PEMANFAATAN ECENG GONDOK | ANTARA Foto

Pemanfaatan Eceng Gondok sebagai Material Eco-Friendly

Last Updated: 11 November 2024By
📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 841

Ditulis oleh Riski Arifin

Eceng gondok sering sekali ditemukan di wilayah Indonesia khususnya pada sawah, danau dan Sungai. Eceng gondok juga sering sekali dianggap sebagai hama atau gulma dikarenakan pertumbuhan yang cepat dan membuat air sebagai tempat tinggalnya dapat menguap lebih cepat. Sehingga akan sangat mengkhawatirkan jika terjadi pada masa panas karena penguapan air yang dapat menyebabkan kelembapan yang tinggi membuat keadaan sekitar menjadi kering dan kepanasan.

Kelembapan yang tinggi akan mengakibatkan udara lebih terasa panas, apalagi diikuti dengan suhu temperature lingkungan yang tinggi. Fenomena yang terjadi saat ini sering kita jumpai setiap rumah tangga memiliki pendingin atau AC. Data menunjukkan pada hamper 20 ribu unti AC di Indonesia terjual setiap bulannya (CNN, 2024). Hal ini akan sangat mengkhawatirkan karena AC berkontribusi sebagai alat penipisan lapisan ozon di stratosfer sehingga akan lebih banyak radiasi UV yang akan tercapai di bumi (Marcelina, 2024). Belum lagi penyumbang rusaknya lapisan ozon yag disebabkan oleh hasil limbah pabrik dan alat trasnportasi yang tidak ramah lingkungan.

Masyarakat tidak kuat beradaptasi dengan keadaan panas serta menggunakan AC setiap rumah. Efek yang terjadi dengan banyaknya penggunaan AC disetiap bangunan baik gedung atau rumah akan terus merusak keadaan lingkungan, serta membuat biaya operasional rumah tangga semakin tinggi. Disebabkan Indonesia negara khatulistiwa sangat memungkinkan jumlah pengguna AC terus meningkat. Sehingga diperlukan pencarian solusi untuk menurunkan kecanduan penggunaan AC yang berlebihan.

Salah satu upacaya dalam menurunkan efek terpaparnya panas kedalam rumah adalah dengan menggunakan insulasi. Insulasi merupakan cara yang sudah ditemukan dari abad 19 untuk mengatur suhu dalam bangunan. Pada zaman dulu insulusi menggunakan Jerami, wol atau tanah liat agar mengatur suhu ruangan tersebut. Dengan cara yang sama kita dapat menggunakan insulasi pada pengunaan rumah tangga yang modern untuk dapat menurunkan penggunaan AC dan paparan sinar UV ke bumi.

Sudah banyak bahan baku pembuatan insulasi, akan tetapi pembuatan insulasi dari ecek gondok sebagai material dianggap hama oleh masyarakat dapat menjadikan solusi. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian bahwa eceng gondok yang dibuat menjadi insulasi menunjukkan ecek gondok menjadi kandidat terkuat jika dibandingkan dengan ampas tebu, ampas kelapa dan jerami, ecek gondok juga sebanding dengan bahan insulasi konvensional(Philip & Rakendu, 2020) Ecek gondok yang memiliki sturuktur batang yang silindir dan berongga dapat digunakan menjadi bahan baku utama insulasi. Batang eceng gondok dikeringkan agar menghilangkan kadar air agar material tidak mudah rusak. Selanjutnya eceng gondok dilakukan pencacahan halus guna untuk melakukan perekatan satu sama lainnya.

PEMANFAATAN ECENG GONDOK | ANTARA Foto

Gambar 1. Eceng Gondok

Setelah dilakukan perakatan eceng gondok, maka dilanjutkan dengan percetakan bentuk insulasi hal ini guna juga penting untuk mengoptimalkan kemampuan menahan panas, semakin tebal insulasi yang dicetak maka semakin baik dalam kemampuannya, umumnya insulasi dibuat dengan ukuran 0,5 cm. dilanjutkan dengan melakukan pengeringan untuk menghilangkan sisa kelembapan dan memastikan material tidak mudah rusak. Selanjutnya insulasi siap ditempelkan dibawah atap rumah. Pengukuran keberhasilan insulasi yang baik menggunakan thermal conductivites.

Thermal conductivites merupakan kemampuan suatu material untuk dapat menghantarkan panas, semakin tinggi nilai konduktivitas menunjukkan semakin baik (Hidayat). Akan tetapi untuk guna dalam pembuatan insulasi diperlukan nilai thermal conductivites yang rendah agar menghambat pengghantaran panas yang dilakukan. Banyak peneltiian yang telah menunjukkan bahwa penggunaan 15% serat ecek gondok dan 85% resin polyester memberikan konduktivitas termal sebesar 0,060 W/m°C, hal tersebut disebabkan oleh struktur mikro semakin bervariasi dan komposit dari serta eceng gondok dan resin polysert menghasilkan banyaknya void(Akbar Saputera et al., 2024).

Gambar 2. Serat Eceng Gondok
Sumber: (Chonsakorn et al., 2019)

Hasil lainnya menunjukkan nilai konduktivitas termal dari eceng gondok tanpa menggunakan polimer menghasilkan nilai berkisar 0,047-0,065 W/m°K, perbedaan ini karena sifat papan dan jenis ukuran partikel tangkai eceng gondok yang disebabkan perbedaan struktur mikro eceng gondok tersebut (Salas-Ruiz et al., 2019). Hasil penelitian lain menunjukkan Ketika ecek gondok digabungkan dengan material komposit berikut hasil konduktivitas termalnya adalah berikut:

Dari hal diatas telah banyak menunjukkan bahwa kegunaan ecek gondok memberikan hasil yang positif untuk menurunkan temperature suatu bangunan karena nilai konduktivitas termal yang rendah sesuai dengan material komposit yang digunakan. Manfaat lain dari penggunaan seabgai insulasi termal, eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk eliminasi noise. Sehingga termanfaatkan untuk peredam suara.

Dari hasil insulasi yang dibuat setidaknya ada 2 hal yang positif yaitu peredam panas dan peredam suara. Suara hujan secara kontinu akan terus terpapar kedalam rumah jika tidak menggunakan peredam, suara hujan akan mengganggu orang yang didalam rumah jika hujan turun dengan lebat dan tidak memiliki peredam suara. Insulasi eceng gondok yang memiliki nilai kepadatan yang rapat akan memberikan efek peredam suara. Ukuran peredam suara adalah menggunakan noise reduction coeffiecien (NRC) yaitu seberapa baik material menyerap suara dari suatu frekuensi dengan nilai skala 0-1. Semakin kecil angka koefisien yang dihasilkkan maka semakian kecil suara paparan yang didengarkan oleh manusia.

Penelitian menunjukkan bahwa batang eceng gondok sebagai filler pada material komposit dapat meningkatkan kemampuan redaman suara dengan maksimal nilai koefisien sebesar 0,343 pada volume filler 40% frekuensi 140Hz sesuai dengan batas kelas antara 0,3 sampai dengan 0,55 (Harfi et al., 2023). Bukti lain menunjukkan ecek gondok memberikan hasil positif ketika frekuensi suara sebesar 500Hz nilai koefisien sebesar 0,45 (Syahputra & Elvaswer, 2023). Dari hasil ini menunjukkan bahwa ketermanfaatan eceng gondok sebagai peredam suara sangat baik dan tergantung dengan cumpuran polimer yang digunakan (Olivares-Marín et al., 2023)

Sehingga dengan hal tersebut menunjukkan bahwa eceng gondok yang dianggap hama oleh masyarakat dapat dimanfaatkan sebagai material yang eco-friendly dan dapat diterapkan oleh masyarakat penggunaan hal tersebut. Banyaknya eceng gondok di sekitar masyarakat perlu menjadi pemanfaatan agar terbentuknya rumah yang sejuk dari paparan sinar matahari serta dapat menjadikan peredam suara dari kebisingan lingkungan sekitarnya. Nilai ekonomis juga menjadi pertimbangan dengan banyaknya ecek gondok disekitar, maka pabrikan perlu berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan insulasi dari serat ecek gondok dan dapat dipasarkan dengan harga yang lebih rendah. Pemanfaatan insulasi eceng gondok menjadikan trobosan untuk menghasilkan bangunan hijau agar terjadi penghematan energi listrik, operasional rumah, serta mengurangi terjadinya sinar UV sesuai dengan peraturan Menteri NO 21 tahun 2021 tentang penilaian kinerja bangunan gedung hijau.

Referensi

Akbar Saputera, M. I., Subagyo, R., & Muchsin, M. (2024). PENGARUH FRAKSI VOLUME DAN SUSUNAN SERAT KOMPOSIT POLYESTER-SERAT ECENG GONDOK TERHADAP NILAI KONDUKTIVITAS TERMAL. JTAM ROTARY, 6(1), 71. https://doi.org/10.20527/jtam_rotary.v6i1.11111

Chonsakorn, S., Srivorradatpaisan, S., & Mongkholrattanasit, R. (2019). Effects of different extraction methods on some properties of water hyacinth fiber. Journal of Natural Fibers, 16(7), 1015–1025. https://doi.org/10.1080/15440478.2018.1448316

CNN, T. (2024, May 4). Cuaca Panas Dongkrak Penjualan AC di RI. CNN Indonesia.

David, R., KA, S., V, B., & Aziz S, S. (2022). Experimental Investigation of the Thermal Insulation Properties of Water Hyacinth – Rice Straw Composite Materials. SSRN Electronic Journal. https://doi.org/10.2139/ssrn.4102269

Hankhuntod, P., Phoo-Ngernkham, T., & Krittacom, B. (2022). Microstructure and Mechanical Properties of Gypsum Board Produced from Water Hyacinth Fiber. Materials Science Forum, 1058, 119–126. https://doi.org/10.4028/p-a4325q

Harfi, R., Achmad, G. A., Firdausi, M., Sumiyanto, & Sugeng, U. M. (2023). Variasi Volume Eceng Gondok Serat Komposit Dalam Peredam Suara . SAINSTECH, 33(1).

Jaktorn, C., & Jiajitsawat, S. (2014). Production of Thermal Insulator from Water Hyacinth Fiber and Natural Rubber Latex. In International Journal of Science (Vol. 11, Issue 2).

Marcelina, N. (2024, May 6). Cukup Mengkhawatirkan, Ini Dampak Penggunaan AC Terhadap Bumi dan Lingkungan. FIMELA.

Olivares-Marín, M., Román, S., Gómez Escobar, V., Moreno González, C., Chaves-Zapata, A., & Ledesma, B. (2023). Thermal performance and sound absorption capability of water hyacinth stems-based materials. Journal of Cleaner Production, 425, 138903. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2023.138903

Philip, S., & Rakendu, R. (2020). Thermal insulation materials based on water hyacinth for application in sustainable buildings. Materials Today: Proceedings, 33, 3803–3809. https://doi.org/10.1016/j.matpr.2020.06.219

Salas-Ruiz, A., del Mar Barbero-Barrera, M., & Ruiz-Téllez, T. (2019). Microstructural and Thermo-Physical Characterization of a Water Hyacinth Petiole for Thermal Insulation Particle Board Manufacture. Materials, 12(4), 560. https://doi.org/10.3390/ma12040560

Sruti, N. M. K. S., Jenaneswari, P. R., Rahayu, M. R., & Syamani, F. (2021). Utilization of Water Hyacinth (Eichhornia crassipes) and Corncob (Zea mays) in Epoxy-based Biocomposite Board for Cool Box Thermal Insulation Material. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 891(1), 012001. https://doi.org/10.1088/1755-1315/891/1/012001

Syahputra, P., & Elvaswer, E. (2023). Karakteristik Koefisien Absorpsi Bunyi dan Impedansi Akustik dari Serat Alam dengan Menggunakan Metode Tabung. Jurnal Fisika Unand, 12(4), 548–553. https://doi.org/10.25077/jfu.12.4.548-553.2023

About the Author: Moch Faisal Hamid

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 4.9 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 194

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

7 Comments

  1. Rizky Aliyong 11 November 2024 at 08:42 - Reply

    Terima kasih ilmunya pak dosen.

  2. Muhammad Havidz, S.T. 11 November 2024 at 11:01 - Reply

    Important, banyak hasil alam Aceh bisa kita jadilan sebagai material eco friendly,. Ini salah satunya eceng gondok, muda mudahan dapat juga material lainnya untuk dijadilam bahan penelitian

  3. drh.Nanda Yulian Syah, M.Si 11 November 2024 at 11:38 - Reply

    Economis
    Condusif
    Eksklusif
    Natural
    Good choice

  4. Heri 11 November 2024 at 14:36 - Reply

    Luar biasa,.. Material mudah ditemukan dan banyak manfaat

  5. Muhamad Yusrifar 11 November 2024 at 19:29 - Reply

    Mantap pemanfaatan eceng gondok sebagai material ramah lingkungan menunjukkan inovasi dan pemahaman mendalam akan potensi sumber daya lokal. Pendekatan yang ditawarkan sangat aplikatif dan relevan untuk solusi keberlanjutan.

  6. Yudi Syahrullah 11 November 2024 at 19:42 - Reply

    Go green

  7. Rina 11 November 2024 at 20:41 - Reply

    Ayoooo segera dibuat produknya dan di uji coba

Leave A Comment