Menuju Kota Masa Depan Wujud Desain Ramah Lingkungan
Ditulis oleh Ledy Vinarsinta R. Simanungkalit
Akselerasi pengembangan bangunan hijau dan bangunan cerdas merupakan upaya percepatan dalam merancang, membangun, dan mengoperasikan bangunan yang meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan serta mengoptimalkan penggunaan teknologi untuk menciptakan efisiensi. Bangunan hijau adalah bangunan yang dirancang untuk memaksimalkan efisiensi energi, mengurangi emisi karbon, dan memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan, sementara bangunan cerdas memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, seperti Internet of Things (IoT) dan kecerdasan buatan (AI), untuk mengontrol dan menyesuaikan kinerja bangunan agar sesuai dengan kebutuhan lingkungan dan penghuninya. Melalui akselerasi pengembangan kedua jenis bangunan ini, berbagai kota di dunia diharapkan mampu menghadapi tantangan perubahan iklim, kelangkaan sumber daya, dan kualitas hidup perkotaan yang semakin kompleks.
Saat ini, urbanisasi pesat menambah tantangan besar dalam memastikan keberlanjutan di kawasan perkotaan. Berdasarkan data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sekitar 56% populasi dunia tinggal di daerah perkotaan pada tahun 2022, dan angka ini diperkirakan akan mencapai 68% pada tahun 2050. Seiring meningkatnya jumlah penduduk perkotaan, permintaan energi, air, dan bahan bangunan juga meningkat, yang pada akhirnya berkontribusi pada emisi karbon yang semakin besar. Menurut International Energy Agency (IEA), sektor bangunan dan konstruksi bertanggung jawab atas sekitar 40% emisi karbon global, di mana 28% berasal dari penggunaan energi bangunan sehari-hari, dan sisanya dari proses konstruksi dan pembuatan bahan. Dalam situasi ini, akselerasi pengembangan bangunan hijau dan cerdas menjadi solusi penting yang berpotensi mengurangi jejak karbon dan dampak lingkungan secara keseluruhan.
Konsep bangunan hijau menekankan penggunaan material ramah lingkungan, desain yang memanfaatkan pencahayaan dan ventilasi alami, serta teknologi pengelolaan air hujan untuk menekan konsumsi sumber daya.Data dari World Green Building Council menyebutkan bahwa bangunan hijau dapat menurunkan konsumsi energi hingga 25-30%, emisi karbon hingga 30%, dan konsumsi air hingga 20-50% dibandingkan dengan bangunan konvensional. Di sisi lain, bangunan cerdas menghadirkan teknologi otomatisasi yang memungkinkan pengelolaan energi secara real-time, sehingga energi hanya digunakan ketika diperlukan. Dengan adanya sensor, sistem otomatisasi, dan analitik berbasis data, bangunan cerdas dapat meminimalkan pemborosan energi dan mengoptimalkan kenyamanan bagi penghuninya, yang pada gilirannya dapat berkontribusi pada pengurangan emisi.
Inovasi desain ramah lingkungan yang menggabungkan prinsip bangunan hijau dan teknologi bangunan cerdas menjadi langkah penting dalam mempercepat perkembangan kota berkelanjutan. Desain ini tidak hanya menekan dampak lingkungan dan meningkatkan efisiensi energi, tetapi juga menciptakan ruang hidup yang lebih nyaman dan sehat.Menurut laporan Harvard T.H. Chan School of Public Health, pencahayaan alami dan kualitas udara yang lebih baik di dalam bangunan dapat meningkatkan produktivitas hingga 61%, yang tentunya membawa dampak positif bagi masyarakat perkotaan.Selain manfaat bagi kesehatan dan kenyamanan, bangunan hijau dan cerdas juga memberikan dampak jangka panjang bagi kota-kota besar di seluruh dunia dalam hal pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan .
Kombinasi antara konsep bangunan hijau dan bangunan cerdas membawa peluang besar untuk transformasi perkotaan di masa depan. Di berbagai negara, pemerintah telah mengambil langkah proaktif dengan memberi insentif pada pengembangan bangunan berkelanjutan.Sebagai contoh, Singapore Green Plan 2030 bertujuan mengubah 80% bangunan menjadi bangunan hijau pada tahun 2030, dengan target untuk mengurangi emisi karbon secara signifikan. Dengan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, akselerasi pengembangan bangunan hijau dan cerdas diharapkan dapat mengarah pada kota-kota yang lebih sehat, ramah lingkungan, dan siap menghadapi tantangan iklim.
Untuk membahas solusi desain ramah lingkungan pada bangunan perkotaan, kita dapat melihat pendekatan inovatif yang tidak hanya menekan konsumsi sumber daya, tetapi juga memperbaiki kualitas hidup masyarakat perkotaan. Salah satu solusi desain ramah lingkungan adalah penggunaan ecobrick. Ecobrick adalah konsep inovatif yang mengubah limbah plastik menjadi bahan konstruksi yang dapat digunakan dalam berbagai aplikasi bangunan. Prinsip dasarnya adalah mengolah limbah plastik bekas seperti kantong plastik, pembungkus makanan, atau bahan plastik sekali pakai. Ecobrick berfungsi sebagai alternatif bata bangunan yang ramah lingkungan. Selain menjadi alternatif, ecobrick juga memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Mengurangi Limbah Plastik
Ecobrick membantu mengurangi jumlah sampah plastik yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) atau yang mencemari lingkungan. Plastik membutuhkan ratusan tahun untuk terurai di alam, dan ecobrick menjadi solusi praktis untuk memanfaatkan kembali plastik, mengurangi limbah sekaligus mengurangi kebutuhan area TPA.
2. Mengurangi Emisi Karbon
Dalam proses produksi bahan bangunan konvensional, seperti semen dan bata, emisi karbon yang dihasilkan sangat tinggi. Dengan ecobrick, proses produksinya tidak menghasilkan emisi, dan bahan ini menggunakan limbah plastik yang sudah ada tanpa perlu proses daur ulang yang intensif energi. Hal ini mendukung upaya menekan emisi karbon dari sektor konstruksi.
3. Material Bangunan Alternatif yang Murah dan Mudah Didapat
Bahan utama untuk membuat ecobrick adalah botol plastik dan limbah plastik yang bisa ditemukan hampir di mana saja. Hal ini membuat ecobrick sangat terjangkau bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang memiliki akses terbatas terhadap material bangunan konvensional. Ecobrick telah banyak digunakan dalam pembuatan bangunan sederhana, seperti taman, dinding, dan bahkan furnitur.
4. Mendorong Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah
Proses pembuatan ecobrick sangat sederhana dan bisa dilakukan oleh siapa saja, sehingga memudahkan masyarakat untuk berpartisipasi. Di beberapa komunitas, ecobrick telah dijadikan sebagai program komunitas atau kegiatan di sekolah-sekolah, mengedukasi masyarakat tentang pentingnya mengelola sampah plastik dan menjaga kebersihan lingkungan.
Ecobrick memiliki dampak signifikan dalam mendukung kota berkelanjutan. Dalam jangka panjang, ecobrick dapat mengurangi tekanan terhadap sumber daya dan lingkungan, khususnya di perkotaan yang semakin padat dan memiliki keterbatasan lahan. Menggunakan ecobrick tidak hanya mengurangi ketergantungan pada bahan bangunan yang berdampak besar terhadap lingkungan, tetapi juga menciptakan sistem yang lebih sirkular, di mana sampah diubah menjadi material berguna. Kota-kota di seluruh dunia semakin melihat potensi ecobrick sebagai solusi konstruksi yang sesuai dengan prinsip keberlanjutan.
NO. | ECOBRICK | BANGUNAN KONVENSIONAL |
1. | Terbuat dari olahan plastik non-organik yang tidak dapat terurai. Penggunaan ecobrick membantu mengurangi jumlah sampah plastik di lingkungan. | Umumnya menggunakan bahan baku seperti batu bata, semen, dan pasir yang proses produksinya menghasilkan emisi karbon cukup tinggi. |
2. | Setiap olahan yang dijadikan ecobrick membantu mengunci sampah plastik yang mungkin terbuang ke lingkungan. Ini membantu mengurangi polusi plastik. | Tidak berkontribusi langsung pada pengurangan sampah plastik, bahkan beberapa bahan mungkin membutuhkan plastik dalam pengemasan atau transportasi. |
3. | Proses pembuatannya tidak memerlukan energi besar. | Bahan seperti semen dan beton membutuhkan energi besar dalam proses produksinya, yang berdampak negatif terhadap lingkungan. |
4. | Hanya membutuhkan sampah plastik bekas dan sampah plastik yang sudah ada, sehingga biayanya rendah dan bisa dikerjakan sendiri. | Bahan-bahannya seperti batu bata, semen, dan besi memerlukan biaya lebih tinggi, apalagi dengan kenaikan harga bahan bangunan. |
5. | Ecobrick memiliki isolasi panas yang baik, karena material plastik tidak mudah menghantarkan panas. Biasanya digunakan untuk konstruksi non-struktural. | Bahan seperti batu bata dan beton lebih kuat untuk bangunan struktural dan berperan dalam menopang beban, namun kemampuan isolasi panasnya berbeda. |
Tabel 1 Perbedaan Bangunan Ecobrick dan Bangunan Konvensional
Selain manfaat bagi lingkungan, penggunaan ecobrick dapat memperbaiki kualitas hidup masyarakat perkotaan dengan menyediakan lingkungan yang bersih dari limbah plastik. Pada gilirannya, penggunaan ecobrick mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan seperti pengurangan sampah, infrastruktur berkelanjutan, dan partisipasi komunitas dalam menjaga lingkungan. Dengan penggunaan ecobrick sebagai bagian dari bangunan di kota masa depan, masyarakat tidak hanya membangun lingkungan yang lebih sehat dan bersih, tetapi juga ikut serta dalam upaya global untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan menciptakan kehidupan perkotaan yang lebih ramah lingkungan.
Daftar Pustaka
EnergySage.(2023). How solar panels reduce your carbon footprint. Diakses dari https://www.energysage.com/solar/benefits-of-solar/solar-panels-carbon-footprint/
Harvard T.H. Chan School of Public Health. (2017). The impact of green buildings on cognitive function. Diakses dari https://www.hsph.harvard.edu/
International Energy Agency (IEA). (2022). World energy outlook 2022. Paris: International Energy Agency.
National Renewable Energy Laboratory. (2021). Natural ventilation in buildings: achieving optimal energy performance and comfort. Diakses dari https://www.nrel.gov/buildings/
Perserikatan Bangsa-Bangsa. (2022). World Urbanization Prospects 2022. New York: United Nations.
World Green Building Council. (2020). The business case for green building: A review of the costs and benefits for developers, investors, and occupants. Diakses dari https://www.worldgbc.org/
Singapore Green Plan 2030.(2020). Singapore Green Plan 2030. Diakses dari https://www.sg.gov.sg/greenplan/