Mengurangi Jejak Karbon menggunakan Material Daur Ulang dalam Bangunan Hijau Berkelanjutan

📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 11

Ditulis oleh Nadinta Aulia Putri

Perubahan iklim merupakan masalah global yang semakin mendesak, bangunan menyumbang sebanyak 40% dari total emisi karbon dioksida (CO2), sehingga strategi untuk mengurangi jejak karbon dalam konstruksi sangatlah penting. Salah satu pendekatan yang menjanjikan adalah penggunaan material daur ulang dalam pembangunan bangunan hijau berkelanjutan. Salah satu cara yang efektif untuk mengurangi jejak karbon adalah melalui penggunaan material daur ulang dalam bangunan bangunan hijau berkelanjutan. Dalam hal ini, akan membahas bagaimana material daur ulang dapat membantu mengurangi jejak karbon dan mendorong bangunan bangunan hijau yang lebih berkelanjutan.

Sumber: https://construction-today.com/

Material daur ulang merupakan pengolahan bahan yang telah digunakan agar bisa digunakan kembali. Sistem Pengolahan ini dapat meningkatkan prasarana limbah material agar dapat di proses dengan cara aman dan efektif. Banyaknya limbah yang digunakan dalam bangunan, seperti beton, kayu, plaster, papan gypsum, kaca, logam, dapat didaur ulang dan digunakan kembali tanpa mengganggu lingkungan. Penggunaan material daur ulang memiliki beberapa manfaat :

1. Mengurangi Limbah

Dengan memanfaatkan material daur ulang, dapat mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dari proyek konstruksi dan pembongkaran.

2. Mengurangi Emisi Karbon

Produksi material baru sering kali membutuhkan energi yang besar, biasanya berasal dari sumber fosil. Dengan menggunakan material daur ulang, dapat mengurangi permintaan akan energi baru dan menurunkan emisi karbon.

3. Penghematan Biaya

Proses daur ulang dapat mengurangi biaya produksi, karena sumber material tersebut berasal dari limbah yang ada, biaya penanganannya biasanya lebih rendah. Dengan memanfaatkan bahandaur ulang, kontraktor dapat menghemat anggaran material secara keseluruhan.

Bahan material yang telah diolah kembali dapat diaplikasikan dalam bangunan hijau berkelanjutan. Bangunan hijau adalah struktur yang dirancang dengan memperhatikan efisiensi energi, penggunaan sumber daya yang berkelanjutan, serta dampak lingkungan yang minimal. Tujuannya untuk menciptakan lingkungan yang tidak hanya sehat bagi penghuninya, tetapi juga ramah lingkungan. Pengurangan jejak karbon adalah komponen kunci dalam pencapaian tujuan ini, dan penggunaan material daur ulang menawarkan solusi yang efektif. Di Kanada, sejumlah proyek gedung hijau telah berhasil memanfaatkan hingga 50% bahan bangunan dari sumber yang didaur ulang. Hal ini didorong oleh kebijakan pemerintah setempat yang mendukung praktik berkelanjutan (Jackie De Burca, 2024).

Manfaat dan pentingnya bangunan hijau berkelanjutan :

1. Menghemat Biaya

Bangunan tanpa pendekatan ramah lingkungan cenderung memiliki biaya pemeliharaan yang lebih tinggi. Ini disebabkan oleh pemasangan panel surya pada bangunan hijau, yang dapat menghemat biaya listrik. Dengan demikian, bisa mengurangi biaya operasional hingga 30% hanya dari aspek listrik. Keberadaan panel surya ini membantu menurunkan tagihan listrik, yang berdampak pada penghematan biaya (Kompas.com, 2019).

2. Mengurangi Jejak Karbon

Manfaat utama dari bangunan hijau adalah untuk mengurangi jejak karbon yang berpengaruh besar pada lingkungan. Kandungan karbon di bumi dapat berdampak rusaknya lingkungan yaitu Global Warming (pemanasal global). Konsep bangunan hijau meminimalisasi hal ini terjadi, karena emisi karbon yang berbahaya bagi bumi, adanya konsep bangunan hijau dapat mengurangi kerusakan atmosfer dan lingkungan bumi.

3. Baik Untuk Kesehatan Tubuh

Dalam jangka panjang, kualitas bangunan hijau dapat memberikan pengaruh positif terhadap kesehatan. Hal tersebut secara jelas terlihat dari bagaimana kualitas udara ruangan yang baik bisa memberikan ruang yang terhindar dari kemungkinan penyakit asma, alergi pernapasan, dan depresi. Ruangan dengan kualitas udara baik juga mampu mendorong peningkatan produktivitas penghuninya.

Dalam perancangan bangunan hijau, pemilihan material daur ulang yang tepat sangat penting untuk memastikan keberlanjutan bangunan tersebut. Material daur ulang tidak hanya membantu mengurangi limbah, tetapi juga mengurangi dampak lingkungan dari proses produksi material baru. Berikut adalah beberapa contoh material daur ulang yang dapat digunakan dalam pembangunan hijau:

1. Kayu Daur Ulang

Kayu adalah material yang sangat cocok untuk didaur ulang, terutama yang berasal dari bangunan yang telah dibongkar. Kayu daur ulang ini dapat dimanfaatkan mulai dari struktur rangka hingga perabotan. Dengan memanfaatkan kayu yang sudah ada, dapat mengurangi kebutuhan akan penebangan pohon. Selain itu, penggunaan kayu daur ulang juga memberikan karakter estetika yang unik pada bangunan.

2. Kaca Daur Ulang

Limbah kaca yang berasal dari jendela yang dibongkar, dapat diproses menjadi produk baru. Dalam bangunan hijau, kaca daur ulang sering dimanfaatkan untuk jendela dan fasad. Penggunaan kaca daur ulang tidak hanya mengurangi kebutuhan akan kaca baru, tetapi juga dapat meningkatkan efisiensi energi dengan memanfaatkan teknologi kaca yang dirancang untuk mengurangi panas dan meningkatkan pencahayaan alami.

3. Benton Daur Ulang

Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang paling umum digunakan, namun proses produksinya memiliki dampak lingkungan yang lumayan besar. Limbah beton yang dihasilkan dari pembongkaran atau renovasi bangunan dapat dihancurkan dan dimanfaatkan kembali sebagai gabungan dalam campuran beton baru. Tindakan ini tidak hanya membantu mengurangi limbah yang masuk ke tempat pembuangan, tetapi juga menurunkan emisi karbon yang dihasilkan selama proses produksinya.

4. Baja Daur Ulang

Baja merupakan salah satu material yang paling banyak didaur ulang di seluruh dunia, menjadikannya pilihan yang sangat berkelanjutan dalam bangunan. Dengan menggunakan baja daur ulang, dapat mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 74% jika dibandingkan dengan penggunaan baja baru (GreenMatch, 2024). Proses daur ulang baja tidak hanya mengurangi kebutuhan akan produksi baja baru, tetapi juga membantu mengurangi limbah yang berakhir di tempat pembuangan.

5. Alumunium Daur Ulang

Pemanfaatan aluminium daur ulang dalam bangunan dapat secara signifikan menurunkan jejak karbon. Dengan proses daur ulang yang lebih hemat energi, setiap ton aluminium daur ulang yang digunakan dapat mencegah 10 ton emisi karbon dioksida (CO2). Ini memberikan dukungan yang kuat terhadap proses pengurangan emisi gas rumah kaca (Garden City Ironan & Metal, 2023)

Di Indonesia, upaya untuk mengurangi jejak karbon dengan memanfaatkan material daur ulang mulai mendapatkan perhatian yang signifikan. Berbagai proyek pembangunan gedung hijau telah berhasil mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan dengan cara memanfaatkan bahan-bahan daur ulang dalam pembangunannya. Penggunaan material ini tidak hanya membantu mengurangi limbah, tetapi juga berkontribusi pada efisiensi energi dan penghematan biaya.

Proyek-proyek ni melibatkan kolaborasi antara pemerintah, pengembang, dan masyarakat untuk menciptakan solusi yang ramah lingkungan. Misalnya, penggunaan beton daur ulang dan kayu bekas dari bangunan yang dibongkar menunjukkan bahwa material ini dapat diolah dan digunakan kembali tanpa mengorbankan kualitas atau estetika. Selain itu, inisiatif tersebut juga meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya keberlanjutan dan perlindungan lingkungan. Dengan langkah-langkah ini, Indonesia menunjukkan komitmennya untuk menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan melalui praktik konstruksi yang inovatif (Prajodi Andaru, 2021). Mengurangi jejak karbon melalui pemanfaatan material daur ulang dalam pembangunan hijau berkelanjutan merupakan langkah penting menuju masa depan yang lebih ramah lingkungan.

Walaupun tantangan dalam penerapan tetap ada, seperti kebutuhan untuk meningkatkan kesadaran akan manfaat material daur ulang dan mengatasi kendala peraturan, kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat sangatlah dibutuhkan untuk mencapai tujuan keberlanjutan ini. Pemerintah dapat memberikan dukungan melalui kebijakan, sementara sektor industri perlu berinovasi dalam penggunaan dan pengolahan material daur ulang. Di sisi lain, masyarakat juga memiliki peran kunci dalam mendorong permintaan untuk praktik ramah lingkungan dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya keberlanjutan.

Dengan usaha bersama memanfaatkan material daur ulang dan menerapkan prinsip keberlanjutan, diharapkan akan menjadi pendorong yang lebih baik untuk menciptakan masa depan yang lebih hijau bagi semua.

DAFTAR PUSTAKA

Aesia, A. (2023, November 1). Apa itu Green Building? Manfaat dan Fungsinya Untuk Kehidupan Yang Lebih Baik. Diambil kembali dari aesia kemenkeu go: https://aesia.kemenkeu.go.id/berita-properti/properti/apa-itu-green-building-manfaat-dan-fungsinya-untuk-kehidupan-yang-lebih-baik-104.html

Andaru, P. (2021, Febriari 10). 14 Green Building di Indonesia Bersertifikat Greenship dari GBCI. Diambil kembali dari Jendela 360: google.com/search?q=sinonim+upaya&sca_esv=b83ae7c870d94983&rlz=1C1ONGR_enID1094ID1094&ei=z8AlZ47FJPWR4-EPkKrtwAo&ved=0ahUKEwjO6L6K_byJAxX1yDgGHRBVG6gQ4dUDCA8&uact=5&oq=sinonim+upaya&gs_lp=Egxnd3Mtd2l6LXNlcnAiDXNpbm9uaW0gdXBheWEyBRAAGIAEMgUQABiABDIFEAAYgAQ

Burca, J. D. (2024, April 8). Sejaran Bangunan Hijau di Kanada. Diambil kembali dari constructive voices: https://constructive-voices.com/id/sejarah-bangunan-hijau-Kanada/

Desasangeh. (2018, September 19). desasangeh. Diambil kembali dari DAUR ULANG SAMPAH: https://desasangeh.badungkab.go.id/berita/32530-daur-ulang-sampah

gardencityironandmetal. (2023, Juni 7). Manfaat Lingkungan dari Daur Ulang Kaleng Aluminium. Diambil kembali dari gardencityironandmetal.com: https://www.gardencityironandmetal.com/blog/the-environmental-benefits-of-recycling-aluminum-cans/

Muamar, A. (2023, Desember 4). Mengenal Bangunan Hijau dan Bagaimana Perkembangannya di Indonesia. Diambil kembali dari greennetwork.id: https://greennetwork.id/unggulan/mengenal-bangunan-hijau-dan-bagaimana-perkembangannya-di-indonesia/

Tim Redaksi. (2029, Juni 20). Bisa Hemat Listrik, Berapa Biaya Pasang Panel Surya. Diambil kembali dari Kompas.com: https://money.kompas.com/read/2019/06/20/165000626/bisa-hemat-listrik-berapa-biaya-pasang-panel-surya-atap-

Tim redaksi Kompas.com. (2024, Januari 26). Bangunan Sumbang 40 Persen Total Emisi Karbon Dioksida Dunia. Diambil kembali dari Kompas.com: https://www.kompas.com/properti/read/2024/01/26/204424021/bangunan-sumbang-40-persen-total-emisi-karbon-dioksida-dunia

Ukpanah, I. (2024, April 29). Dampak Teratas Daur Ulang Berdasarkan Jenis Sampah. Diambil kembali dari greenmatch.co: https://www.greenmatch.co.uk/blog/recycling-statistics

Centre for Development of Smart and Green Building (CeDSGreeB) didirikan untuk memfasilitasi pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) di sektor bangunan melalui berbagai kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pelatihan. Selain itu, CeDSGreeB secara aktif memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan yang mendorong dekarbonisasi di sektor bangunan, khususnya di daerah tropis.

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 0 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 0

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment