Efisiensi Energi: Mewujudkan Bangunan Pintar Berbasis Teknologi

📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 45

Ditulis oleh Luthfia Khoirunisa.

Dalam era digital yang berkembang pesat saat ini, arsitektur telah menjadi salah satu bidang yang terus berinovasi dan beradaptasi dengan kemajuan   teknologi. Meningkatnya permintaan akan sumber energi bersih dan terbatasnya sumber daya alam menimbulkan tantangan dalam Pembangunan infrastruktur yang hemat energi. Salah satu fokus utama dalam desain bangunan masa kini adalah menerapkan teknologi cerdas ke dalam konsep bangunan yang memungkinkan penggunaan energi yang efisien dan ramah lingkungan. Teknologi cerdas tidak hanya membantu mengurangi biaya operasional, tetapi juga untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan.

Bangunan yang menggunakan teknologi cerdas di dalamnya dinamakan bangunan pintar atau smart building.

  1. Konsep Bangunan Pintar Berbasis Teknologi

Sebuah bangunan dapat dikatakan bangunan cerdas jika bangunan tersebut menggunakan Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan (AI), dan big data. Teknologi cerdas tidak hanya memenuhi kebutuhan fungsional bangunan, tetapi juga responsif terhadap lingkungan sekitarnya serta preferensi penghuninya. Dengan menerapkan teknologi cerdas, berbagai perangkat dalam bangunan, seperti lampu, pendingin udara, dan sistem keamanan, dapat terhubung dan berkomunikasi. Melalui konektivitas ini, bangunan cerdas mampu mendeteksi serta menyesuaikan kebutuhan energi berdasarkan perilaku dan kehadiran penghuninya.

2. Karakteristik Bangunan Cerdas

Bangunan cerdas menerapkan integrasi teknologi berupa suatu perangkat berteknologi otomatisasi yang hemat enegi meliputi utilitas, keamanan, dan telekomunikasi bangunan yang memungkinkan dapat di program sesuai kebutuhan dan dapat dikontrol secara terpusat dan dilakukan otomatis.

Sebuah bangunan pintar memiliki sistem pengendalian otomatis, dimana pemilik maupun pengguna bangunan dapat menikmati keuntungan secara finansial dan dapat meningkatkan kualitas pelayanan maupun pengelolaan. Untuk memenuhi hal-hal tersebut diatas, sebuah bangunan pintar harus memenuhi tiga persyaratan utama yaitu (Wong & Wang 2005):

Bangunan harus memiliki sistem otomasi terkini untuk memantau berbagai macam fasilitas yang diperlukan, seperti pendingin udara, ventilasi, pencahayaan, keamanan kebakaran dan sebagainya, sehingga tercipta suasana lingkungan yang nyaman dan aman bagi para pengguna.

Bangunan harus memiliki infrastruktur jaringan yang baik antar lantai gedung, sehingga arus data dapat dialirkan dengan lancer.

Bangunan harus menyediakan fasilitas telekomunikasi yang memadai.

3. Penerapan Teknologi Cerdas untuk Efisiensi Energi

Berikut ini adalah beberapa teknologi yang dapat diterapkan dalam bangunan cerdas untuk mencapai efisensi pengehmatan energi Listrik secara maksimal, yaitu

  • Sistem Manajemen Energi Terintegrasi :

Sistem ini berfungsi sebagai pusat kontrol yang memantau konsumsi energi seluruh perangkat dalam gedung. Dengan menggunakan analitik big data, sistem dapat mendeteksi pola konsumsi dan memberikan pengaturan untuk penghematan energi.

  • Sensor Gerak dan Cahaya :

Sensor Cahaya mampu mengontrol penggunaan lampu secara otomatis sesuai dengan intensitas cahaya alami yang ada. Di sisi lain, sensor gerak akan memastikan lampu atau perangkat elektronik lainnya hanya menyala ketika ada aktivitas manusia di area tertentu, yang mengurangi pemborosan energi.

  • Sistem HVAC Pintar :

Heating, Ventilation, and Air Conditioning (HVAC) yang terintegrasi dengan IoT dapat menyesuaikan suhu berdasarkan jumlah orang di dalam ruangan dan kondisi cuaca di luar bangunan. HVAC pintar secara otomatis mengurangi penggunaan energi ketika ruangan tidak berpenghuni atau pada waktu-waktu tertentu.

  • Pemanfaatan Energi Terbarukan :

Bangunan cerdas biasanya menggunanakan panel surya atau teknologi berbasis energi terbarukan lainnya untuk mengurangi penggunaan pada energi fosil. Melalui integrasi teknologi ini, energi yang dihasilkan dari sumber terbarukan dapat disalurkan langsung ke sistem bangunan atau disimpan untuk digunakan di waktu lain.

4.Peluang dan Tantangan Penerapan Teknologi Cerdas pada Bangunan Cerdas di Indonesia

Beberapa negara maju di dunia telah lama menerapkan sistem bangunan pintar. Sistem yang memiliki keuntungan yang banyak ini sudah diterapkan di Korea Selatan, Singapura, Jepang hingga berbagai negara di benua Eropa. Indonesia saat ini tengah mempersiapkan platform Bangunan Pintar. Platform ini nantinya akan membuat pengelolaan gedung dan bangunan bertingkat menjadi lebih efisien, transparansi, dan produktif (Putra, 2016).

Menurut data yang dikeluarkan BSRIA (Building Services Research and Information Association), pasar Bangunan Pintar di Asia akan terus tumbuh dari US$ 427 miliar menjadi US$ 1,036 miliar pada tahun 2020 (Soeprajitno, 2016). Ini merupakan peluang besar PINS Indonesia selaku penyedia solusi Smart Building untuk pasar Indonesia.

Kesiapan Indonesia dalam menyongsong dunia (Internet of Things) IoT ini diketahui dalambeberapa tahun ke depan masih akan diaplikasikan dalam skala kecil, yaitu pada penerapan di gedung – gedung perkantoran. Sebagaimana dalam Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 38 Tahun 2012 tentang bangunan gedung hijau yang diterbitkan pada 11 April 2012 yang menjadi dasar pengembangan dan penerapan solusi Bangunan Pintar di Indonesia. Peraturan ini bertujuan mewujudkan penyelenggaraan bangunan gedung yang memperhatikan aspek penghematan dan penggunaan sumber daya secara efisien.

Operasional bangunan pintar yang efektif membutuhkan lebih banyak teknologi berbasis Internet of Things (IoT), terutama teknologi canggih dalam otomatisasi, digitalisasi, dan konektivitas data. Teknologi IoT yang telah digunakan oleh para operator gedung berupa Building Information Modeling (BIM) yang mencakup semua tahap pengembangan gedung mulai dari desain, konstruksi, commissioning, operasional dan pemeliharaan hingga renovasi (Waranggani ,2021).

Saat ini Indonesia sudah menyadari pentingnya peran teknologi untuk mendukung sistem operasional pada bangunan pintar, namun perkembangan yang dilakukan masih terhitung lambat. Hal ini dikarenakan beberapa tantangan, seperti kurangnya kapabilitas sumber daya manusia (SDM), kurangnya teknologi pembangunan, hingga biaya investasi yang tinggi.

Tantangan penerapan bangunan pintar juga dapat dilihat sebagai berikut:

a. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman dikalangan professional desain, karena desainer tekan oleh waktu dan anggaran, konsultan desain sering tidak memiliki pemahaman yang cukup dan pengetahuan tentang isu-isu pemeliharaan selama tahap desain. Akibatnya, ada pertimbangan terbatas untuk layanan pemeliharaan selama masa pakai bangunan.

b. Kurangnya pengetahuan tentang Internet of Things (IoT) dan sistem operasional yang baik.

c. Kesulitan dalam peramalan kondisi masa depan dan perubahan, peningkatan pemanasan global memberikan efek yang signifikan pada iklim sehingga kondisi cuaca yang berubah-ubah. Hal ini menyebabkan masalah servis membangun masa depan dan efektivitas pemeliharaan.

d. Biaya Pembangunan dan perawatan yang mahal.

Mewujudkan bangunan pintar berbasis teknologi merupakan solusi penting untuk menghadapi tantangan penghematan energi dalam sektor arsitektur. Dengan memanfaatkan teknologi IoT, kecerdasan buatan, dan big data, bangunan pintar mampu meningkatkan efisiensi energi, mengurangi biaya operasional, dan menurunkan dampak pencemaran lingkungan.

Indonesia memiliki peluang besar untuk mengembangkan bangunan pintar, terutama dengan dukungan peraturan yang mulai mengutamakan konsep bangunan hijau. Namun, penerapannya masih menghadapi berbagai tantangan seperti keterbatasan sumber daya manusia, teknologi, dan biaya investasi yang tinggi. Pemahaman tentang teknologi bangunan pintar dan sistem IoT yang memadai serta peningkatan kapasitas SDM sangat penting untuk mempercepat adopsi bangunan pintar di Indonesia. Dengan mengatasi tantangan ini, Indonesia dapat mengambil manfaat besar dari inovasi bangunan pintar dalam menciptakan infrastruktur yang lebih berkelanjutan dan efisien energi.

Daftar Pustaka

Wong, K. W., & Wang, C. (2005). Intelligent Building: Automation and Management Systems. Singapore: World Scientific Publishing.

Putra, I. (2016). Pengembangan Platform Bangunan Pintar di Indonesia. Jurnal Arsitektur dan Perkotaan, 12(1), 45-55.

Soeprajitno, T. (2016). The Future of Smart Buildings in Asia. Building Services Research and Information Association.

Waranggani, I. (2021). Penerapan Teknologi IoT dalam Building Information Modeling (BIM). Jurnal Teknologi dan Sistem Informasi, 8(2), 113-121.

Building Services Research and Information Association. (n.d.). Smart Buildings and Energy Efficiency.

Smith, J. (2018). Energy Management Systems in Smart Buildings: A Comprehensive Review. Journal of Sustainable Architecture, 5(3), 231-245.

Zhang, Y., & Wang, S. (2020). The Role of Artificial Intelligence in Smart Buildings. International Journal of Building Technology, 15(4), 311-324.

Putra, B. A. (2016). Persepsi Masyarakat terhadap Konsep Bangunan Pintar sebagai Usaha Penghematan Energi. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI , D 117-122.

Waranggani , A. S. (2021). Smart Building Berbasis IoT Dibutuhkan untuk Kepatuhan Gedung Sehat.6 Oktober 2021.

Centre for Development of Smart and Green Building (CeDSGreeB) didirikan untuk memfasilitasi pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) di sektor bangunan melalui berbagai kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pelatihan. Selain itu, CeDSGreeB secara aktif memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan yang mendorong dekarbonisasi di sektor bangunan, khususnya di daerah tropis.

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 0 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 0

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment