A wall of recycle materials

Description automatically generated

Inovasi Pemanfaatan Sampah Plastik menjadi Material Konstruksi Bangunan Ramah Lingkungan

📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 138

Ditulis oleh Crussel Ostolazha Labianda Amukti

Permasalahan Pembangunan dan Penggunaan Material Konstruksi Bangunan Tidak Ramah Lingkungan

Pembangunan suatu infrastruktur ataupun fasilitas publik memiliki pengaruh dalam hal perekonomian suatu negara. Hal itu disebabkan karena pembangunan menjadi salah satu kunci dalam pertumbuhan perekonomian sebuah negara. Meskipun kegiatan pembangunan menciptakan suatu hal positif, seperti terbukanya lapangan pekerjaan dan memberikan infrastruktur yang dibutuhkan untuk kegiatan sehari – hari masyarakat, tetapi kegiatan ini juga menghasilkan dampak negative terhadap lingkungan [1]. Terdapat 6 parameter penilaian sebuah arsitektur atau bangunan hijau pada Green Building Council Indonesia, yakni: 1) Tepat guna lahan, 2) Efisiensi energi dan konservasi, 3) Konservasi air, 4) Sumber dan siklus material, 5) Kesehatan dan kenyamanan ruang dalam, 6) Manajemen lingkungan bengunan [7]. Material sebagai unit terpenting dalam proses pembangunan, memiliki pengaruh yang besar terhadap lingkungan. Penggunaan material bangunan yang tidak ramah lingkungan dampat mengakibatkan kualitas lingkungan kita menjadi buruk [1]. Material konstruksi bangunan, seperti baja, beton, asbes, cat, pernis, merkuri, timbal, dan lainnya mampu membuat suatu lingkungan menjadi tercemar dan menyebabkan penyakit serius bagi makhluk hidup [2]. Sebagai contoh, penggunaan asbes sangat berbahaya bagi lingkungan sebab dapat mencemari tanah di sekitarnya yang mana dapat merusak keberadaan dan aktivitas mikroorganisme tanah dan tanaman di sekitarnya. Selain itu, serat – serat asbes yang terbawa oleh angin mampu mencemari udara yang kita butuhkan dalam kegiatan bernapas. [3]. Dari penjelasan tersebut, maka tidak mengherankan jika aktivitas konstruksi menjadi salah satu aktivitas yang paling berpolusi dan merusak lingkungan. Untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan yang makin berkelanjutan karena aktivitas pembangunan konstruksi, maka diperlukan pembuatan material konstruksi daur ulang yang mana memanfaatkan berbagai macam material bekas bangunan lama atau juga berasal dari limbah di tempat lain yang mana bertujuan untuk mengurangi banyaknya jumlah limbah yang terbuang begutu saja sekaligus untuk memperpanjang usia bahan material [7].

Inovasi Daur Ulang Material Bangunan Melalui Sampah Plastik dan Serbuk Kaca

Sumber: https://jhontraktor.co/

Sampah plastik dikenal sebagai sampah non-organic yang dalam pembuatannya dibuat dari material bahan kimia yang tidak dapat diperbaharui. Dalam plastik sendiri mengandung berbagai macam zat kimia yang sangat berbahaya apabila kembali ke lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan makhluk hidup. Ditambah lagi negara Indonesia berada di peringkat ke- 2 sebagai penyumbang sampah plastik di dunia [4].

Kaca dikenal sebagai material padat bening yang terbuat dari hasil penggabungan atau peleburan yang didinginkan hingga terbentuk dalam fase padat. Limbah dari kaca ini termasuk dalam jenis sampah anorganik yang sulit terurai secara alami. Apabila limbah kaca ini dibuang secara sembarangan dapat merusak lingkungan dan membahayakan bila masuk ke tubuh makhluk hidup [4].

Inovasi Pembuatan Batu Bata dengan Sampah Plastik dan Serbuk Kaca    

A wall of recycle materials

Description automatically generated    

Sumber: https://www.liputan6.com/

Batu bata menjadi salah satu material dalam pembuatan dinding bangunan yang paling umum digunakan oleh masyarakat di Indonesia. Secara umum, batu bata terbuat dari bahan dasar berupa tanah liat. Untuk menciptakan material konstruksi bangunan yang ramah lingkungan dan mengurangi sampah dan limbah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia, maka diperlukan inovasi pembuatan batu bata dengan menggunakan bahan berupa sampah plastik dan serbuk kaca. Mungkin beberapa orang berpikir batu bata yang terbuat dari sampah plastic dan serbuk kaca memiliki kualitas yang buruk karena tidak tahan panas dan api. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk menghilangkan bahan minyak yang ada di sampah plastik yang mana selanjutnya akan dicampur dengan serbuk kaca [4].

Untuk proses pembuatan bata dari campuran sampah plastik dan serbuk kaca bisa dikatakan sedikit rumit. Langkah pertama adalah menyiapkan bahan baku pembuatan bata dengan mengumpulkan sampah plastik dan serbuk kaca. Kedua adalah proses destilasi. Destilasi sendiri dikenal sebagai proses untuk mengubah beberapa bagian yang sama dari yang awalnya keadaan fase cair menjadi dalam bentuk uap. Dengan begitu akan dihasilkan zat fluida murni dari suatu campuran yang telah dipisahkan [5]. Proses ini dilakukan dengan cara memasukkan sampah plastik sesuai kebutuhan ke dalam alat destilasi. Proses ini nantinya akan mengubah sampah plastik dari fase uap menjadi minyak. Minyak ini nantinya akan terpisah dari sampah plastic dan akan menyisahkan endapan plastic hasil proses destilasi. Ketiga, hasil dari proses destilasi perlu didiamkan selama 100 hingga 120 menit agar berubah menjadi pasta plastik. Keempat, mencampurkan endapan plastik dengan serbuk kaca secara rata ke dalam cetakan yang sebelumnya telah diberi pelumas agar bata tersebut tidak lengket dan tutup dengan rapat cetakan tadi. Kelima, diamkan adonan selama 30 hingga 50 menit dan setelah itu, keluarkan bata dari cetakan [4].

Inovasi ini diperlukan beberapa pembuktian dalam percobaan untuk mengetahui apakah produk ini berkualitas atau tidak. Pertama ada uji daya serap air. Uji ini diperlukan agar kita mengetahui apakah bata ini memiliki kemampuan yang baik dalam menyerap air atau tidak. Secara umum, batu bata yang memiliki kualitas yang bagus memiliki nilai daya serap air kurang dari 20 persen sesuai dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 16-2094-2000. Plastik sendiri dikenal sebagai suatu material yang bersifat kedap air atau tidak memiliki memapuan dalam menyerap air yang baik [6]. Akan tetapi, ternyata bata berbahan plastik dan serbuk kaca ini memiliki kemampuan dalam menyerap air kurang dari 20 persen. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa bata berbahan plastic dan serbuk kaca memenuhi standar nasional kedap air. Sampah plastik dikenal sebagai jenis sampah yang mudah terbakar, sedangkan limbah kaca dikenal sebagai limbah yang tidak mudah terbakar. Setelah dua jenis bahan tersebut dikombinasikan menjadi sebuah inovasi bata bangunan yang telah didestilasikan didapatkan hasil bahwa bata tersebut memiliki waktu untuk meleleh yang lama saat terkena oleh api, yakni 17 menit 40 detik. Lelehan yang dihasilkan pun bukan lelehan yang sempurna membakar semua bata. Hal itu berkebalikan dengan bata berbahan plastic dan serbuk kaca yang tidak mengalami proses destilasi karena bata tersebut meleleh dalam waktu yang lebih cepat yakni dalam waktu 5 menit 23 detik dan meleleh secara sempurna.

Kesimpulan

Pembangunan memang memberikan dampak positif salah satunya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Akan tetapi, pembangunan yang terjadi masih banyak yang menggunakan material konstruksi yang tidak ramah lingkungan akan menyebabkan kualitas lingkungan tempat kita tinggal menjadi buruk. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan inovasi pembuatan material daur ulang yang berbahan material bangunan sebelumnya atau juga bisa dengan menggunakan limbah yang dihasilkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh limbah yang dihasilkan oleh manusia adalah plastic dan limbah kaca. Oleh karena itu, diperlukan inovasi pembuatan bata yang berbahan dasar sampah plastik dan serbuk kaca untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Bata yang dibuat nantinya akan didestilasi yang bertujuan untuk menghilangkan bahan minyak yang ada di sampah plastik. Nantinya akan dihasilkan produk bata berbahan plastic dan serbuk kaca yang tahan api atau ramah api dan ramah lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Gunawan R. 2024. Material Konstruksi Berkelanjutan: Tinjauan komprehensif tentang rekayasa dan aplikasi. Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran. 7(1): 849-854.

[2]https://www.activesustainability.com/construction-and-urban-development/non-polluting-construction-materials/

[3] https://www.idealtata.co.id/bahaya-atap-asbes/

[4] Harpito, Kusumanto I, Ananda YB, Novirza, Silvia. 2020. Pemanfaatan limbah plastik dan kaca sebagai pembuatan bata plastik yang ramah api. Jurnal Rekayasa Sistem Industri. 10(1): 101-112.

[5] Uwar NA, Soselissa ER. 2022. Pengaruh penggunaan air pendingin kondensor terhadap hasil destilasi sampah plastik kapasitas 3 kg. Armatur. 3(1): 11-18.

[6] Nuryati, Amalia RR, Hairiyah N. 2020. Pembuatan komposit dari limbah plastik Polyethylene Terephthalate (PET) berbasis serat alam daun pandan laut (Pandanus tectorius). Jurnal Agroindustri. 10(2): 107-117.

[7]Cahyani RA. 2020. Konsep bangunan rumah tinggal sebagai penerapan arsitektur hijau pada perumahan Sumber Indah Kudus dengan meterial daur ulang. Indonesian Journal of Conservation. 9(2): 101-105.

Centre for Development of Smart and Green Building (CeDSGreeB) didirikan untuk memfasilitasi pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) di sektor bangunan melalui berbagai kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pelatihan. Selain itu, CeDSGreeB secara aktif memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan yang mendorong dekarbonisasi di sektor bangunan, khususnya di daerah tropis.

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 4 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 4

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment