“Tjetar” Teknologi Jendela Pintar: Inovasi Ventilasi Pada Rumah Untuk Mencegah Indoor Air Pollution Berbasis Teknologi Auto Self-Cleaning

Last Updated: 8 November 2024By
📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 127

Ditulis oleh Sherlina Aisyah Setyadewi

A. Pendahuluan

Rumah adalah bangunan yang difungsikan sebagai tempat tinggal atau hunian. Selain itu, rumah juga berperan sebagai tempat berlindung, tempat berkumpul keluarga, cerminan identitas penghuni, dan tempat melakukan aktivitas sehari-hari. Menurut World Health Organization (WHO), rumah adalah struktur fisik yang berfungsi sebagai tempat berlindung, dengan lingkungan yang mendukung kesehatan fisik, mental, dan kondisi sosial yang baik, sehingga bermanfaat bagi kesehatan keluarga dan individu.

Setiap orang menginginkan rumah yang aman dan nyaman. Salah satu ciri utama rumah yang nyaman adalah rumah yang sehat. Rumah yang sehat dapat diwujudkan dengan menciptakan penghawaan dan sirkulasi udara yang baik (Lestari & Pasaribu, 2022). Kenyamanan termal juga membantu menunjang efektivitas kinerja di dalam ruangan (A’yun dkk., 2018). Ruangan yang memiliki kualitas udara yang baik akan meningkatkan laju sirkulasi udara luar (Ratnasari & Asharhani, 2021) dan dengan adanya akses masuk cahaya, ruangan dapat digunakan untuk beraktivitas secara optimal (Ashadi dkk., 2016). Oleh karena itu, pemilik rumah atau calon pembeli rumah yang bijak perlu memprioritaskan sirkulasi udara yang baik serta pencahayaan yang memadai.

Sirkulasi udara dan pencahayaan alami dalam ruangan masih menjadi aspek penting yang perlu diperhatikan saat seseorang akan menempati rumah. Berbagai masalah yang sering muncul terkait sirkulasi udara dan pencahayaan, antara lain ruangan yang lembap, terasa pengap, hingga kurangnya ventilasi yang memadai. Permasalahan ini berkaitan dengan Sustainable Development Goals nomor 11 tentang kota dan permukiman berkelanjutan, di mana pengoptimalan sirkulasi udara dan pencahayaan alami pada bangunan berkontribusi dalam efisiensi energi serta mengurangi ketergantungan pada listrik untuk penerangan dan pengaturan suhu. Salah satu masalah utama yang berkaitan dengan sirkulasi udara dalam ruangan adalah indoor air pollution.

Indoor air pollution atau polusi udara di dalam ruangan adalah penurunan kualitas udara di dalam ruangan akibat kehadiran bahan kimia berbahaya dan zat-zat polutan lainnya. Kualitas udara dalam ruangan dapat tercemar hingga 10 kali lipat lebih buruk dibandingkan udara di luar ruangan. Hal ini terjadi karena ruang tertutup memungkinkan polutan menumpuk lebih banyak dibandingkan area terbuka (Kankaria dkk., 2014). Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2024, setiap tahun, 3,2 juta orang meninggal akibat penyakit yang terkait dengan polusi udara rumah tangga, terutama dari pembakaran bahan bakar padat dan minyak tanah untuk memasak. Partikel dan polutan dalam polusi ini dapat memicu peradangan di saluran pernapasan, mengganggu respons imun, dan mengurangi kemampuan darah dalam mengangkut oksigen. Dari seluruh kematian ini, 32% disebabkan oleh penyakit jantung iskemik, 23% akibat stroke, 21% dari infeksi saluran pernapasan bawah (terutama pada anak-anak), 19% dari penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan 6% disebabkan oleh kanker paru-paru. Mengenai indeks kualitas udara di Indonesia pada tahun 2023, menurut Air Quality Index (AQI), Indonesia berada di peringkat 14 dari 134 negara dengan polusi terburuk rata-rata indeks 105. Kondisi ini menunjukkan bahwa permasalahan indoor air pollution merupakan permasalahan yang serius dan perlu segera ditangani karena berkaitan dengan tingkat polusi.

Jika ditelaah lebih lanjut, ada beberapa faktor yang menyebabkan polusi udara di dalam ruangan. Salah satu penyebab utamanya adalah ventilasi yang tidak memadai (Mora, 2023). Ketika udara di dalam bangunan tidak bersirkulasi dengan baik, polutan dapat terperangkap dan menjadi lebih terkonsentrasi. Ini dapat terjadi akibat kurangnya jendela atau ventilasi, atau karena bangunan dirancang terlalu rapat demi mengoptimalkan efisiensi energi. Selain itu, ventilasi yang kotor juga dapat memperburuk kualitas udara di dalam ruangan. Oleh karena itu, untuk menghindari masalah indoor air pollution, langkah pencegahan perlu diterapkan, baik saat hendak membeli atau membangun rumah, maupun untuk rumah yang sudah dimiliki, dengan memperhatikan aspek ventilasi yang baik.

Saat ini, sebagian masyarakat mulai menyadari masalah ini. Orang-orang mulai memasang dan merawat jendela, rutin membersihkan ventilasi, dan memanfaatkan teknologi modern. Salah satu teknologi yang sudah tersedia saat ini adalah robot pembersih kaca yang mempermudah proses pembersihan jendela. Namun, robot pembersih kaca masih memiliki beberapa kelemahan. Produk-produk tersebut masih membutuhkan relokasi manual antar jendela, sulit menjangkau sudut jendela karena desainnya yang terbatas, memerlukan tempat khusus untuk penyimpanan perangkat, dan hanya bekerja optimal pada jendela dengan permukaan datar. Oleh sebab itu, diperlukan teknologi yang lebih terintegrasi dan fleksibel untuk menjawab kebutuhan calon pemilik rumah atau pemilik rumah yang mengutamakan kemudahan dan efisiensi dalam perawatan bangunan hijau mereka.

Pemilik rumah adalah individu atau keluarga yang memainkan peran penting dalam menjaga kualitas hidup di dalam tempat tinggal mereka. Rumah bukan hanya tempat untuk beristirahat dan berlindung, tetapi juga menjadi wujud komitmen pemilik terhadap kesehatan dan kelestarian lingkungan. Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya udara bersih dan cahaya alami bagi kesehatan, kebutuhan akan jendela yang memungkinkan sirkulasi udara dan pencahayaan yang optimal serta mudah dalam perawatan semakin tinggi. Jika pemilik rumah memperhatikan kualitas ventilasi dan pencahayaan, risiko indoor air pollution akibat sirkulasi yang buruk dapat diminimalisir. Salah satu inovasi teknologi yang dapat dijadikan solusi adalah “TJETAR” atau Teknologi Jendela Pintar.

B. Isi

“TJETAR” atau Teknologi Jendela Pintar adalah teknologi inovatif yang dirancang untuk calon pemilik dan pemilik rumah guna mencegah indoor air pollution dengan pendekatan canggih berbasis jendela pintar. Inovasi yang ditawarkan “TJETAR” adalah ventilasi otomatis yang dapat menyesuaikan bukaan jendela agar cahaya alami masuk sesuai kebutuhan, serta dilengkapi fitur auto self-cleaning yang dapat menjaga kebersihan kaca tanpa perlu dibersihkan secara manual. Fokus utama “TJETAR” adalah meningkatkan kesehatan dan kenyamanan penghuni rumah melalui optimalisasi ventilasi dan pencahayaan alami. Dengan adanya “TJETAR”, pemilik rumah dapat menikmati hunian yang sehat dan ramah lingkungan, tanpa risiko tinggi terhadap indoor air pollution.

“TJETAR” adalah teknologi jendela pintar berbentuk jendela jalusi, yang berbingkai alumni dan terdiri dari beberapa panel kaca tempered horizontal yang dapat diatur sudut bukanya. Bentuk jendela jalusi dipilih karena desainnya memungkinkan sirkulasi udara dan intensitas cahaya alami yang optimal tanpa memerlukan ruang tambahan untuk membuka jendela ke dalam atau ke luar. “TJETAR” menggunakan beberapa teknologi sensor seperti sensor debu PM2.5 untuk mendeteksi kadar debu dan sensor cahaya sekitar (ambient light sensor) untuk mengukur intensitas cahaya di lingkungan sekitar. Kedua sensor ini terhubung ke sistem kontrol yang memproses data dan mengatur bukaan jendela serta mengaktifkan fitur pembersihan otomatis. Teknologi Nano Hydrophobic Coating juga diterapkan pada permukaan kaca untuk mendukung fitur auto self-cleaning. Ketika sensor debu mendeteksi akumulasi partikel di atas ambang tertentu, sistem pembersihan akan aktif, menyemprotkan air untuk membersihkan debu dan kotoran dari kaca. “TJETAR” ini juga menawarkan fleksibilitas kepada pengguna, pengguna dapat mengontrol jendela ini melalui aplikasi, baik dalam mode otomatis yang bisa diatur kapan jendela harus dibuka atau dibersihkan, maupun dalam mode manual yang memberikan kontrol penuh pada pengguna.

Gambar 1. Contoh penggunaan “TJETAR” dan desain rangka dalam bingkai

Gambar 2. Desain User Interface (UI) aplikasi “TJETAR”

“TJETAR” memberikan manfaat yang signifikan dalam mendukung bangunan hijau dengan cara meningkatkan kualitas udara dalam ruangan dan mengoptimalkan pencahayaan alami. Teknologi penyesuaian cahaya otomatis yang dimiliki “TJETAR” membantu mengurangi ketergantungan pada pencahayaan buatan, sehingga pemilik rumah dapat menghemat energi. Fitur auto self-cleaning pada “TJETAR” membantu memastikan jendela tetap bersih tanpa memerlukan pembersihan manual, ini akan memudahkan pemeliharaan bagi pengguna. Selain itu, dengan adanya sensor debu PM2.5, “TJETAR” dapat mendeteksi tingkat polusi dan secara otomatis jendela akan terbuka untuk meningkatkan sirkulasi udara ketika kualitas udara menurun. Hal ini dapat menjadi solusi modern untuk menciptakan rumah yang sehat, terutama di wilayah perkotaan dengan tingkat polusi yang tinggi. Manfaat yang dimiliki “TJETAR” menciptakan solusi yang tidak hanya fungsional, tetapi juga selaras dengan konsep keberlanjutan dan efisiensi dalam bangunan hijau.

Teknologi inovatif akan terealisasi dengan baik dan efektif ketika produk tersebut ramah pengguna dan dapat dikembangkan secara berkelanjutan. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama dari berbagai pihak untuk menciptakan dan merealisasikan “TJETAR”. Para pemangku kepentingan meliputi beberapa pihak utama yang berperan dalam pengembangan dan implementasi teknologi ini di sektor bangunan hijau. Pertama, pemilik rumah atau calon pemilik rumah adalah target pengguna utama, yang diuntungkan dengan peningkatan efisiensi energi, kemudahan perawatan, serta peningkatan kualitas udara dalam ruangan. Selanjutnya, pengembang properti yang fokus pada konsep green building menjadi mitra penting karena produk ini dapat mendukung sertifikasi bangunan hijau dan meningkatkan nilai pasar properti mereka. Selain itu, perusahaan manufaktur dan pemasok material berkontribusi dalam produksi komponen “TJETAR”, seperti kaca tempered dan rangka aluminium, yang harus memenuhi standar keberlanjutan. Pemerintah dan lembaga lingkungan juga berperan sebagai regulator dan pendukung kebijakan yang mendorong inovasi ramah lingkungan. Terakhir, komunitas profesional di bidang konstruksi dan desain arsitektur memegang peran penting dalam sosialisasi dan edukasi “TJETAR” karena dukungan mereka dapat mempercepat adopsi teknologi ini dalam bangunan modern.

C. Penutup

Teknologi inovatif “TJETAR” atau Teknologi Jendela Pintar memiliki banyak manfaat serta berpotensi untuk dikembangkan dalam rangka mengurangi polusi udara dalam ruangan dan meningkatkan pencahayaan alami pada bangunan. Dengan dukungan kolaborasi dari berbagai pihak, inovasi ini dapat diimplementasikan secara efektif dan berkelanjutan. Apabila semua pemangku kepentingan berkomitmen untuk menerapkan teknologi ini, permasalahan indoor air pollution secara bertahap dapat teratasi dan turut berkontribusi pada perbaikan Air Quality Index (AQI) di Indonesia. Dengan demikian, “TJETAR” tidak hanya meningkatkan kualitas hidup penghuni, tetapi juga berperan penting dalam menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat bagi masyarakat.

Daftar Pustaka

THE 17 GOALS | Sustainable Development. (n.d.). Sustainable Development Goals. Retrieved November 5, 2024, from https://sdgs.un.org/goals

Ashadi, Nelfiyanti, & Anisa. (2016). Pencahayaan dan Ruang Gerak Efektif Sebagai Indikator Kenyamanan Pada Rumah Sederhana Sehat yang Ergonomis (Studi Kasus Rumah Sederhana Sehat di Bekasi). Architectural Journal of NALARs Universitas Muhammadiyah Jakarta, 15(1).

A’yun, Q., Wati, P., & Khafidz, M. (2018). Eksplorasi Disain Ventilasi Ruang Kuliah Untuk Mencapai Kenyamanan Termal. EMARA: Indonesian Journal of Architecture, 4(2).

DPUPKP – Rumah, Perumahan, dan Permukiman. (2019, March 12). DPUPKP Kulon Progo. Retrieved November 5, 2024, from https://dpu.kulonprogokab.go.id/detil/52/rumah-perumahan-dan-permukiman

Household air pollution. (2024, October 16). World Health Organization.

Indoor Air Pollution: Understanding the Sources and Solutions. (2023, January 19). Initial. Retrieved November 5, 2024, from https://www.initial.com/sg/blog/air-care/sources-and-solutions-of-indoor-air-pollution

Kankaria, A., Nongkynrih, B., & Gupta, S. (2014). Indoor Air Pollution in India: Implications on Health and its Control. Indian Journal of Community Medicine, 39(4), 203-207.

Kualitas udara di Indonesia: Indeks kualitas udara (AQI⁺) dan polusi udara PM2.5 di Indonesia. (2024). IQAir.

Lestari, D. W., & Pasaribu, R. (2022). Penghawaan Alami pada Rumah Tinggal di Kawasan Permukiman Waduk Pluit dengan Pendekatan Rumah Sehat. MINTAKAT: Jurnal Arsitektur, 23(1), 85-96.

Mora, R. (2023). Ventilation Effectiveness for Satisfactory Indoor Air Quality in Multi-Unit Residential Buildings.

Ratnasari, A., & Asharhani, I. (2021). Aspek Kualitas Udara, Kenyamanan Termal Dan Ventilasi Sebagai Acuan Adaptasi Hunian Pada Masa Pandemi. Jurnal Arsir Universitas Muhammadiyah Palembang, 24-34.

About the Author: Moch Faisal Hamid

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 4.9 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 18

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment