beriringan.
Pembangunan akan berjalan dengan baik apabila memiliki suatu sistem yang menjadi landasan dalam proses pengembangannya. Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti menilai penting untuk mewujudkan Spatial Management System (SMS) sebagai pilar strategis dalam optimalisasi energi dan pembangunan yang berkelanjutan.
Ketersediaan Energi serta Kegunaan bagi Kehidupan
Kebutuhan hidup masyarakat tidak luput dari pemanfaatan energi yang tersedia. Energi yang dibutuhkan juga tidak hanya energi dari fosil atau bahan yang tidak terbarukan saja, namun juga memanfaatkan energi terbarukan yang tersedia di alam, mengingat Negara Indonesia yang kaya akan sumber daya alamnya. Saat ini, energi terbaru atau yang biasa disebut sebagai energi baru terbarukan (EBT) juga kerap menjadi pembahasan dalam berbagai penelitian. Penggunaan energi baru dan terbarukan ini harus menjadi perhatian utama pemerintah Indonesia, karena tidak hanya sebagai upaya untuk mengurangi pemakaian energi fosil melainkan juga untuk mewujudkan energi bersih atau ramah lingkungan (Azhar, Muhammad. 2018). Pemanfaatan energi baru terbarukan ini juga telah diatur di dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 Tahun 2014 yang merupakan turunan dari Undang-undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi.
Penggunaan energi yang ramah lingkungan saat ini sangat penting untuk diwujudkan karena adanya berbagai dampak kerusakan lingkungan karena perubahan iklim dan faktor lainnya yang semakin parah. Padahal, lingkungan adalah komponen yang paling dekat bagi kehidupan manusia. Lingkungan yang baik tentu akan menciptakan ruang nyaman bagi penghuninya, begitupun sebaliknya. Ruang nyaman akan tercipta apabila manusia bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Energi baru terbarukan yang tersedia di Indonesia antara lain energi surya, air, angin, biomassa, dan sebagainya. Jumlah dari berbagai jenis EBT pun tidak sedikit dan tersebar di berbagai penjuru Indonesia, potensi tersebut bahkan lebih besar dari yang dibutuhkan untuk mencapai target nol emisi 2050.
Gambar 1. Potensi Energi Surya Tahun 2024
Sumber: (Solum.id, 2024)
Gambar 2. Potensi Energi Air Tahun 2024
Sumber: (Solum.id, 2024)
Gambar 3. Potensi Energi Angin Tahun 2024
Sumber: (Solum.id, 2024)
Beberapa peta tersebut menggambarkan persebaran potensi energi baru terbarukan yang tersedia di Indonesia. Namun, penggunaan lahan ataupun deforestasi masih menjadi masalah yang serius, termasuk menghambat proses pemanfaatan EBT (KLHK, 2024). Apabila alih fungsi lahan terus berlanjut, sumber EBT akan semakin sulit untuk didistribusikan kepada masyarakat, padahal jika kita kembali melihat peta persebaran yang menggambarkan potensi EBT yang tersedia di Indonesia, akan sangat rugi jika tidak dimanfaatkan dengan baik.
Spatial Management System (SMS) sebagai Pilar Strategis dalam Mengoptimalkan Sumber Energi Baru Terbarukan
Sebelum semakin parah, masih ada kesempatan untuk memperbaiki dan mengoptimalkan sistem pemanfaatan energi dalam pembangunan. Penggunaan Spatial Management System dapat membantu dalam mengatur penggunaan ruang secara efektif dan berkelanjutan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), spasial memiliki makna berkenaan dengan suatu tempat. Dalam Undang-Undang No 4 Tahun 2011, spasial didefinisikan sebagai aspek keruangan suatu objek atau kejadian yang mencakup lokasi, letak dan posisinya. Dalam kajian geografi, spasial berkaitan erat dengan pendekatan spasial atau pendekatan keruangan. Pendekatan keruangan adalah pendekatan yang menggunakan analisis keruangan untuk mengkaji dan memahami objek atau fenomena, meliputi distribusi, pola, hubungan dan kecenderungannya secara keruangan dari waktu ke waktu (Geospasialis, 2022, geospasialis.com). Wilayah dengan kecenderungan yang sama akan lebih mudah diidentifikasi dengan pendekatan ini, termasuk untuk menentukan wilayah yang lebih berpotensi dalam pengoptimalan energi. Penanganan setiap wilayah juga akan berbeda-beda tergantung dengan jenis atau pola dari suatu wilayah tertentu, sehingga akan memberikan solusi yang berbeda pula dari setiap wilayahnya. Pendekatan dengan cara ini mampu memberikan gambaran bahan, konsep, serta tahapan seperti apa yang harus digunakan untuk memanfaatkan suatu lahan agar tetap bisa mengoptimalkan ketersediaan energi di wilayah tersebut. Salah satu contoh penerapan sistem ini di Nusa Tenggara Timur (NTT). Penelitian dilakukan menggunakan Sistem Informasi Geografis (GIS) untuk mengidentifikasi lokasi optimal untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), sehingga wilayah potensial ini dapat dimanfaatkan dengan baik (Solarkita, 2024, solarkita.com). Selain tenaga surya, energi terbarukan lainnya seperti air dan angin juga akan mudah diidentifikasi dengan sistem manajemen spasial. SMS mampu membuka akses ke wilayah terpencil agar distribusi energi tersebar secara merata dan tercipta keadilan sosial dengan memastikan bahwa semua lapisan masyarakat memiliki akses yang sama terhadap sumber energi.
Secara umum terdapat beberapa tahapan pendekatan SMS dalam optimalisasi energi untuk pembangunan berkelanjutan, yaitu sebagai berikut:
1. Perencanaan
Mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan untuk mencapai solusi tertentu, dalam hal ini dapat berupa penilaian lingkungan untuk menentukan kebutuhan energi saat ini dan potensi optimalisasi energi.
2. Pengolahan dan Pemodelan Data
Kumpulan data dan informasi diolah agar menemukan satu kesimpulan dari gabungan data tersebut. Hasil olahan data tersebut harus sesuai dengan tujuan dan solusi yang ingin diraih. Apabila data yang diperlukan masih kurang, maka data dapat ditambahkan dan diolah kembali. Dalam Spatial Management System pemodelan data yang dimaksud dapat berupa peta topografi atau peta tematik yang menyajikan informasi berdasarkan tema tertentu.
3. Implementasi
Penerapan hasil pemodelan data di lapangan. Pengimplementasian ini menyesuaikan antara hasil konsep dari sistem dan bentuk rupa asli dari keadaan topografinya.
Apabila sistem pembangunan di Indonesia menggunakan pendekatan spasial seperti yang telah dijelaskan, hal ini bukan hanya berdampak baik dalam pengoptimalan energi, melainkan juga untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan yang berkelanjutan tidak hanya mempelajari cara pengoptimalan energi, namun juga fokus pada aspek lingkungan dan bagaimana menghadapi tantangan perubahan iklim agar tetap memberikan kesejahteraan bagi manusia, seperti salah satu tujuan dari SDGs. Sehingga, energi yang tersedia dapat digunakan semaksimal mungkin tanpa merusak lingkungan. Sebuah pembangunan yang dilandaskan dengan pendekatan spasial juga mampu memberikan tatanan ruang yang rapi dan teratur karena mampu memaksimalkan fungsi dari setiap bagian secara efektif.
Salah satu negara yang telah berhasil menerapkan Spatial Management System (SMS) dalam optimalisasi energi untuk mendukung pembangunan berkelanjutan adalah Negara Singapura. Menurut World Bank Report tahun 2023, Singapura menduduki peringkat pertama dengan skor infrastruktur tertinggi di dunia. Negara ini dikenal sebagai salah satu yang paling maju dalam penggunaan teknologi informasi untuk perencanaan kota dan infrastruktur. Singapura menggunakan Geographic Information System (GIS) dalam perencanaan dan pembangunan. Mereka juga menerapkan konsep Smart Nation, di mana berbagai sensor dan data digunakan untuk mengelola sumber daya kota dengan efisien (Teltics, 2024, teltics.com). Hal ini membuktikan keefektifan penerapan Spatial Management System (SMS) sebagai landasan pembangunan negara.
Maka dari itu, peneliti menilai diperlukannya penerapan Spatial Management System (SMS) yang mampu menjadi pilar strategis dalam mengoptimalkan energi baru terbarukan (EBT) yang tersedia sebagai kekayaan alam Indonesia, juga mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan sebagai bagian dari upaya pelaksanaan komitmen internasional.
Daftar Pustaka
Azhar, Muhammad. 2018. Implementasi Kebijakan Energi Baru dan Energi Terbarukan Dalam Rangka Ketahanan Energi Nasional, vol. 1, hal 398-412.
Bappenas. 2023. SDGs Knowledge Hub. https://sdgs.bappenas.go.id/.
Hussein, Saddam. 2022. Spasial dan Geospasial: Arti Kata, Pengertian dan Penjelasannya. https://geospasialis.com/spasial-adalah/.
Imanda, Biru Cahya. 2024. Daerah dengan Potensi Pemanfaatan Panel Surya Terbesar di Indonesia. https://www.solarkita.com/blog/daerah-dengan-potensi-pemanfaatan-panel-surya-terbesar-di-indonesia.
Kaonang, Glenn. 2024. Potensi Energi Terbarukan Indonesia: Di Mana Saja Penyebarannya? https://solum.id/glosarium/potensi-energi-terbarukan-indonesia-di-mana-saja-penyebarannya/.
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2024. Pengendalian Deforestasi dan Karhutla di Indonesia. https://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-pers/7594/pengendalian-deforestasi-dan-karhutla-di-indonesia.%202024.
Lubis, Abubakar. 2007. Energi Terbarukan dalam Pembangunan Berkelanjutan, vol. 2, hal 155-162.
Teltics. 2024. https://teltics.com/blog/sistem-informasi-dalam-keberhasilan-pembangunan-infrastruktur-suatu-negara.
The World Bank. 2023. https://lpi.worldbank.org/international/global.