Mewujudkan Indonesia Emas Melalui Daur Ulang Bangunan Berkelanjutan
Ditulis oleh Manda Anindya
“The Earth does not belong to us: we belong to the Earth.” — Marlee Matlin.
PENDAHULUAN
Sejak lama, manusia telah menganggap bangunan sebagai salah satu kebutuhan pokok dalam hidupnya, selain pangan dan sandang. Dalam istilah sehari-hari, kita sering menyebut bangunan ini sebagai papan, yang menjadi tempat berlindung sekaligus mencerminkan kebutuhan akan tempat tinggal yang aman dan nyaman. Menurut Karuniastuti (dalam scholar) bangunan hijau atau green building adalah konsep konstruksi yang mengutamakan penggunaan sumber daya alam secara efisien dan berkelanjutan, serta meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa di balik manfaatnya, pembangunan yang terus berkembang juga menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Berkurangnya ruang terbuka hijau dan lahan pertanian, penggunaan bahan bangunan yang tidak ramah lingkungan, serta tingginya konsumsi energi menjadi beberapa faktor yang turut memperparah kerusakan alam. Akibatnya, terjadi peningkatan temperatur udara yang merugikan.
Untuk mengurangi dampak negatif tersebut, konsep green building menawarkan pendekatan yang lebih berkelanjutan dan bersahabat bagi alam. Salah satu pendekatan penting dalam konsep bangunan hijau ini adalah dengan memanfaatkan material daur ulang yaitu, bahan yang telah melalui proses pemanfaatan ulang dari material yang pernah digunakan dengan tujuan mengurangi limbah dan pemakaian bahan baru. Dengan memanfaatkan material daur ulang, proses konstruksi dapat menjadi lebih ramah lingkungan dan hemat energi. Selain itu, material daur ulang membantu mengurangi jumlah limbah konstruksi yang biasanya mencemari lingkungan.
Penggunaan material daur ulang tidak hanya membantu mengurangi pencemaran dan kerusakan lingkungan, tetapi juga dapat menekan biaya produksi bahan bangunan, sehingga memberikan keuntungan ekonomi bagi industri konstruksi. Namun, penerapan material daur ulang dalam konstruksi bangunan masih menghadapi tantangan, terutama dalam hal kualitas dan daya tahan material yang harus sebanding dengan material konvensional agar bangunan tetap aman dan berfungsi optimal. Melalui penelitian lebih lanjut dan dukungan teknologi, material daur ulang diharapkan dapat menjadi solusi utama dalam pembangunan berkelanjutan yang tidak hanya mengurangi kerusakan alam tetapi juga mendukung terciptanya lingkungan yang lebih bersih dan sehat.
ISI
Bangunan telah menjadi elemen yang esensial dalam kehidupan manusia, berfungsi tidak hanya sebagai tempat berlindung, tetapi juga mencerminkan kebutuhan akan kenyamanan dan keamanan. Dalam konteks ini, bangunan hijau atau green building muncul sebagai suatu konsep yang menekankan pada penggunaan sumber daya alam secara efisien dan berkelanjutan, sambil mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Namun, seiring dengan pertumbuhan pembangunan, kita juga dihadapkan pada tantangan lingkungan, seperti berkurangnya ruang terbuka hijau dan tingginya konsumsi energi, yang berdampak pada peningkatan suhu udara yang merugikan.
“Tanpa bangunan pintar, kota tidak bisa menjadi pintar. Dampak dari banyak program kota pintar di seluruh dunia terhenti karena mengabaikan peran bangunan sebagai pendorong kota pintar berkelanjutan. Tidak mungkin, misalnya, bagi kota untuk menggunakan energi secara lebih efisien jika bangunan belum ditata ulang untuk mendukung tujuan tersebut,” ungkap Xavier dalam keterangannya, Kamis (14/3/2019) di Jakarta.
Untuk mengatasi masalah ini, konsep bangunan hijau menawarkan pendekatan yang lebih ramah lingkungan. Salah satu pendekatan yang penting adalah pemanfaatan material daur ulang, yaitu bahan yang telah digunakan sebelumnya dan diproses ulang untuk mengurangi limbah serta penggunaan bahan baru. Dengan penerapan material daur ulang, proses konstruksi menjadi lebih efisien dan dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Selain itu, penggunaan material ini juga dapat menekan biaya produksi bahan bangunan, memberikan keuntungan ekonomi bagi sektor konstruksi.
Namun, ada tantangan dalam penerapan material daur ulang, terutama terkait dengan kualitas dan daya tahan material yang harus sebanding dengan bahan konvensional agar bangunan tetap aman dan berfungsi dengan baik. Inovasi dalam teknologi pengolahan material daur ulang, seperti penggunaan teknologi modern dalam pengolahan limbah, dapat meningkatkan kualitas material ini dan menjadikannya pilihan yang lebih layak dalam konstruksi.
Perubahan iklim juga memiliki peran yang signifikan dalam desain bangunan. Setiap wilayah memiliki karakteristik iklim yang berbeda, yang memengaruhi bentuk dan penggunaan material dalam konstruksi. Pemahaman mengenai siklus iklim dan cuaca harus diterapkan dalam perencanaan arsitektur agar bangunan dapat berfungsi dengan baik dan memberikan kenyamanan bagi penghuninya.
Di sisi lain, isu pemanasan global menjadi tantangan yang tidak dapat diabaikan. Menurut Ji Min dan rekan-rekan (dalam sciencedirect, 2022), peningkatan suhu rata-rata udara diakibatkan oleh emisi gas rumah kaca, yang sebagian besar berasal dari sektor konstruksi. Sektor ini bertanggung jawab atas sekitar 39% emisi CO2 global, sehingga perubahan dalam praktik konstruksi sangat penting untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, strategi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca melalui penerapan praktik ramah lingkungan sangat diperlukan.
Menghadapi tantangan ini, inovasi dalam penerapan material daur ulang menjadi kunci solusi. Dalam konteks ini, teknologi nano muncul sebagai salah satu inovasi yang dapat mendukung penerapan material daur ulang. Teknologi nano digunakan untuk menciptakan material bangunan yang lebih kuat, lebih ringan, dan lebih efisien. Contoh konkret penerapan teknologi nano dalam material bangunan adalah penggunaan nanopartikel dalam cat dan pelapis. Cat yang diformulasikan dengan nanopartikel tidak hanya memiliki daya tahan yang lebih tinggi terhadap cuaca dan polusi, tetapi juga memiliki kemampuan untuk mengurangi penyerapan panas. Hal ini berkontribusi pada efisiensi energi bangunan, karena mengurangi kebutuhan pendinginan di dalam ruangan.
Dengan menggunakan teknologi nano, bangunan dapat lebih tahan terhadap berbagai kondisi cuaca tanpa memerlukan peningkatan jumlah material, sehingga mengurangi dampak lingkungan dari proses konstruksi. Selain itu, teknologi nano juga menawarkan solusi inovatif dalam bidang energi. Nanopartikel dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi sel surya dengan meningkatkan penyerapan cahaya dan konversi energi. Hal ini sangat penting dalam mendukung visi “Indonesia Emas” di masa depan, yang berkomitmen untuk mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil dan transisi menuju energi terbarukan yang lebih bersih.
Dengan integrasi material daur ulang dan teknologi nano dalam konstruksi, kita dapat menciptakan bangunan yang lebih ramah lingkungan, berkelanjutan, dan memenuhi kebutuhan masa depan, sejalan dengan visi Indonesia Emas.
Dengan semua tantangan dan peluang yang ada, sangat penting bagi kita untuk terus mengembangkan dan menerapkan solusi inovatif dalam bidang konstruksi. Melalui kolaborasi antara peneliti, praktisi, dan pembuat kebijakan, masa depan pembangunan berkelanjutan yang lebih ramah lingkungan dapat diwujudkan.
PENUTUP
Dalam era pembangunan yang semakin pesat, konsep bangunan hijau menjadi semakin relevan sebagai langkah strategis untuk menciptakan lingkungan yang lebih berkelanjutan. Penggunaan material daur ulang dalam konstruksi tidak hanya memberikan manfaat lingkungan, seperti mengurangi limbah dan emisi gas rumah kaca, tetapi juga menawarkan keuntungan ekonomi yang signifikan. Meskipun tantangan terkait kualitas dan daya tahan material masih ada, inovasi teknologi dalam pengolahan material daur ulang membuka peluang baru yang menjadikannya alternatif yang lebih layak.
Peran iklim dalam desain bangunan juga sangat penting, karena berbagai faktor iklim memengaruhi desain dan pemilihan material yang digunakan. Dengan pemahaman yang mendalam tentang siklus iklim, kita dapat merancang bangunan yang tidak hanya efisien, tetapi juga nyaman dan sehat bagi penghuninya.
Dalam menghadapi isu pemanasan global, industri konstruksi harus beradaptasi dengan praktik yang lebih ramah lingkungan. Inovasi dalam penerapan material daur ulang, termasuk pemanfaatan teknologi modern, dapat menjadi solusi efektif untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Melalui pendekatan ini, kita berkontribusi pada visi pembangunan berkelanjutan dan mewujudkan “Indonesia Emas” yang berkomitmen pada keberlanjutan dan perlindungan lingkungan.
Dengan langkah-langkah yang tepat, kolaborasi antara berbagai pihak, serta penerapan teknologi yang inovatif, kita dapat mencapai pembangunan yang lebih berkelanjutan dan berkontribusi pada terciptanya lingkungan yang lebih bersih dan sehat bagi generasi mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Karuniastuti, N. (2015). Bangunan ramah lingkungan. Swara Patra: Majalah Ilmiah PPSDM Migas, 5(1). Retrieved from https://ejurnal.ppsdmmigas.esdm.go.id/sp/index.php/swarapatra/article/view/110
Youngster.id. (2023, September 25). Bangunan pintar dan hijau jadi fondasi konsep kota pintar masa depan. Youngster.id. Retrieved from https://youngster.id/news/bangunan-pintar-dan-hijau-jadi-fondasi-konsep-kota-pintar-masa-depan/?amp=1
United Nations Environment Programme. (2023, November 1). CO2 emissions from buildings and construction hit new high, leaving sector with urgent need to reduce. Retrieved from https://www.unep.org/news-and-stories/press-release/co2-emissions-buildings-and-construction-hit-new-high-leaving-sector
Imran, M. (2019). Pengaruh iklim terhadap bentuk dan bahan arsitektur bangunan. RADIAL: Jurnal Peradaban Sains, Rekayasa dan Teknologi, 1(1). Retrieved from https://doi.org/10.37971/radial.v1i1.19
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Airlangga. (n.d.). Penerapan nanoteknologi dalam material bangunan ramah lingkungan. Retrieved from https://ftmm.unair.ac.id/penerapan-nanoteknologi-daiam-material-bangunan-ramah-lingkungan/
Vida. (n.d.). Teknologi nano. Diakses dari https://vida.id/id/blog/teknologi-nano
Ji Min, dan rekan-rekan. (2022) The effect of carbon dioxide emissions on the building energy efficiency. Retrieved from https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0016236122016854