Beton Daur Ulang: Solusi Pengembangan Bangunan Hijau Dengan Pemanfaatan Limbah Konstruksi
Ditulis oleh Tanti Ayu Safrida
“Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.” – Gro Harlem Brundtland
Saat ini pembangunan dilakukan tanpa henti yang diiringi populasi penduduk yang terus meningkat. Tetapi pembangunan terus dilakukan sehingga terus menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan tanpa memikirkan masa depan untuk generasi mendatang. Keegoisan manusia inilah yang menjadikan alam semakin hancur, sehingga emisi karbon yang terus meningkat, iklim yang tidak menentu adalah salah satu dampak dari pemanasan global yang terus meningkat.
Salah satu penyebab meningkatnya emisi karbon adalah konstruksi bangunan. Sebuah bangunan konstruksi menghasilkan emisi karbon yang berbahaya, berdasarkan laporan yang dipublikasikan oleh perserikatan bangsa-bangsa (United Nations), berjudul ‘Buildings and Climate Change’ menyatakan bahwa 30% sampai 40% energi dipergunakan untuk bangunan[1]. Dalam upaya menjaga lingkungan dalam pengaruh pemanasan global ini diperlukan sebuah inovasi baru dalam konstruksi pembangunan berkelanjutan untuk melengkapi kebutuhan tanpa merugikan generasi selanjutnya. Hal ini mendorong dibutuhkannya sebuah inovasi baru dalam pengembangan bangunan hijau.
Saat ini gerakan baru yang muncul di dunia perancangan bangunan dan lingkungan adalah “Bangunan Hijau”. Konsep pembangunan ini terarah pada pemakaian dan struktur yang sangat mengindahkan lingkungan dan menghemat sumber daya. Salah satu inovasi dalam pembangunan bangunan hijau yang dapat digunakan adalah penggunaan beton daur ulang, beton daur ulang ini terbuat dari beton bekas yang telah dihancurkan dan diolah kembali untuk digunakan dalam konstruksi baru. Bangunan hijau mengurangi penggunaan sumber daya alam untuk menjamin bahwa generasi mendatang tidak akan menderita lebih banyak daripada yang mereka alami saat ini[2].
Dengan adanya pembangunan tak dapat dihindarkan adanya limbah-limbah konstruksi. Penanganan limbah konstruksi tak jarang masih asal-asalan, terkadang limbah dibuang begitu saja di lahan yang kosong. Di Indonesia sendiri tingkat kesadaran mengenai pengolahan limbah konstruksi masih sangat-sangat minim[3]. Sehingga limbah-limbah konstruksi ini dapat dimanfaatkan kembali, salah satu contohnya yaitu dapat digunakan untuk agregat pembuatan beton baru. Beton agregat daur ulang adalah beton yang dibuat dari agregat daur ulang dengan bahan limbah beton sebagai pengganti agregat alam[4]. Pembuatan beton daur ulang ini dapat mengurangi pencemaran lingkungan yang terjadi. Pembuatan beton dengan menggunakan agregat daur ulang dalam konstruksi merupakan langkah yang sangat cemerlang demi mendukung dan untuk mengurangi dampak lingkungan pada industri bangunan.
Seiring perkembangan teknologi, pengolahan limbah-limbah konstruksi semakin kreatif dan inovatif dalam mewujudkan bangunan hijau. Dengan inovasi baru pengolahan limbah konstruksi menjadi beton daur ulang dapat menciptakan beton yang memiliki kualitas baik dengan harga yang lebih terjangkau. Salah satu cara untuk membuat beton baru adalah dengan menggunakan limbah yang menumpuk, namun tidak semua limbah dapat digunakan untuk membuat campuran beton[5]. Sebelum penggunaan limbah beton ini harus melewati beberapa langkah untuk memisahkan limbah dengan kotoran sebelum limbah beton dihancurkan, dilakukan pemisahan dan pembersihan untuk menghilangkan kotoran yang tidak diperlukan, seperti fragmen genteng, serat, kaca, dan mortar, serta lapisan mortar yang tersisa di permukaannya[6]. Beton yang sudah dihancurkan ini dikenal sebagai recycled concrete aggregate (RCA) yang digunakan sebagai pengganti agregat alami dalam campuran beton baru. RCA ini memberikan kontribusi yang sangat signifikan dalam mendukung prinsip bangunan hijau yang sangat efisien dalam menghemat sumber daya yang tentu saja memberikan dampak positif terhadap lingkungan.
Seperti yang kita ketahui beton daur ulang memiliki manfaat untuk mengurangi limbah konstruksi yang menumpuk. Akan tetapi tidak hanya itu saja beton daur ulang ini dapat mengurangi kebutuhan akan bahan baru seperti pasir, batu dan kerikil yang membutuhkan energi besar dalam proses pengekstrasian dan pengangkutan. Beton daur ulang juga memiliki fungsi dalam pengurangan emisi karbon karena tidak membutuhkan proses produksi agregat baru dan beton daur ulang ini lebih menghemat biaya dan mengurangi eksploitasi lahan. Tetapi tidak dapat dihindarkan beton daur ulang juga memiliki kekurangan yaitu kekuatan dan daya tahan sedikit lebih rendah dibandingkan beton baru sehingga pemakaiannya cukup terbatas. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hamid et. al. di dalam e-jurnal Matriks Teknik Sipil tentang penggunaan agregat halus daur ulang sebagai pengganti agregat halus alami memberikan pengaruh penurunan yang cukup besar terhadap kuat tekan pada beton berkinerja tinggi grade 80[7]. Keadaan ini tidak lepas dari kontaminasi debu atau kotoran terhadap agregat. Debu ini berasal dari sisa-sisa penghancuran beton lama yang belum sepenuhnya bersih. Debu yang menempel pada permukaan agregat dapat membentuk lapisan penghalang yang menyebabkan ketahanannya mengalami penurunan. Selain itu dengan adanya debu yang menempel dapat menyebabkan beton lebih berpori, sehingga air dan bahan kimia lebih mudah masuk kedalamnya.
Beton daur ulang dan bangunan hijau memiliki hubungan yang berkesinambungan dalam konsep keberlanjutan dan ramah lingkungan. Bangunan hijau yang memiliki tujuan untuk meminimalkan dampak lingkungan dari perancangan, kontruksi, hingga penggunaan dan perawatan, penggunaan beton daur ulang dalam bangunan hijau adalah salah satu langkah dalam mencapai tujuan tersebut. Hal ini sejalan dengan adanya beton daur ulang mwngurangi kebutuhan bahan baru yang sesuai dengan prinsip bangunan hijau yang berfokus pada penggunaan sumber daya yang efisien dan meminimalkan dampak negatif terhadap ekosistem. Dalam penggunaan beton daur ulang dapat mengurangi eksploitasi lahan tambang baru yang selaras dengan tujuan untuk meminimalkan kerusakan lingkungan alam. Dan dalam penerapan beton daur ulang dalam bangunan hijau juga mengurangi dampak emisi karbon serta penurunan jejak karbon secara keseluruhan,
.
Daftar Pustaka
Hamid, Deni Anwar, Solihin As’ad, dan Endah Safitri. “PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT DAUR ULANG TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERKINERJA TINGGI GRADE 80.” e-Jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL 2, no. 2 (2014).
Nugroho, Agung Cahyo. “SERTIFIKASI ARSITEKTUR/BANGUNAN HIJAU: MENUJU BANGUNAN YANG RAMAH LINGKUNGAN.” Jurnal Arsitektur Universitas Bandar Lampung, Desember 2011, 12–22.
Punusingon, Meri Apsari, Banu D Handono, dan Ronny Pandaleke. “UJI EKSPERIMENTAL KUAT TEKAN BETON DAUR ULANG DENGAN BAHAN TAMBAH ABU TERBANG (FLY ASH) DAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN.” Jurnal Sipil Statik 7, no. 1 (2019): 57–67.
Romadhon, Fajar, dan Annisa Kesy Garside. “Aplikasi Perkerasan Jalan Raya Berkelanjutan Dengan Pemanfaatan Daur Ulang Agregat Beton: Tinjauan Literatur.” Seminar Keinsinyuran Program Studi Program Profesi Insinyur 1, no. 2 (14 Desember 2021). https://doi.org/10.22219/skpsppi.v2i1.4361.
Widiati, Iis Roin. “TINJAUAN STUDI ANALISIS KOMPARATIF BANGUNAN HIJAU (GREEN BUILDING) DENGAN METODE ASESMEN SEBAGAI UPAYA MITIGASI UNTUK PEMBANGUNAN KONSTRUKSI YANG BERKELANJUTAN.” PROSIDING KONFERENSI NASIONAL PASCASARJANA TEKNIK SIPIL (KNPTS), 2019, 69–76.
.
.
.
Iis Roin Widiati, “TINJAUAN STUDI ANALISIS KOMPARATIF BANGUNAN HIJAU (GREEN BUILDING) DENGAN METODE ASESMEN SEBAGAI UPAYA MITIGASI UNTUK PEMBANGUNAN KONSTRUKSI YANG BERKELANJUTAN,” PROSIDING KONFERENSI NASIONAL PASCASARJANA TEKNIK SIPIL (KNPTS), 2019, 69–76. ↑
Agung Cahyo Nugroho, “SERTIFIKASI ARSITEKTUR/BANGUNAN HIJAU: MENUJU BANGUNAN YANG RAMAH LINGKUNGAN,” Jurnal Arsitektur Universitas Bandar Lampung, Desember 2011, 12–22. ↑
Fajar Romadhon dan Annisa Kesy Garside, “Aplikasi Perkerasan Jalan Raya Berkelanjutan Dengan Pemanfaatan Daur Ulang Agregat Beton: Tinjauan Literatur,” Seminar Keinsinyuran Program Studi Program Profesi Insinyur 1, no. 2 (14 Desember 2021), https://doi.org/10.22219/skpsppi.v2i1.4361. ↑
Meri Apsari Punusingon, Banu D Handono, dan Ronny Pandaleke, “UJI EKSPERIMENTAL KUAT TEKAN BETON DAUR ULANG DENGAN BAHAN TAMBAH ABU TERBANG (FLY ASH) DAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN,” Jurnal Sipil Statik 7, no. 1 (2019): 57–67. ↑
Punusingon, Handono, dan Pandaleke. ↑
Deni Anwar Hamid, Solihin As’ad, dan Endah Safitri, “PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT DAUR ULANG TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERKINERJA TINGGI GRADE 80,” e-Jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL 2, no. 2 (2014). ↑
Hamid, As’ad, dan Safitri. ↑