Peran Arsitektur Ramah Lingkungan dalam Ketahanan Perkotaan

📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 52

Ditulis oleh Dede Al Mustaqim

Pendahuluan

Ketahanan perkotaan menghadapi berbagai tantangan yang semakin kompleks seiring dengan meningkatnya urbanisasi, perubahan iklim, dan degradasi lingkungan (Lasaiba, 2024). Saat ini, lebih dari 55% populasi dunia tinggal di kota-kota, dan angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 68% pada tahun 2050 (Lasaiba, 2022). Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa urbanisasi yang pesat ini membawa serta sejumlah masalah, termasuk peningkatan polusi, kepadatan penduduk, dan penurunan kualitas hidup. Di tengah situasi ini, kota-kota berisiko mengalami berbagai ancaman, seperti banjir, gelombang panas, dan bencana alam lainnya, yang dapat berdampak langsung pada ketahanan sosial dan ekonomi Masyarakat (Fauzi & Abdullah, 2024; Januari et al., 2024; Putrayasa et al., 2024; Saputra et al., 2024). Permasalahan ini semakin rumit dengan adanya ketidaksetaraan dalam akses terhadap sumber daya dan infrastruktur, yang seringkali mempengaruhi kelompok rentan lebih parah.

Menurut hemat penulis bahwa salah satu solusi yang dapat diimplementasikan untuk menghadapi tantangan ini adalah melalui arsitektur ramah lingkungan, yang menekankan desain berkelanjutan dan efisiensi sumber daya. Arsitektur ramah lingkungan berfokus pada penciptaan ruang yang tidak hanya memenuhi kebutuhan manusia, tetapi juga memperhatikan dampak terhadap lingkungan. Konsep ini berupaya meminimalkan jejak karbon dan mempromosikan penggunaan sumber daya yang bertanggung jawab, sekaligus meningkatkan kualitas hidup penghuni. Namun, meskipun ada kesadaran yang meningkat tentang pentingnya keberlanjutan, implementasi prinsip-prinsip arsitektur ramah lingkungan masih menemui berbagai kendala, termasuk keterbatasan anggaran, serta kurangnya pemahaman dan pendidikan tentang desain berkelanjutan di kalangan pengembang dan masyarakat umum.

Selain itu, arsitektur ramah lingkungan bukan sekadar tentang penggunaan material yang berkelanjutan atau teknologi efisien, tetapi juga mencakup pendekatan holistik yang mencakup perencanaan kota, penggunaan lahan, dan integrasi dengan ekosistem lokal. Dalam banyak kasus, perencanaan yang tidak terintegrasi dapat menghasilkan dampak negatif pada ketahanan perkotaan. Oleh karena itu, diperlukan pemikiran kritis dan kolaborasi antara berbagai disiplin ilmu untuk merumuskan solusi yang dapat meningkatkan ketahanan kota terhadap ancaman yang ada. Dalam artikel ini, penulis akan membahas bagaimana arsitektur ramah lingkungan dapat berkontribusi pada ketahanan perkotaan melalui desain inovatif, penggunaan sumber daya yang efisien, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Desain yang Inovatif

Arsitektur ramah lingkungan menekankan penggunaan desain inovatif untuk menciptakan ruang yang efisien dan berkelanjutan (Lubis, 2024; Rosalia & Fransisco, 2024). Salah satu pendekatan yang populer adalah desain biomimikri, yang meniru pola dan sistem alami (Aromacho & Masruchin, 2024). Misalnya, penggunaan ventilasi alami dalam bangunan dapat mengurangi kebutuhan akan pendinginan dan pemanasan mekanis, sehingga menghemat energi. Selain itu, desain bangunan yang mengintegrasikan elemen alami, seperti taman atap dan dinding hijau, tidak hanya mempercantik lingkungan, tetapi juga meningkatkan kualitas udara dan mengurangi efek pulau panas perkotaan.

Inovasi dalam material bangunan juga berkontribusi pada ketahanan perkotaan. Penggunaan material ramah lingkungan seperti beton daur ulang, kayu bersertifikat, dan bahan komposit yang ringan dapat mengurangi dampak lingkungan dari konstruksi. Selain itu, bangunan yang dirancang untuk mengumpulkan dan mengolah air hujan serta memanfaatkan energi terbarukan, seperti panel surya, dapat berfungsi sebagai solusi mandiri yang mengurangi ketergantungan pada infrastruktur kota yang ada.

Penggunaan Sumber Daya yang Efisien

Ketahanan perkotaan tidak dapat dipisahkan dari efisiensi penggunaan sumber daya. Arsitektur ramah lingkungan mengedepankan prinsip efisiensi energi dan air, yang esensial untuk mengurangi jejak karbon kota. Menurut Mustafa Mursyid dalam penelitianya menjelaskan bahwa bangunan yang dirancang dengan baik dapat menghemat hingga 50% energi yang biasanya digunakan dalam bangunan konvensional (Mustafa, 2024). Hal ini dicapai melalui penggunaan teknologi seperti sistem pemantauan energi, pengaturan suhu otomatis, dan pemanfaatan cahaya alami.

Pentingnya efisiensi ini semakin meningkat di tengah ancaman perubahan iklim yang menyebabkan fluktuasi cuaca ekstrem. Dengan meminimalkan penggunaan energi dan air, arsitektur ramah lingkungan berkontribusi pada ketahanan kota dalam menghadapi bencana alam seperti banjir dan gelombang panas. Misalnya, bangunan yang dirancang untuk menyerap air hujan dapat mengurangi risiko banjir di daerah perkotaan, sementara material yang dirancang untuk menahan panas dapat menjaga suhu dalam ruangan tetap nyaman meskipun suhu luar meningkat.

Meningkatkan Kualitas Hidup Masyarakat

Salah satu aspek terpenting dari ketahanan perkotaan adalah kualitas hidup masyarakat yang tinggal di dalamnya. Arsitektur ramah lingkungan tidak hanya berfokus pada efisiensi dan keberlanjutan, tetapi juga pada penciptaan ruang yang sehat dan nyaman. Desain yang baik mempertimbangkan faktor-faktor seperti pencahayaan, ventilasi, dan hubungan dengan lingkungan sekitar, yang semua berkontribusi pada kesejahteraan penghuni.

Ruang terbuka hijau, seperti taman dan jalur pejalan kaki, adalah elemen penting dalam arsitektur ramah lingkungan. Ruang ini tidak hanya meningkatkan estetika kota, tetapi juga memberikan tempat bagi masyarakat untuk berinteraksi, berolahraga, dan bersantai. Penelitian menunjukkan bahwa akses ke ruang hijau dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan mental, yang sangat penting dalam masyarakat perkotaan yang sering menghadapi tantangan sosial dan ekonomi.

Selain itu, arsitektur ramah lingkungan dapat mendukung inklusi sosial dengan menciptakan ruang yang dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat, termasuk penyandang disabilitas. Desain yang inklusif tidak hanya memberikan aksesibilitas fisik, tetapi juga menciptakan rasa memiliki dan komunitas di antara penduduk kota.

Menurut hemat penulis bahwa dalam konteks ketahanan perkotaan, arsitektur ramah lingkungan dapat dilihat sebagai pilar fundamental. Pertama, ketahanan perkotaan membutuhkan kolaborasi antara berbagai disiplin ilmu, termasuk arsitektur, perencanaan kota, dan ilmu lingkungan. Arsitektur yang berkelanjutan menjadi jembatan untuk menciptakan solusi yang holistik, yang mempertimbangkan interaksi antara bangunan, infrastruktur, dan ekosistem.

Kedua, perubahan iklim dan urbanisasi yang cepat menghadirkan tantangan yang kompleks. Oleh karena itu, pendekatan tradisional dalam perencanaan kota tidak lagi memadai. Arsitektur ramah lingkungan menawarkan solusi yang adaptif dan responsif terhadap perubahan kondisi lingkungan. Dengan mengadopsi desain yang fleksibel dan inovatif, kota dapat lebih siap menghadapi dampak dari bencana alam dan perubahan iklim.

Ketiga, arsitektur ramah lingkungan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dengan menciptakan lapangan kerja baru di sektor konstruksi dan energi terbarukan. Investasi dalam bangunan berkelanjutan dapat meningkatkan daya tarik kota bagi pengunjung dan investor, yang pada gilirannya dapat mendukung pembangunan ekonomi jangka panjang.

Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa peran arsitektur ramah lingkungan dalam ketahanan perkotaan tidak dapat diremehkan. Melalui desain yang inovatif, penggunaan sumber daya yang efisien, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat, arsitektur berkelanjutan menjadi fondasi bagi kota yang tangguh dan berkelanjutan. Di tengah tantangan perubahan iklim dan urbanisasi, penting bagi para pemangku kepentingan untuk mengadopsi pendekatan ramah lingkungan dalam perencanaan dan pengembangan kota. Hanya dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan perkotaan yang tidak hanya tahan terhadap ancaman tetapi juga memberikan kualitas hidup yang lebih baik bagi semua warganya.

Daftar Pustaka

Aromacho, A. R., & Masruchin, F. R. (2024). PENERAPAN ARSITEKTUR BIOMIMIKRI PADA BENTUK BANGUNAN BUDIDAYA PERIKANAN AIR TAWAR DI KABUPATEN BOJONEGORO. Jurnal Ilmiah Arsitektur, 14(1), 1–7.

Fauzi, M. R., & Abdullah, M. N. A. (2024). DAMPAK URBANISASI TERHADAP PENINGKATAN KAWASAN KUMUH DI KOTA BANDUNG. SABANA: Jurnal Sosiologi, Antropologi, Dan Budaya Nusantara, 3(1), 33–38.

Januari, A. D., Rusdayanti, N., Kardian, S., & Shara, S. (2024). Urbanisasi Jakarta dan dampaknya terhadap sosial ekonomi dan lingkungan. Sustainable Transportation and Urban Mobility, 1(1).

Lasaiba, M. A. (2022). Perkotaan dalam Perspektif Kemiskinan, Permukiman Kumuh dan Urban Heat Island (Suatu Telaah Literatur). GEOFORUM Jurnal Geografi Dan Pendidikan Geografi, 63–72.

Lasaiba, M. A. (2024). Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan di Wilayah Metropolitan: Dampak Urbanisasi dan Strategi Pengelolaan Berkelanjutan. JENDELA PENGETAHUAN, 17(2), 213–227.

Lubis, F. M. (2024). Arsitektur dan Kualitas Udara Luar: Meminimalkan Polusi dalam Ruang Kota. WriteBox, 1(3).

Mustafa, M. (2024). Peran Desain Permukiman Dalam Membangun Ketahanan Terhadap Perubahan Iklim. Jurnal Cahaya Mandalika ISSN 2721-4796 (Online), 5(2), 587–600.

Putrayasa, E. H. W., Stefani, G. C., & Debora, C. (2024). Dampak Pemindahan Ibu Kota Terhadap Tata Kelola Pemerintahan di Indonesia. Kultura: Jurnal Ilmu Hukum, Sosial, Dan Humaniora, 2(10), 643–654.

Rosalia, A., & Fransisco, T. (2024). Peran Arsitektur dalam Mengembangkan Kawasan Peri-Urban yang Berkelanjutan. Jurnal ALiBi-Jurnal Arsitektur Dan Lingkungan Binaan, 1(01), 48–58.

Saputra, M. F. A., Ishari, S. A., Abdilah, M., Adiatma, A. H., & Masnawati, E. (2024). Pengaruh Urbanisasi Manusia Terhadap Perkembangan Ekonomi Makro. Neraca: Jurnal Ekonomi, Manajemen Dan Akuntansi, 2(11), 164–168.

.

.

Centre for Development of Smart and Green Building (CeDSGreeB) didirikan untuk memfasilitasi pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) di sektor bangunan melalui berbagai kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pelatihan. Selain itu, CeDSGreeB secara aktif memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan yang mendorong dekarbonisasi di sektor bangunan, khususnya di daerah tropis.

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 5 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 4

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment