Bangunan Ramah Lingkungan di Indonesia : Mengapa Desain Hijau Menjadi Penting?

📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 72

Ditulis oleh. Avisena Aulia Anita.

Desain bangunan hijau atau “green building” mengacu pada konsep konstruksi yang meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Bangunan ini dirancang untuk menghemat energi, air, dan sumber daya alam lainnya, sekaligus menciptakan lingkungan yang sehat bagi penghuninya. Definisi lainnya adalah bahwasanya desain pembangunan kota hijau yang berkelanjutan adalah pendekatan perencanaan dan pengembangan kota yang berfokus pada keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, kelestarian lingkungan, dan kesejahteraan sosial. Konsep ini bertujuan untuk menciptakan kota yang tidak hanya nyaman untuk di tinggali saat ini, tetapi juga memastikan lingkungan tetap lestari untuk generasi mendatang.

Berikut adalah elemen utama dalam desain bangunan hijau yang ramah lingkungan :

  1. Efisiensi energi, menggunakan sumber energi terbarukan seperti panel surya, turbin angin, atau sistem pemanas air tenaga matahari. Selain itu pemakaian lampu LED, sensor cahaya otomatis, dan jendela hemat energi membantu mengurangi konsumsi listrik. Seperti yang saya (penulis) lakukan dirumah tempat tinggal saya, sekarang lebih banyak menggunakan lampu LED serta ruang terbuka hijau taman di belakang, dalam, dan depan rumah. Bahkan ukuran jendela serta pintu yang besar dan banyak sehingga lebih memudahkan udara untuk masuk serta pencahayaan alami. Mengurangi penggunaan lampu, AC, kipas angin, sebagai bagian penghematan penggunaan barang elektronik. Bahkan didepan rumah sudah mulai dipasang panel surya sebagai lampu jalan dengan memanfaatkan panas matahari disiang hari dan setelah daya terpenuhi maka bisa digunakan untuk penerangan dimalam hari, yang mana cukup efisien dan pemasangan lampu jalan ini juga didukung oleh pemerintah daerah setempat.
  2. Efisiensi air, desain bangunan hijau biasanya menggabungkan sistem pengumpulan air hujan dan penggunaan ulang air, seperti penggunaan air bekas cucian, atau pembuangan limbah air dari wastafel untuk menyiram tanaman atau toilet.
  3. Material ramah lingkungan, pemilihan material bangunan, yang ramah lingkungan seperti bambu, kayu daur ulang, atau beton yang dapat di daur ulang. Material yang tidak beracun dan memiliki emisi rendah juga dipilih untuk menjaga kualitas udara di dalam ruangan.
  4. Desain pasif, memanfaatkan sinar matahari, sirkulasi udara alami, dan vegetasi untuk mengurangi kebutuhan pendingin atau panas. Misalnya penempatan jendela yang strategis agar cahaya alami masuk lebih banyak, serta ventilasi silang untuk sirkulasi udara yang lebih baik.
  5. Penghijauan dan lanskap alami, menggunakan atap hijau (green roof) atau dinding hijau (green wall) yang ditanami tanaman untuk menambah ruang hijau serta membantu menjaga suhu bangunan.
  6. Manajemen limbah, sistem pemisahan sampah dan kompos ditempat, serta pemanfaatan limbah bangunan selama dan setelah konstruksi, merupakan bagian penting dari bangunan hijau.
  7. Teknologi cerdas, menggunakan sensor, perangkat lunak, atau sistem kontrol otomatis yang dapat memantau dan mengatur penggunaan energi dan air.

Sebenarnya beberapa hal diatas juga diterapkan langsung oleh penulis, seperti poin no 2 efisiensi air. Di rumah saya juga diterapkan penampungan air hasil dari air hujan yang bisa digunakan kembali untuk menyiram tanaman. Bahkan sebagai tempat resapan juga bisa, agar tidak terjadi banjir di taman belakang apabila intensitas curah hujan meningkat. Bagaimana caranya ? Saya menerapkan metode “Bambu Biopori”. Mencari bambu muda yang masih berwarna hijau, ukuran besar yang kemudian dipotong menjadi beberapa bagian dengan ukuran yang bervariasi (sesuai keinginan). Lalu saya buatkan bolongan atau galian disekitar taman, kemudian masukan bambu tersebut disetiap bolongan. Sebenarnya bambu ini di fungsikan sebagai biopori atau penampung air resapan. Orang-orang cenderung menggunakan pipa paralon berukuran besar, namun saya lebih suka bambu karena meninggalkan kesan estetik, dan ramah lingkungan. Air hasil penampungan di bambu bisa menjadi air untuk penyiraman tanaman bahkan bisa langsung meresap ke dalam tanah jika hujan langsung reda. Hal-hal sederhana ini bisa menjadi gagasan yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, nilai estetik nya dapat, manfaatnya juga dapat.

Desain bangunan hijau tidak hanya baik bagi lingkungan tetapi juga memiliki dampak positif bagi kesehatan penghuninya dan dapat menghemat biaya dalam jangka panjang. Beberapa pembahasan diatas juga bisa menjadi kelebihan dalam penerapan desain ramah lingkungan. Namun, tentu saja tidak terlepas dari kelemahan terhadap penerapannya, yaitu :

  1. Biaya awal yang lebih tinggi, terutama dalam penerapannya. Meskipun desain ramah lingkungan menghemat biaya dalam jangka panjang, investasi awal untuk membangun atau mengkonversi bangunan menjadi bangunan hijau seringkali lebih mahal. Ini disebabkan oleh harga material berkelanjutan dan teknologi yang tinggi. Namun, hal ini tidak masalah karena akan digunakan secara berkelanjutan jadi tentu penggunaan alat diharapkan juga yang canggih dan mahal, sehingga dampak akan benar-benar dirasakan.
  2. Ketersediaan material dan teknologi yang terbatas, material dan teknologi yang ramah lingkungan tidak selalu tersedia disemua wilayah, sehingga mungkin perlu didatangkan dari tempat lain, yang bisa menambah biaya dan waktu pembangunan.
  3. Perawatan yang lebih rumit, bangunan ramah lingkungan memerlukan perawatan khusus, terutama jika menggunakan teknologi canggih, seperti sistem daur ulang air atau panel surya. Ini mungkin memerlukan pelatihan khusus bagi tim pemeliharaan atau biaya tambahan untuk jasa pemeliharaan.
  4. Kesulitan dalam perubahan desain dibangunan lama, merenovasi atau mengkonversi bangunan lama menjadi ramah lingkungan seringkali lebih sulit dibandingkan membangun dari awal. Proses ini dapat melibatkan perubahan struktural besar-besaran yang memakan waktu dan biaya.
  5. Efektivitas tergantung pada lingkungan, beberapa desain ramah lingkungan, seperti taman vertikal atau panel surya, mungkin tidak optimal di lingkungan tertentu. Misalnya, panel surya akan kurang efektif di kota yang sering berawan sementara taman vertikal mungkin memerlukan banyak air dan perawatan di daerah panas.
  6. Keterbatasan keterampilan dan tenaga ahli, tidak semua kontraktor atau arsitek memiliki keahlian dalam pembangunan ramah lingkungan, sehingga terkadang sulit menemukan tenaga ahli yang mampu mengimplementasikan desain dengan benar. Ini dapat mempengaruhi kualitas dan efektifitas desain.

Desain ramah lingkungan pada bangunan perkotaan memberikan banyak manfaat baik dari segi efisiensi energi, kualitas hidup, hingga dampak lingkungan. Namun, tantangan seperti yang disebutkan diatas perlu benar-benar dipertimbangkan dengan matang, sehingga tidak hanya sekedar konsep dan ide belaka, tidak hanya sekedar mengeluarkan biaya dalam jumlah besar, tapi benar-benar dieksekusi dengan cepat dan tepat, kalau perlu efisiensi harus terlaksana. Dengan perancangan yang tepat, bangunan ramah lingkungan dapat menjadi investasi berharga bagi keberlanjutan lingkungan dan ekonomi dalam jangka dalam jangka panjang.

Beberapa kota di dunia telah menerapkan desain ramah lingkungan yang menjadi contoh sukses kota hijau, salah satunya negara di asia tenggara yaitu Singapura dan Indonesia.

  • Singapura-Kota Taman Tropis, menerapkan konsep kota dalam taman dengan taman vertikal di gedung-gedung, taman di atap. Dan hutan kota di berbagai titik. Garden By The Bay adalah salah satu contoh taman yang ikonik dengan struktur “Supertree” yang menghasilkan energi melalui panel surya. Singapura juga menerapkan sistem manajemen air yang canggih untuk daur ulang dan pengelolaan air hujan.
  • Indonesia juga tidak kalah dengan konsep green building, yang dirancang untuk meminimalisasi dampak lingkungan dan mendukung keberlanjutan. Beberapa diantaranya :
  1. Kantor Bank Indonesia Surabaya, gedung ini memanfaatkan teknologi hemat energi dan sistem pendinginan udara yang ramah lingkungan. Selain itu bangunan tersebut menggunakan material bangunan berkelanjutan dan menerapkan prinsip daur ulang air limbah untuk digunakan kembali.
  2. Gedung Pertamina Energy Tower Jakarta, memanfaatkan energi terbarukan seperti tenaga angin dan sistem ventilasi alami. Salah satu gedung yang dirancang untuk mengurangi jejak karbon dan menjadi ikon arsitektur hijau di Indonesia.
  3. Green Office Park BSD City, Tanggerang salah satu kawasan perkantoran ramah lingkungan pertama di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi gold dari GBCI. Memanfaatkan sistem daur ulang air hujan, material bangunan ramah lingkungan.

Bangunan-bangunan ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam mendukung keberlanjutan lingkungan melalui arsitektur dan desain. Penggunaan teknologi ramah lingkungan, optimalisasi energi, serta pengelolaan sumber daya yang baik diharapkan bisa menjadi contoh dan menginspirasi bangunan lain di seluruh Indonesia kedepannya. Desain ramah lingkungan untuk perkotaan semakin penting di tengah meningkatnya urbanisasi dan perubahan iklim.

Berikut beberapa solusi yang diharapkan dapat diterapkan untuk mewujudkan kota yang lebih berkelanjutan :

  1. Taman vertikal dan rooftop garden, menanam tanaman di dinding bangunan atau diatap menjadi solusi alternatif bagi tempat tinggal yang tidak memiliki lahan luas atau lahan terbuka hijau, hal ini dapat membantu mengurangi panas, meningkatkan kualitas udara, dan menyediakan ruang hijau tambahan di area perkotaan yang terbatas. Selain itu, ruang hijau ini dapat digunakan untuk menanam tanaman pangan, mendukung konsep pertanian perkotaan.
  2. Transportasi berkelanjutan, pengembangan jaringan transportasi umum yang efisien, seperti kereta api, bus listrik, atau sepeda dapat mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi. Pembangunan jalur sepeda dan trotoar yang nyaman juga akan mendorong masyarakat beralih ke transportasi ramah lingkungan.
  3. Penggunaan energi terbarukan, mengintegrasikan sumber energi terbarukan, seperti panel surya digedung-gedung atau penggunaan turbin angin kecil di kawasan tertentu, dapat membantu mengurangi ketergantungan pada energi fosil.pemerintah kota juga bisa memberikan insentif bagi warga atau perusahaan yang beralih ke energi terbarukan.
  4. Bangunan hemat energi, mendesain bangunan dengan konsep hemat energi, seperti isolasi termal, pencahayaan alami, dan penggunaan bahan bangunan ramah lingkungan dapat mengurangi konsumsi energi. Sertifikasi bangunan hijau, seperti LEED atau Green Building Council Indonesia juga bisa menjadi acuan. Beberapa pejabat negara, seperti Ridwan Kamil banyak memberikan kontribusi pembangunan rumah yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, seperti penggunaan sampah atau botol plastik yang masih bisa dimanfaatkan untuk dinding sebagai ventilasi udara dan memiliki nilai estetik. Desain Ridwan ini sangat terkenal hingga menjadi bahan acuan bagi arsitek indonesia.
  5. Manajemen air dan daur ulang air, sistem daur ulang air limbah dan pemanasan air hujan bisa membantu memenuhi kebutuhan air bersih dan mengurangi tekanan pada sumber daya air. Sistem ini juga bisa digunakan untuk mengairi taman kota atau area hijau lainnya. Karena selama ini untuk penyiraman tanaman kota menggunakan mobil truk pengangkut air. Apabila bisa lebih efisien dan cepat kenapa tidak ?.
  6. Pengelolaan sampah yang terintegrasi, kota ramah lingkungan perlu memiliki sistem pengelolaan sampah yang baik seperti daur ulang, kompos, dan pengurangan limbah plastik. Fasilitas daur ulang di tempat umum, dan program edukasi untuk mendorong masyarakat memilah sampah adalah langkah penting.
  7. Pengembangan ruang terbuka hijau, meningkatkan jumlah ruang terbuka hijau, seperti taman kota, hutan kota, atau koridor hijau disepanjang jalan, membantu memperbaiki kualitas udara, menyediakan habitat bagi keanekaragaman hayati, dan menciptakan tempat rekreasi bagi masyarakat.
  8. Pengurangan emisi karbon dari industri dan bangunan, pemerintah kota bisa memberlakukan peraturan untuk mengurangi emisi karbon dari bangunan dan industri, seperti pemasangan filter emisi, penggunaan bahan bakar bersih, dan penerapan standar emisi rendah.

Solusi ini perlu didukung dengan kebijakan yang mendorong kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih hijau dan berkelanjutan. .

Daftar Pustaka

Tri Rismaharini, “Bangunan Hijau di Indonesia : Panduan Praktis”.

A.T.Sugeng Saryono, “Green Architecture : Dasar-Dasar Arsitektur Hijau”.

Iwan Sudradjat, “Arsitektur Berkelanjutan : Teori dan Praktik di Indonesia”.

.

Centre for Development of Smart and Green Building (CeDSGreeB) didirikan untuk memfasilitasi pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) di sektor bangunan melalui berbagai kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pelatihan. Selain itu, CeDSGreeB secara aktif memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan yang mendorong dekarbonisasi di sektor bangunan, khususnya di daerah tropis.

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 4.9 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 45

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

One Comment

  1. Reni 13 November 2024 at 19:28 - Reply

    Bangunan Ramah Lingkungan di Indonesia : Mengapa Desain Hijau Menjadi Penting? Tulisan yang bagus, dan bermanfaat.. semoga terus berkarya ya

  2. Indah 18 November 2024 at 12:26 - Reply

    Betul biaya diawal lebih tinggi. Panel surya yang belum ‘umum’ masih sangat mahal, saya memutuskan membelinya mencicil dan sudah nampak di konsumse pembelian token listrik dari 1.4juta per bulan sekarang hanya 900ribuan saja, sdh 10 bulan kami nikmati listrik dibawah 1juta Rupiah rasanya lega. Lubang biopori adalah favorit suami, hasilnya pun sudah terasa, tanah disekitar rumah lebih gembur & subur, tanpa perawatan berarti, tomat, cabai, jagung & singkong tumbuh sehat di halaman belakang.
    Terus berkarya & menginspirasi ya KK penulis :)

  3. Hendy 18 November 2024 at 12:37 - Reply

    Green housing menjadi konsep yang menarik untuk diteliti lebih lanjut.

  4. lukman azhar 18 November 2024 at 18:09 - Reply

    Artikelnya keren banget! Gak cuma jelasin konsep green building, tapi juga kasih contoh real yang relatable banget, kayak bambu biopori. Simple, tapi impactful—bikin mikir kalau hal kecil bisa kasih efek gede buat lingkungan!

Leave A Comment