Inovasi Biopori untuk Meningkatkan Kualitas Lingkungan pada Bangunan Hijau dan Cerdas
Ditulis oleh Florentina Ketty Yuliani
Pendahuluan
Perkembangan urbanisasi yang pesat di Indonesia khususnya wilayah perkotaan membawa dampak signifikan terhadap lingkungan, termasuk peningkatan lahan yang tertutup oleh bangunan dan beton. Situasi ini berakibat pada berkurangnya lahan resapan air, yang kemudian memicu banjir, penurunan kualitas tanah, dan berkurangnya cadangan air tanah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pendekatan bangunan hijau dan cerdas (green and smart buildings) menjadi solusi modern yang tengah berkembang. Bangunan hijau dan cerdas mengintegrasikan teknologi ramah lingkungan dan metode pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan untuk mendukung kehidupan perkotaan yang lebih sehat.
Dalam upaya mewujudkan bangunan hijau dan ramah lingkungan, khususnya pada kategori konservasi air yang sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 6 – Air Bersih dan Sanitasi Layak, 11 – Kota dan Komunitas Berkelanjutan, serta 12 – Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, penerapan teknologi sederhana seperti biopori dapat menjadi solusi yang efektif. Biopori adalah lubang resapan kecil yang dibuat di tanah untuk meningkatkan daya serap air, memperbaiki kualitas tanah, dan mengelola limbah organik secara efisien. Inovasi biopori pada bangunan hijau dan cerdas merupakan metode sederhana namun berdampak besar dalam mengurangi risiko lingkungan perkotaan, seperti banjir, serta menjaga keberlanjutan lingkungan bagi generasi mendatang.
Konsep Biopori dalam Bangunan Hijau dan Cerdas di Wilayah Perkotaan
Lubang Resapan Biopori
https://journal.ipb.ac.id/index.php/j-agrokreatif/article/view/25716
Secara teknis, biopori adalah lubang silindris yang dibuat di tanah dengan kedalaman sekitar 80-100 cm dan diameter 10-30 cm, yang kemudian diisi dengan bahan organik seperti sampah dapur atau daun kering. Biopori awalnya dikembangkan oleh Dr. Kamir R. Brata, seorang peneliti dari Institut Pertanian Bogor, sebagai solusi sederhana namun efektif untuk mengatasi permasalahan daya serap air tanah yang berkurang. Prinsip kerja biopori adalah menciptakan ruang di dalam tanah untuk mempercepat peresapan air, memungkinkan air hujan untuk lebih mudah meresap ke dalam tanah alih-alih mengalir ke permukaan dan menyebabkan genangan atau banjir.
Dalam konteks bangunan hijau dan cerdas, biopori dapat diimplementasikan di berbagai area sekitar bangunan, seperti taman, lahan parkir, atau area hijau lainnya. Biopori membantu mengoptimalkan resapan air di sekitar bangunan, sehingga risiko banjir dapat diminimalisir. Selain itu, konsep biopori juga mendukung pendekatan zero waste pada bangunan hijau, di mana limbah organik dari aktivitas sehari-hari, seperti sisa makanan atau dedaunan kering, dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengisi biopori yang pada akhirnya terurai menjadi kompos alami. Ini sejalan dengan tujuan utama bangunan hijau, yaitu menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Penerapan Biopori di dalam tanah
https://www.biotifor.or.id/wp-content/uploads/2024/02/Manfaat-Biopori-1024×585.jpg
Manfaat dan Efektivitas Biopori
Penerapan biopori pada bangunan hijau dan cerdas memberikan beberapa manfaat utama yang berkontribusi pada kelestarian lingkungan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat perkotaan.
1. Meningkatkan Daya Resap Tanah
Dalam lingkungan perkotaan, betonisasi dan penutupan lahan menyebabkan berkurangnya lahan resapan air, sehingga air hujan lebih banyak mengalir ke permukaan dan memicu banjir. Biopori membantu meningkatkan daya resap tanah di sekitar bangunan dengan menciptakan ruang untuk menyerap air hujan lebih efektif. Hal ini membantu mengurangi volume air permukaan dan menurunkan risiko genangan di sekitar bangunan.
2. Mengelola Limbah Organik Secara Efektif
Bangunan hijau biasanya menghasilkan limbah organik dari aktivitas penghuni, seperti sisa makanan dan dedaunan. Dengan mengisi biopori dengan limbah organik, kita dapat memanfaatkannya sebagai sumber kompos alami yang berfungsi sebagai pupuk untuk tanaman di sekitar bangunan. Penggunaan biopori untuk mengolah limbah organik tidak hanya membantu mengurangi volume sampah yang diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA), tetapi juga memperbaiki kualitas tanah di sekitar bangunan.
3. Memperbaiki Struktur Tanah
Biopori menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan organisme tanah, seperti cacing dan mikroba, yang membantu memperbaiki struktur tanah. Keberadaan organisme ini mempercepat penguraian bahan organik menjadi kompos yang subur, sehingga tanah di sekitar bangunan menjadi lebih gembur dan subur. Ini berkontribusi pada kesehatan tanaman di area hijau sekitar bangunan, yang menjadi elemen penting dalam konsep bangunan hijau.
4. Meningkatkan Cadangan Air Tanah
Dengan meningkatkan daya resap tanah, biopori membantu menambah cadangan air tanah. Di perkotaan yang padat, cadangan air tanah sering kali menurun akibat eksploitasi yang berlebihan dan minimnya lahan resapan. Dengan adanya biopori, air hujan lebih banyak meresap ke dalam tanah dan berkontribusi pada peningkatan cadangan air tanah yang dapat dimanfaatkan di masa mendatang.
Implementasi Biopori pada Bangunan Cerdas
Penerapan Bangunan cerdas pada Teknologi Internet of Things
Dalam era digital, penerapan biopori pada bangunan cerdas dapat diperkuat dengan teknologi Internet of Things (IoT) untuk meningkatkan efektivitasnya. Teknologi IoT dapat mengintegrasikan sensor kelembaban tanah dan sistem monitoring untuk memantau kapasitas daya serap air serta mengukur kualitas tanah secara real-time. Hal ini memungkinkan pengelola bangunan atau penghuni untuk melakukan pemeliharaan biopori dengan tepat dan memastikan efektivitas resapan air di area sekitar bangunan.
Sebagai contoh, sensor kelembaban tanah dapat ditempatkan di sekitar area biopori dan terhubung ke sistem yang memberikan notifikasi ketika tanah terlalu kering atau basah, sehingga memungkinkan penyesuaian perawatan tanaman atau pemanenan kompos. Selain itu, penggunaan aplikasi berbasis IoT juga memungkinkan penghuni bangunan untuk memonitor proses penguraian bahan organik di dalam biopori dan mengoptimalkan waktu pengisian ulang bahan organik.
Tantangan dan Solusi dalam Penerapan Biopori
Meskipun biopori menawarkan banyak manfaat, ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam implementasinya pada bangunan hijau dan cerdas. Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan lahan di perkotaan, yang mungkin membatasi jumlah lubang biopori yang dapat dibuat di sekitar bangunan. Solusi untuk tantangan ini adalah dengan menggunakan desain modular atau vertikal, di mana biopori dapat diintegrasikan dengan taman vertikal atau area hijau di lantai atas bangunan.
Selain itu, kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya biopori juga menjadi kendala. Untuk mengatasi hal ini, perlu dilakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, terutama kepada penghuni bangunan hijau dan pengelola gedung, mengenai manfaat biopori serta cara pembuatannya yang mudah dan murah.
Kesimpulan
Inovasi biopori merupakan solusi sederhana namun efektif untuk mendukung konsep bangunan hijau dan cerdas. Dengan meningkatkan daya serap air, mengelola limbah organik, dan memperbaiki kualitas tanah, biopori memberikan kontribusi besar dalam menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan berkelanjutan. Di era modern, teknologi Internet of Things (IoT) dapat meningkatkan efektivitas biopori pada bangunan cerdas melalui pemantauan real-time dan manajemen yang lebih efisien.
Penerapan biopori di masa depan diharapkan terus berkembang dan menjadi bagian integral dari bangunan hijau dan cerdas di kawasan perkotaan. Selain membantu mengatasi masalah lingkungan seperti banjir dan penurunan kualitas tanah, biopori juga mendukung keberlanjutan sumber daya alam bagi generasi mendatang. Inovasi ini menjadi langkah kecil dengan dampak besar dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), terutama:
1. SDG 6 – Air Bersih dan Sanitasi Layak: biopori mendukung pengelolaan air yang lebih baik di lingkungan sekitar.
2. SDG 11 – Kota dan Komunitas Berkelanjutan: biopori membantu mewujudkan kawasan perkotaan yang lebih ramah lingkungan dan berdaya tahan terhadap perubahan iklim.
3. SDG 12 – Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab: biopori berperan dalam pengelolaan limbah organik, mengurangi dampak negatif terhadap lingkunga
Dengan penerapan biopori, bangunan hijau dan cerdas tidak hanya meningkatkan kualitas lingkungan, tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan sumber daya dan ketahanan lingkungan bagi generasi mendatang.
Daftar Pustaka
Brata, K. R. (2022). *Teknologi Biopori untuk Resapan Air dan Pengelolaan Sampah Organik.* Institut Pertanian Bogor.
Lefteri, C., & Watson, C. (2023). *Green Building and Environmental Design.* Oxford University Press.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2021). *Pedoman Bangunan Hijau di Indonesia.*
Mahyudi, M., & Astuti, T. (2022). “Analisis Pengaruh Penggunaan Biopori terhadap Resapan Air dan Pengurangan Risiko Banjir di Perkotaan.” Jurnal Teknologi Lingkungan, 20(1), 45-56.
Prasetyo, B., & Hakim, A. (2023). “Penerapan Teknologi IoT pada Sistem Biopori untuk Bangunan Hijau di Kawasan Perkotaan.” Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan, 18(2), 112-124.
Santoso, D., & Gunawan, I. (2022). Pembangunan Bangunan Cerdas dan Berkelanjutan di Indonesia: Prinsip, Tantangan, dan Implementasi. Jakarta: Badan Penerbit Arsitektur Indonesia.
Setiawan, F., & Wulandari, L. (2024). “Inovasi Biopori sebagai Solusi Lingkungan untuk Pengelolaan Limbah Organik di Bangunan Perkotaan.” Green Architecture Journal, 22(4), 301-315.
Safitri, R., Purisari, R., & Mashudi, M. (2019). Pembuatan Biopori dan Sumur Resapan untuk Mengatasi Kekurangan Air Tanah di Perumahan Villa Mutiara, Tangerang Selatan. Agrokreatif: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat, 5(1), 39-47. https://doi.org/10.29244/agrokreatif.5.1.39-47