Akselerasi Bangunan Hijau di Perkotaan: Desain Ramah Lingkungan untuk Menghadapi Tantangan Urbanisasi

📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 39

Ditulis oleh Dhanesya Retna Wardani

Urbanisasi yang pesat telah menjadi fenomena global yang membawa perubahan besar dalam tatanan masyarakat dan lingkungan. Pertumbuhan jumlah penduduk di kota-kota besar tidak hanya meningkatkan kebutuhan akan lahan dan infrastruktur, tetapi juga memberi tekanan pada sumber daya alam yang terbatas. Di Indonesia, peningkatan urbanisasi terlihat dari semakin padatnya kota-kota seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan. Proses ini menimbulkan berbagai tantangan lingkungan, seperti tingginya konsumsi energi, meningkatnya pencemaran udara, dan dampak yang signifikan terhadap perubahan iklim. Dengan semakin padatnya penduduk kota, kebutuhan akan energi untuk listrik, transportasi, serta fasilitas publik terus meningkat, sementara polusi dari kendaraan dan industri semakin memperburuk kualitas udara yang berdampak negatif pada kesehatan masyarakat.

Untuk mengatasi tantangan ini, konsep bangunan hijau dan bangunan cerdas (smart building) mulai diperkenalkan sebagai solusi inovatif yang berpotensi memperbaiki kualitas lingkungan perkotaan. Bangunan hijau mengacu pada konstruksi dan desain yang ramah lingkungan, yang bertujuan untuk mengurangi konsumsi energi, meningkatkan efisiensi penggunaan air, serta meminimalkan dampak limbah terhadap lingkungan. Di sisi lain, bangunan cerdas memanfaatkan teknologi digital untuk mengatur penggunaan energi secara otomatis, seperti mengatur pencahayaan dan pendinginan ruangan berdasarkan kebutuhan. Dengan integrasi teknologi cerdas ini, bangunan dapat beradaptasi secara lebih efisien dengan kebutuhan penghuninya sekaligus mengurangi jejak karbonnya.

Di Indonesia, pengembangan bangunan hijau dan cerdas telah menjadi isu yang semakin penting di tengah tingginya laju urbanisasi. Konsep ini menawarkan jalan keluar yang praktis dan berkelanjutan dalam menghadapi tantangan perkotaan yang kompleks, mulai dari polusi udara hingga pemanasan global. Selain membantu mengurangi emisi karbon, bangunan hijau juga berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat perkotaan dengan menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan nyaman. Pemerintah dan para pemangku kepentingan di sektor swasta pun mulai menyadari pentingnya mengimplementasikan bangunan hijau untuk mencapai target pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals) serta memenuhi komitmen Indonesia dalam mengurangi emisi karbon sesuai dengan perjanjian internasional.

Namun, untuk mewujudkan akselerasi pembangunan bangunan hijau ini dibutuhkan komitmen dan kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, pengembang, masyarakat, serta akademisi. Di tengah perkembangan teknologi yang pesat, penerapan konsep bangunan hijau dan cerdas tidak hanya mungkin, tetapi juga perlu untuk menghadapi tantangan masa depan. Bangunan hijau bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan bagi masyarakat perkotaan dalam mewujudkan lingkungan yang berkelanjutan, sehat, dan berdaya saing tinggi.

.Sumber : Constructive Voices

Bangunan hijau, atau yang dikenal dengan istilah green building, adalah bangunan yang dirancang dengan pendekatan khusus untuk meminimalkan dampak lingkungan. Prinsip utama dari bangunan hijau adalah memanfaatkan energi, air, dan material secara efisien serta meminimalkan limbah yang dihasilkan selama proses konstruksi maupun operasionalnya. Bangunan ini sering kali menggunakan teknologi ramah lingkungan, seperti panel surya untuk energi, sistem pengumpulan air hujan, serta material daur ulang yang rendah emisi karbon. Dengan memprioritaskan efisiensi energi dan penggunaan sumber daya alam yang bijaksana, bangunan hijau mampu mengurangi jejak karbon dan membantu menjaga kelestarian alam. Pendekatan ini menjadi semakin penting di tengah tantangan perubahan iklim yang semakin akut dan kebutuhan untuk beralih ke praktik pembangunan yang lebih berkelanjutan.

Selain berdampak positif terhadap lingkungan, bangunan hijau juga menawarkan manfaat ekonomi dan kesehatan bagi penghuninya. Secara ekonomi, bangunan hijau dapat mengurangi biaya operasional karena penggunaan energi dan air yang lebih hemat, serta masa pakai yang lebih lama berkat penggunaan material yang tahan lama dan berkualitas tinggi. Dari sisi kesehatan, bangunan hijau umumnya dirancang dengan sistem ventilasi yang baik, pencahayaan alami, dan ruang hijau yang menciptakan lingkungan lebih nyaman dan sehat. Lingkungan yang dirancang dengan baik ini dapat meningkatkan kualitas hidup dan produktivitas penghuni, serta menciptakan keseimbangan antara kebutuhan manusia dan alam. Dengan demikian, bangunan hijau tidak hanya menjadi solusi berkelanjutan yang mendukung keberlanjutan, tetapi juga memberikan kualitas hidup yang lebih baik bagi masyarakat perkotaan.

Elemen utama dari Green Architecture atau arsitektur hijau:

Sumber : https://febbypunya.blogspot.com/

Pesatnya pertumbuhan populasi perkotaan berdampak langsung pada meningkatnya kebutuhan lahan, energi, dan air, yang sering kali mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan. Di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, urbanisasi memicu peningkatan kepadatan bangunan dan memperburuk kualitas udara akibat polusi. Emisi karbon yang dihasilkan oleh gedung-gedung bertingkat dan sektor transportasi turut menciptakan fenomena urban heat island, di mana suhu di area perkotaan menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah pedesaan di sekitarnya.

.Ilustrasi vertical garden pada bangunan tinggi sebagai salah satu solusi ramah lingkungan:

Sumber : mutiari garden

Desain ramah lingkungan bertujuan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan melalui pendekatan-pendekatan inovatif. Misalnya, penggunaan desain bangunan pasif, ventilasi alami, dan pencahayaan alami untuk memaksimalkan efisiensi energi. Elemen penghijauan seperti taman atap dan vertical garden juga diterapkan untuk membantu menurunkan suhu dan mengurangi polusi di lingkungan perkotaan. Kombinasi antara desain arsitektur yang hemat energi dan penggunaan material yang berkelanjutan memungkinkan pengurangan konsumsi energi secara signifikan, yang pada akhirnya berkontribusi pada kelestarian lingkungan.

Bangunan cerdas adalah inovasi yang memanfaatkan teknologi untuk mengelola energi, air, dan material secara efisien. Teknologi sensor, misalnya, dapat mengatur pencahayaan dan pendinginan secara otomatis, sehingga menghemat energi. Selain itu, penggunaan panel surya dan sistem pengumpulan air hujan membantu meningkatkan efisiensi sumber daya bangunan. Sistem terintegrasi pada bangunan cerdas juga memungkinkan pemantauan dan pengelolaan energi secara real-time, yang efektif dalam menekan konsumsi energi serta mengurangi biaya operasional.Contoh penerapan bangunan hijau di Indonesia dapat dilihat pada Gedung BNI di Jakarta, yang menggabungkan taman atap dan sistem ventilasi alami serta memanfaatkan material ramah lingkungan. Di sisi lain, Green Office Park di BSD City memanfaatkan sistem panel surya untuk mengurangi konsumsi energi dan menyediakan ruang terbuka hijau bagi penghuninya. Penerapan konsep ini tidak hanya berdampak positif bagi lingkungan, tetapi juga menarik minat investor yang semakin memperhatikan aspek keberlanjutan dalam investasi mereka.

.Gambar:Contoh Bangunan hijau di Indonesia yaitu Green Office Park di BSD City dan BNI

Penerapan bangunan hijau di Indonesia masih menghadapi beberapa kendala, seperti biaya awal yang tinggi, regulasi yang terbatas, serta tingkat kesadaran yang rendah di kalangan masyarakat dan pengembang. Selain itu, infrastruktur teknologi yang dibutuhkan untuk mendukung bangunan cerdas belum sepenuhnya tersedia di sejumlah kota. Kendala-kendala ini menghambat pertumbuhan bangunan hijau, meskipun permintaan untuk hunian dan ruang perkantoran yang ramah lingkungan terus meningkat.

Untuk mempercepat pengembangan bangunan hijau di Indonesia, beberapa strategi dapat diterapkan, antara lain pemberian subsidi atau insentif pajak kepada pengembang yang membangun bangunan ramah lingkungan, penguatan regulasi efisiensi energi, serta kampanye edukasi publik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Pemerintah juga bisa bekerja sama dengan sektor swasta untuk mengembangkan infrastruktur teknologi yang mendukung bangunan cerdas. Kolaborasi ini akan memudahkan terwujudnya lingkungan perkotaan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Bangunan hijau dan cerdas menjadi solusi strategis yang efektif dalam mengatasi tantangan urbanisasi di Indonesia. Dengan menerapkan desain yang ramah lingkungan dan mengintegrasikan teknologi yang efisien, kita dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan menciptakan kehidupan yang lebih sehat bagi penghuni perkotaan. Akselerasi pengembangan bangunan hijau di Indonesia memerlukan dukungan dari semua pihak, baik pemerintah, pengembang, maupun masyarakat, untuk mewujudkan kota yang lebih berkelanjutan dan tangguh di masa depan.

Daftar Pustaka

American Institute of Architects (AIA). (2019). Framework for Design Excellence. American Institute of Architects.

Chen, Z., Jia, P., & Lau, S. S. Y. (2020). Green Building in High-Density Cities: Perspectives and Challenges. Energy and Buildings, 113(3), 119-127.

Constructive Voices. (2023). Green Buildings: The Path to Sustainability in Urban Areas. Constructive Voices.

Green Building Council Indonesia (GBCI). (2021). Green Building Rating System Indonesia. GBCI.

International Finance Corporation (IFC). (2020). Green Buildings: A Finance and Policy Blueprint for Emerging Markets. IFC.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). (2021). Strategi Nasional Pengembangan Green Building. KLHK.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). (2020). Pedoman Bangunan Gedung Hijau Indonesia. Kementerian PUPR.

Lechner, N. (2019). Heating, Cooling, Lighting: Sustainable Design Methods for Architects. John Wiley & Sons.

Nguyen, B. K., & Altan, H. (2011). Comparative Review of Five Sustainable Rating Systems. Procedia Engineering, 21, 376-386.

Rosenow, J., Eyre, N., & Guertler, P. (2019). The impact of green buildings on urban sustainability: Perspectives and Challenges. Journal of Sustainable Architecture and Urban Development, 7(2), 45-61.

United Nations Environment Programme (UNEP). (2021). Buildings and Climate Change: Summary for Decision-Makers. UNEP.

World Green Building Council (WGBC). (2022). The Business Case for Green Building. World Green Building Council.

Centre for Development of Smart and Green Building (CeDSGreeB) didirikan untuk memfasilitasi pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) di sektor bangunan melalui berbagai kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pelatihan. Selain itu, CeDSGreeB secara aktif memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan yang mendorong dekarbonisasi di sektor bangunan, khususnya di daerah tropis.

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 3 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 2

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment