BeeCool: Memanfaatkan Kearifan Lokal Melalui Pendingin Udara Berbentuk Sarang Lebah yang Ramah Lingkungan
Ditulis oleh Syifa Artika Dewi
Pendahuluan
Peningkatan suhu bumi telah menjadi masalah mendesak, apalagi di daerah perkotaan yang minim ruang hijau. Banyak orang berupaya melindungi diri dari cuaca panas dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menggunakan Air Conditioner (AC) untuk menciptakan kenyamanan di dalam ruangan. Namun, penggunaan AC justru berkontribusi pada masalah ini, karena peningkatan signifikan dalam penggunaan listrik untuk pendinginan ruangan menyebabkan ketergantungan yang tinggi terhadap perangkat tersebut. Dulu, AC hanya digunakan oleh segelintir orang dan lembaga, tetapi sekarang telah meluas hingga menjangkau masyarakat menengah. Akses yang lebih mudah ini menjadikan penggunaan AC hal yang umum di semua lapisan masyarakat.
Menyambungkan isu ketergantungan pada AC sebagai faktor peningkatan suhu, terdapat juga faktor yang cukup mempunyai kontribusi besar yaitu polusi udara. Berbagai jenis transportasi, seperti sepeda motor, bus, dan mobil. Keengganan masyarakat dalam menggunakan kendaraan umum meningkatkan produksi asap, yang mengganggu keseimbangan udara di suatu daerah, sehingga polusi udara memperburuk udara dan kenaikan suhu di suatu daerah. Sayangnya, situasi ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar tetapi juga di desa-desa yang seharusnya memiliki udara lebih bersih dan .suasana segar.
Berdasarkan analisis dari 112 stasiun pengamatan milik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) (https://www.bmkg.go.id/), suhu rata-rata di Indonesia mengalami kenaikan sekitar 0,6 °C setiap 30 tahun, dengan suhu rata-rata mencapai 27,0 °C pada tahun 2022. Di tingkat global, suhu rata-rata juga menunjukkan peningkatan sekitar 1 °C (atau 2 °F) sejak era pra industri (1850-1900). Selain itu, data dari stasiun pengamatan BMKG menunjukkan bahwa suhu udara rata-rata bulan April 2024 di Indonesia merupakan yang terpanas dalam 43 tahun pengamatan dengan suhu mencapai 27,74 °C, jauh di atas normal suhu yaitu 26,85 °C yang tercatat pada periode 1991-2020.
Angka tersebut menunjukkan peningkatan pemanasan yang mengkhawatirkan baik di Indonesia maupun di seluruh dunia, dan dapat berdampak buruk bagi kesehatan serta kenyamanan masyarakat. Untuk mengatasi permasalahan ini, banyak pakar berkolaborasi mengembangkan pendekatan yang lebih ramah lingkungan tetapi juga berkelanjutan. Salah satu solusi yang diusulkan dalam esai ini adalah BeeCool sebagai pendingin udara berbentuk sarang lebah, yang memanfaatkan tanah liat sebagai bahan baku utama. Inovasi ini tidak hanya memberikan alternatif yang berkelanjutan, tetapi juga mengangkat kembali pengetahuan tradisional yang ada di masyarakat mengenai pemanfaatan tanah liat, sebagai inspirasi untuk menciptakan ruang sejuk tanpa bergantung pada energi listrik.
Pembahasan
Penggunaan material lokal dalam arsitektur modern memberikan peluang besar untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dari segi lingkungan, ekonomi, dan budaya. Material lokal biasanya lebih sesuai dengan kondisi iklim setempat, sehingga dapat mengurangi kebutuhan energi untuk pemanasan atau pendinginan (Mustafa, 2024). Material lokal juga sebenarnya mudah didapatkan di kawasan-kawasan tertentu dengan harga yang terjangkau.
Menurut Akbar dan Prastawa (2019), sebelum munculnya produk material bangunan inovatif yang lebih ekonomis, masyarakat telah menggunakan tanah liat atau olahan tanah liat seperti genteng dan bata untuk membangun rumah mereka. Penggunaan material ini membuat suhu di dalam rumah tetap sejuk meskipun cuaca diluar sangat panas. Selain ramah lingkungan, penggunaan tanah liat juga mendukung industri lokal pembuatan genteng dan bata. Selain itu, masyarakat juga memanfaatkan pot-pot besar atau yang dikenal sebagai gentong atau kendi sebagai bak mandi. Air yang ditampung dalam gentong atau kendi ini memiliki suhu dingin dan sejuk, konsep dari gentong atau kendi inilah yang menjadi inspirasi utama produk BeeCool.
Saat ini, masyarakat semakin menyadari pentingnya konsep bangunan hijau yang didukung oleh banyak ahli dan program pemerintah. Bangunan hijau merupakan desain yang fokus pada efisiensi energi, di mana sistem bangunan dirancang untuk mengurangi konsumsi listrik dalam pencahayaan dan sirkulasi udara (Karuniastuti, 2022). Dengan demikian, ini dapat mengurangi ketergantungan pada AC dengan mengadopsi solusi yang lebih alami. Selain itu, bangunan hijau juga menggunakan material yang ramah lingkungan. Namun, tampaknya masih diperlukan pemahaman yang lebih mendalam tentang cara mendekatkan diri dengan alam, melalui pengetahuan tradisional dan pemanfaatan sumber daya alam dari aspek-aspek yang sebelumnya kurang diperhatikan.
Produk BeeCool dengan bentuk sarang lebah ini menggunakan tanah liat karena material ini memiliki kemampuan yang baik dalam menyerap panas, berkat massa termalnya yang tinggi. Massa termal adalah kemampuan suatu material untuk menyerap, menyimpan, dan menyalurkan panas, sehingga material ini dapat berfungsi sebagai penyerap sekaligus penyalur panas. BeeCool ini menggunakan konsep evaporatif yang digunakan di sebagian konsep kerja pendingin ruangan yang sudah ada sebelumnya.
Pendinginan evaporatif adalah proses pengkondisian udara yang menggunakan penguapan air untuk mendinginkan aliran udara, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga suhu aliran udara yang didinginkan menjadi lebih rendah dibandingkan sebelum menjalani proses tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa kapasitas pendinginan rata-rata dari sistem evaporatif langsung lebih tinggi sekitar 20% dibandingkan dengan sistem tak langsung. Ini karena pendinginan evaporatif langsung mampu menyerap kalor sensibel dan laten, sedangkan sistem evaporatif tak langsung hanya menyerap kalor sensibel saja (Nuriyadi & Muhammad, 2019).
Gambar 1. BeeCool dari samping | Gambar 2. BeeCool dari depan |
Gambar 3. BeeCool diletakkan pada tembok |
Cara kerja BeeCool adalah dengan menempatkan lubang-lubang tanah liat di lokasi yang sering terkena hembusan angin atau dekat jendela. Lubang-lubang ini bisa disatukan dengan dinding atau dipasang secara terpisah. Selanjutnya, air dialirkan ke sela-sela lubang atau dicucurkan dari atas untuk memicu proses penguapan. Sistem ini memanfaatkan lubang tanah liat berbentuk silinder yang disusun menyerupai sarang lebah. Proses kerjanya melibatkan aliran air ke dalam lubang tanah liat, sehingga udara panas mengalir melewati lubang-lubang tersebut dan menyebabkan penguapan, yang mendinginkan udara secara efektif. Karena udara yang didinginkan bersentuhan langsung dengan air yang menguap, BeeCool termasuk dalam sistem pendinginan evaporatif langsung.
Produk ini ramah lingkungan karena hanya mengandalkan angin dari luar ruangan dan aliran air melalui pipa kecil di sela-sela tanah liat. Penting untuk menempatkan penampungan air dibawah BeeCool agar tetesan air dapat tertampung dengan baik dan tidak berceceran. Air yang dialirkan juga harus rutin diganti agar tetap higienis dan bersih. Selain itu, lubang tanah liat perlu dibersihkan secara berkala agar tidak berlumut, sehingga udara yang masuk ke dalam ruangan tetap bersih dan estetika ruangan tidak terganggu.
BeeCool memiliki potensi baik dalam mewujudkan bangunan hijau yang berkelanjutan. Selain menjadi inovasi teknologi terbaru dalam bangunan cerdas untuk mengurangi konsumsi energi, BeeCool juga mendukung kerajinan lokal dengan memanfaatkan tanah liat sebagai bahan utamanya. Produk ini tidak hanya efisien dalam penggunaan energi, tetapi juga menggabungkan nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal. Dari segi estetika, BeeCool dapat menambah kesan alami dan menenangkan dengan suara aliran air yang dihasilkan dari cara kerjanya. Inovasi ini memberikan solusi yang ramah lingkungan sekaligus memperkaya nilai artistik dan budaya dalam arsitektur modern.
Penutup
Kesimpulannya, peningkatan suhu bumi dan ketergantungan pada AC telah menjadi tantangan besar yang mengancam kenyamanan dan kesehatan masyarakat. Solusi inovatif seperti BeeCool, yang memanfaatkan kearifan lokal dan material ramah lingkungan, menawarkan alternatif yang berkelanjutan dan ekonomis. Dengan menggunakan tanah liat yang memiliki massa termal tinggi, BeeCool mampu menyerap dan menyalurkan panas secara efektif melalui proses pendinginan evaporatif. Inovasi ini tidak hanya mendukung pengurangan konsumsi energi, tetapi juga mengangkat kembali nilai-nilai tradisional yang berharga dalam masyarakat.
Pentingnya inovasi seperti BeeCool tidak bisa diabaikan dalam upaya global untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat. Produk ini tidak hanya menawarkan solusi teknis untuk pendinginan ruangan, tetapi juga mendukung industri lokal dan mempromosikan penggunaan material yang ramah lingkungan. Dengan demikian, BeeCool berpotensi memberikan dampak positif yang luas, baik dari segi lingkungan maupun ekonomi.
Melihat ke depan, adopsi luas teknologi seperti BeeCool dapat mengurangi ketergantungan pada AC konvensional dan menginspirasi pengembangan solusi serupa yang memanfaatkan kearifan lokal. Dengan dukungan yang tepat dari pemerintah dan masyarakat, inovasi ini bisa menjadi langkah penting menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. Selain itu, BeeCool bisa menjadi contoh bagaimana solusi modern bisa berpadu dengan pengetahuan tradisional untuk menciptakan produk yang tidak hanya efisien, tetapi juga memiliki nilai budaya dan estetika tinggi.
Daftar Pustaka
Kasli, E., Rehan, D., & Mazlina, H. (2019). AC Portable Tanpa Mengunakan Freon Sebagai Alternatif Pendingin Udara Ramah Lingkungan. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (Indonesian Journal of Science Education), 7(1), 42-46.
Nuriyadi, N., & Muhammad, M. (2019). Perbandingan Kinerja Sistem Pendingin Evaporatif Jenis Langsung Dan Tak Langsung. Edusaintek, 3.
Amin, M., Amir, F., Umar, H., & Thaib, R. (2020). Pelatihan Pembuatan Kulkas Pot Tanpa Listrik Dari Tanah Liat Sebagai Penyimpanan Dingin Sayur Dan Buah. Jurnal Vokasi, 3(2), 51-55.
Karuniastuti, N. (2022). Bangunan ramah lingkungan. Swara Patra: Majalah Ilmiah PPSDM Migas, 5(1).
Chitrao, P. V., Bhoyar, P. K., Divekar, B. R. R., & Siripurapu, M. (2023, September). Eco-Friendly Air Conditioners: Cool Ant’s Beehive as a Case Study. In World Conference on Information Systems for Business Management (pp. 367-377). Singapore: Springer Nature Singapore.
Angkasa, Z., Angrini, S. N., Febrina, S. E., & Iskandar, I. (2023). Pemakaian Teknik Pendinginan Pasif Dalam Mitigasi Urban Heat Island (UHI): Tinjauan Literatur. Arsir, 7(1), 130-142.
Mustafa, M. (2024). Pemanfaatan Material Lokal Dalam Desain Arsitektur Vernakular Untuk Permukiman Modern. Jurnal Cahaya Mandalika ISSN 2721-4796 (online), 3(1), 601-617.
Akbar, T., & Prastawa, W. (2019). Karakteristik Dan Implementasi Tanah Liat Di Lubuk Alung Sebagai Bahan Baku Pembuatan Keramik Hias. JADECS (Journal of Art, Design, Art Education & Cultural Studies), 3(2), 67-73.
Sambiroto Ngawi. (2022, 14 Desember). Filosofi kendi dalam adat istiadat dan budaya Jawa. Diambil dari Filosofi Kendi Dalam Adat Istiadat dan Budaya Jawa – Desa Sambiroto
Anomali Suhu. (2024, Juli). Anomali suhu udara bulan Juli 2024. Diambil dari Anomali Suhu Udara Bulan Juli 2024 | BMKG
National Geographic. (n.d.). Intip alat pendingin Mesir kuno dari pot tanah liat hingga lumpur. Diambil dari Intip Alat Pendingin Mesir Kuno, Dari Pot Tanah Liat Hingga Lumpur – Semua Halaman – National Geographic
Postingan yang bermanfaat sekali..keren mba Syifa…👍
Sangat bermanfaat 👍🏻👍🏻