Sejarah Bangunan Hijau Tiongkok

Strategi Pengurangan Emisi Karbon di Indonesia Melalui Green Infrastructure dan Transportasi Ramah Lingkungan: Pembelajaran dari China sebagai Pemimpin Global dalam Pengembangan Bangunan Hijau

Last Updated: 8 November 2024By
📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 50

Ditulis oleh Indi Ritsina.

Sebagai negara berkembang yang mengalami urbanisasi pesat, Indonesia menghadapi tantangan besar terkait hilangnya ruang hijau di perkotaan akibat pembangunan gedung, perumahan dan industri. Kondisi ini diperburuk oleh meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca, terutama karbon dioksida (CO2), yang berkontribusi terhadap pemansan global. Akibatnya, perubahan iklim di indonesia menjadi semakin mendesak, dengan dampak nyata berupa kenaikan permukaan laut, peningkatan kejadian cuaca ekstrem dan gangguan ekosistem yang mengancam kehidupan di wilayah pesisir dan kota besar (Badan Pusat Statistik, 2021) (Hardiansyah et al, 2024).

Sektor perkotaan di Indonesia menjadi salah satu penyumbang utama emisi karbon, yang dihasilkan dari konsumsi energi rumah tangga, penggunaan transportasi pribadi dan pengelolaan limbah. Kota-kota besar seperti jakarta mengalami peningkatan emisi yang signifikan akibat konsumsi bahan bakar fosil dan kurangnya infrastruktur ramah lingkungan (Fatmah, 2023). Mengatasi tantangan ini memerlukan strategi komprehensif, seperti peningkatan efisisensi energi, pengembangan ruang terbuka hijau dan investasi dalam transportasi publik untuk mendukung pengurangan emisi karbon di perkotaan.

  Sejak 2000 sampai 2018, tingkat emisi karbon dioksida di Indonesia di luar kebakaran hutan dan kebakaran gambut meningkat hampir 80%. Berdasarkan data kementrian Lingkungan hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam inventarisasi GRK dan Monitorik, Pelaporan dan Verifikasi (MPV) Tahun 2020, sektor energi yang meliputi kegiatan pengadaan energi dan penggunaan energi menjadi penyumbang terbesar atas peningkatan emisi GRK selama 18 tahun terakhir (Gütschow et al, 2021).

  Green infrastructure (GI) menawarkan solusi inovatif dan berkelanjutan untuk mengatasi masalah ini. Green infrastructure mengacu pada jaringan elemen alami dan semi-alami yang dirancang dan dikelola untuk memberikan berbagai manfaat lingkungan, sosial, dan ekonomi. Green infrastructure memanfaatkan proses alami seperti infiltrasi air hujan, penyerapan karbon dan pengaturan suhu untuk mengurangi dampak negatif aktifitas manusia.

  Green infrastructure dapat mencangkup berbagai aspek, mulai dari pembangunan gedung hijau yang efisien energi, penggunaan meterial bangunan ramah lingkungan, pengembangan sistem transportasi publik yang berkelanjutan, hingga pengelolaan sampah yang efektif.

  Saya mahasiswa dari Indonesia tepatnya salah satu kampus di Yogyakarta, yang mendapatkan kesempatan untuk Student Exchange ke China di “Wuxi Institute of Technology” telah melihat langsung bagaimana pembangunan hijau disini yang sangat baik dan bisa dijadikan referensi untuk pembangunan insfrastuktur yang berkelanjutan di Indonesia.

Sudah banyak bangunan yang menggunakan konsep green infrastructure di negara China, telah dibangun beberapa Green bulding standards, konsepnya seperti gambar dibawah ini:

Sejarah Bangunan Hijau Tiongkok

China Siapkan Rp5,7 T Bangun 4 Proyek Green Building : Okezone Economy

  China telah mengembangkan standar bangunan hijau yang ketat, seperti GB/T 50378-2019, yang berfungsi sebagai pedoman untuk menilai kerja lingkungan bangunan. Standar ini mencangkup berbagia aspek penting dalam pembangunan berkelanjutan, termasuk:

Efisiensi Energi: Menetapkan persyaratan untuk mengurangi konsumsi energi dan meningkatkan efisiensi dalam penggunaan energi bangunan (Anggraini & Fardila, 2023).

Konservasi Air: Memastikan bahwa bangunan dirancang untuk meminimalkan penggunaan air, dengan penekanan pada pengelolaan sumber daya air yang efisien.

Pengunaan Bahan Berkelanjutan: Mengharuskan penggunaan bahan yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang, serta mempertimbangkan siklus hidup material dalam desain bangunan.

Kualitas Lingkungan Dalam Ruangan: Menerapkan standar untuk kualitas udara dalam ruangan, kenyamanan termal, dan kesehatan penghuni, termasuk pengurangan polutas udara dalam ruangan (Liu & Wang, 2022).

Indonesia dapat menerapkan standar sertifikasi bangunan hijau bagi gedung-gedung baru, terutama untuk bangunan publik, pemerintahan, dan pusat bisnis. Sertifikasi ini dapat melibatkan aspek penggunaan bahan bangunan ramah lingkungan, efisiensi energi, manajemen limbah, dan kualitas udara dalam ruangan. Dampaknya, agar mengurangi konsumsi energi air, serta menurunkan emisi karbon dan biaya operasional gedung dalam jangka panjang.

Selain standar bangunan hijau, di China juga terdapat Shanghai Tower, yang terletak di distrik keuangan Lujiazui Sahnghai, terlah memperoleh sertifikasi LEED Platinum yang bergengsi dari U.S Green Building Council (USGBC). Sertifikat ini merupakan bukti komitmen menara ini terhadap keberlanjutan dan tanggung jawab terhadap lingkungan, menjadikannya sebagai salah satu gedung pencakar langit paling ramah lingkungan di dunia (Chen & Li, 2022).

Kemegahan Shanghai Tower - UT Hong Kong & Macau

Fitur utama yang berkontribusi terhadap status LEED Platinum meliputi:

Efisiensi Energi: Menara ini menggunakan berbagai teknologi hijau yang mengurangi jejak karbonya sekitar 34.000 ton per tahun. Ini menggunakan fasad kaca ganda untuk isolasi dan konversi energi, yang membantu mengurangi kebutuhan energi pemanasan dan pendinginan sebesar 80% dibandingkan dengan bangunan serupa (RAMANUJAM, 2015).

Konservasi Air: Menara Shanghai menggabungkan sistem untuk mengumpulkan air hujan dan daur ulang air limbah, yang penting untuk meminimalkan penggunaan air dan mempromosikan keberlanjutan (Wikipedia, 2024).

Desain Inovatif: Bentuk spiral meruncing bangunan yang unik tidak hanya meningkatkan daya tarik estetiknya tetapi juga meminimalkan beban angin, sehingga mengurangi kebutuhan material struktural (Andy To, 2021).

Praktik Berkelanjutan: Menara ini mengintegrasikan berbagai praktik ramah lingkungan selama fase konstruksi dan operasinya, selaras dengan standar global untuk bangunan hijau (Eyal Katz, 2024).

Untuk beberapa tahun kedepan mungkin di Indonesia akan banyak pembangunan proyek setelah berpindahnya Ibu Kota ke IKN (Ibu Kota Nusantara) di Kalimantan Timur. Pemerintah dapat membangun kawasan hijau terpadu yang mengintegrasikan bangunan komersial, perumahan dan ruang terbuka hijau dalam satu lingkungan. Setiap komponen harus menggunakan energi terbarukan (seperti tenaga surya atau angin), memiliki manajemen limbah yang baik, serta fasilitas untuk transportasi ramah lingkungan seperti jalur sepeda dan transportasi umum. Agar terciptanya pengurangan emisi karbon, peningkatan kualitas udara, dan pemanfaatan lahan yang lebih efektif.

Sebagai negara dengan populasi yang terus meningkat, Indonesia perlu belajar dari Shanghai Tower. Indonesia bisa mencontoh model ini dengan menerapkan teknologi serupa, seperti sistem ventilasi yang efisien, penggunaan energi terbarukan, dan pengelolaan air hujan yang efektif. Dengan demikian, Indonesia dapat membangun kota-kota yang lebih hijau dan berkelanjutan, tanpa harus mengorbankan keindahan dan fungsi bangunan tinggi (Gitra Febriadi, 2023).

Selanjutnya, berbicara tentang Transportasi Ramah lingkungan, saya sebagai mahasiswa menyaksikan langsung maraknya polusi udara yang semakin menghawatirkan ditambah dengan panasnya cuaca di Indonesia saat ini (Oktavania, 2023). Masalah ini semakin kompleks dengan meningkatnya penggunaan jasa ojek online, sebagai mode transportasi utama bagi mayoritas mahasiswa karena tidak memiliki kendaraan pribadi.

Fenomena ini menimbulkan dilema. Di satu sisi, ojol menawarkan kemudahan dan efesiensi dalam mobilitas. Di sisi lain, penggunakan ojol dalam skala besar justru berkontribusi pada peningkatan emisi gas buang kendaraan, yang menjadi salah satu penyebab utama polusi udara. kendaraan bermotor adalah sumber utama emisi polutan di daerah perkotaan, termasuk emisi yang dihasilkan dari moda transportasi daring (ojek online). Kondisi ini berdampak pada kualitas udara di Indonesia yang umumnya buruk, terutama karena banyaknya kendaraan bermotor yang menghasilkan polusi signifikan di jalan setiap harinya. Pada saat yang sama, transportasi daring sering kali dipilih oleh masyarakat karena praktis, terutama bagi kelompok yang tidak memiliki kendaraan pribadi, seperti mahasiswa (Purwanto, 2022).

Setelah saya hidup di china dan menyaksikan bagaimana mobilitas disini saya sangat termotivasi untuk mengusulkan pada pihak yang berwenang untuk menerapkan sistem “Bike Sharing” atau “Sepeda umum” di Indonesia. terlebih untuk kota-kota yang dipenuhi dengan perantau seperti mahasiswa atau pekerja yang tidak memiliki kendaraan pribadi.

.

Layanan berbagi sepeda bantu upaya pencapaian tujuan hijau China - ANTARA  News

Ini Lho 3 Alasan yang Buat Sepeda Masih Digemari Warga China Hingga Saat  Ini!

  Sistem sepeda rental umum di China, Khususnya di kota-kota besar seperti Beijing dan Shanghai, beroperasi dengan cara yang efisien dan mudah diakses (Yordan, 2017).

Berikut adalah cara kerja umum dari sistem ini:

Aplikasi Mobile: Pengguna harus menggunduh aplikasi penyedia layanan sepeda rental, seperti Mobike atau Alipay.

Registrasi dan Pembayaran: Setelah mengunduh aplikasi, pengguna perlu mendaftar dan diminta untuk menghubungkan metode pembayaran, seperti kartu kredit atau dompet digital, untuk membayar biaya sewa.

Mencari Sepeda: Dengan menggunakan aplikasi, pengguna dapat melihat lokasi sepeda yang tersedia di sekitar mereka. Peta interaktif menunjukkan lokasi sepeda yang tidak terkunci dan siap digunakan.

Membuka Kunci Sepeda: Setelah menemukan sepeda, pengguna dapat memindai kode QR yang ada di sepeda menggunakan aplikasi untuk membuka kunci secara otomatis.

Menggunakan Sepeda: Pengguna bebas menggunakan sepeda untuk perjalanan mereka. Setelah selesai, sepeda dapat diparkir di tempat parkir sepeda terdekat dari tempat tujuan.

Mengunci Sepeda: Setelah menggunakan sepeda, pengguna harus mengunci kembali sepeda dengan menekan tombol selesai pada aplikasi. Biaya sewa kemudian akan dihitung berdasarkan durasi penggunaan.

Sistem ini dirancang untuk memudahkan mobilitas perkotaan dengan cara yang ramah lingkungan dan hemat biaya, serta mengurangi kemacetan lalu lintas di kota-kota besar (Suharto, 2018).

Sistem sepeda rental umum yang sukses di China sangat cocok untuk diterapkan di Indonesia, terutama di kota-kota yang banyak dengan perantau. Dengan tarif yang terjangkau dan kemudahan akses melalui aplikasi, sistem ini dapat menjadi solusi transportasi yang efisien dan ramah lingkungan, mengurangi kemacetan dan polusi udara. Indonesia dapat memulai membangun jalur sepeda khusus yang menghubungkan area-area utama, seperti stasiun, kampus, pusat perkantoran dan pusat perbelanjaan, untuk menciptakan konektivitas yang aman dan nyaman bagi pengguna sepeda. Jalur ini sebaiknya dilengkapi dengan rambu-rambu khusus dan fasilitas parkir sepeda yang aman. Maka dari itu akan terjadi peningkatan jumlah pengguna sepeda di kota, mengurangi kemacetan, dan membantu mengurangi emisi karbon.

Sebagai penutup, ketiga inovasi yang telah diuraikan di atas menunjukan potensi besar dalam mengatasi tantangan global yang kompleks seperti emisi di Indonesia. Meskipun masih memerlukan pengembangan dan implementasi lebih lanjut, inovasi-inovasi ini menawarkan solusi yang inovatif dan berkelanjutan, membuka jalan menuju masa depan yang lebih baik. Penting terus untuk mendorong riset dan pengembangan di bidang-bidang ini, serta memastikas aksebilitas dan keberlanjutannya agar manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Dengan kolaborasi dan komitmen yang kuat, kita dapat memanfaatkan potensi penuh dari inovasi-inovasi ini untuk menciptakan perubahan positif dan signifikan.

Daftar Pustaka

(BPS), B. P. statistik. (2021). Statistik Lingkungan Hidup Indonesia. Jakarta, Indonesia: BPS. Badan Pusat Statistik (BPS). https://www.bps.go.id/id/publication/2021/11/30/2639657be1e8bd2548469f0f/statistik-lingkungan-hidup-indonesia-2021.html

Andy To. (2021). Shanghai Tower | The tallest LEED-certified building and the second tallest building in the world overall. Leed.Usgbc. https://leed.usgbc.org/shanghai-tower

Anggraini, W., & Fardila, D. (2023). Efektivitas Konsep Green Building Terhadap Efisiensi dan Konservasi Energi pada Gedung Perkantoran (Studi Kasus: Kantor Bupati Kabupaten Sumbawa). Jurnal Teknik Industri Terintegrasi, 6(3). https://doi.org/10.31004/jutin.v6i3.16303

Chen, S., & Li, Y. (2022). Comparative Analysis of Two Energy-Efficient Technologies Used in the Shanghai Tower. Energy and Power Engineering, 14(01). https://doi.org/10.4236/epe.2022.141001

Eyal Katz. (2024). 6 Examples of LEED Platinum Buildings. Wint Water Intelligence. https://wint.ai/blog/6-examples-of-leed-platinum-buildings/

Fatmah, F. (2023). The driving factors behind urban communities’ carbon emissions in the selected urban villages of Jakarta, Indonesia. PLoS ONE, 18(11 November). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0288396

Gitra Febriadi, J. J. A. (2023). KAJIAN PRINSIP ARSITEKTUR BERKELANJUTAN PADA BANGUNAN PERKANTORAN (STUDI KASUS : SHANGHAI TOWER,SHANGHAI,PUDONG). Jurnal Arsitektur PURWARUPA, 7(2), 6. https://doi.org/https://doi.org/10.24853/purwarupa.7.2.37-42

Gütschow et al. (2021). Indonesia Country Profile. Climate Transparency. https://www.climate-transparency.org/wp-content/uploads/2021/11/Indonesia-Country-Profile-2021_Bahasa.pdf

Hardiansyah, G., Indrianingrum, D. R., Sofwan Anwari, M., Haryono, Z., Diba, F., Ekamawanti, H. A., & Yani, A. (2024). Carbon Sequestration in the Green Open Spaces along Primary Road of Pontianak City, West Kalimantan, Indonesia. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan, 14(1), 190–200. https://doi.org/https://doi.org/10.29244/jpsl.14.1.190

Liu, Q., & Wang, Z. (2022). Green BIM-based study on the green performance of university buildings in northern China. Energy, Sustainability and Society, 12(1). https://doi.org/10.1186/s13705-022-00341-9

Oktavania, A. Y. (2023). Data Polusi Udara di Indonesia 2015-2023, Penyebab, & Dampaknya. Tirto.Id. https://tirto.id/info-data-polusi-udara-di-indonesia-pada-2015-2023-penyebabnya-gPhD

Purwanto, A. J. (2022). Ojek Online Bisa Dimanfaatkan untuk Memangkas Polusi Udara Jakarta. Vice.Com. https://www.vice.com/id/article/riset-menunjukkan-ojek-online-bisa-pangkas-polusi-udara-jika-dipadukan-dengan-krl-dan-transjakarta/

RAMANUJAM, M. (2015). China’s Shanghai Tower achieves LEED Platinum certification. https://www.constructionspecifier.com/chinas-shanghai-tower-achieves-leed-platinum-certification/

Suharto, C. (2018). Rental Sepeda Online Sudah Populer Di Tiongkok. ASTRO-BIKE. http://astro-bike.blogspot.com/2018/01/rental-sepeda-online-sudah-populer-di.html

Wikipedia. (2024). Shanghai Tower. Wikipedia. https://en.wikipedia.org/wiki/Shanghai_Tower

Yordan, J. (2017). Fenomena Aplikasi Berbagi Sepeda yang Lagi Hits di China. Kumparan Tech. https://kumparan.com/kumparantech/fenomena-aplikasi-berbagi-sepeda-yang-lagi-hits-di-china/full

.

About the Author: Wahyudi Maulana

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 5 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 1

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment