Responding to Building Design in Urban Areas
Ditulis oleh Raysha Oktavia
“Save the environment starting from your own action”
Pendahuluan
Tak terasa dunia sudah semakin beranjak tua . Tahun tahun telah berubah sama halnya dengan lingkungan sekitar dimana yang dulunya masih sangat kuno dan primitif berubah menjadi identitas baru yang tak jauh dari kata modern dan megah. seperti bangunan bangunan tinggi yang sudah tak asing lagi ditemukan di new york city, Amerika Serikat. Dan kota Hongkong, Tiongkok.
Di Indonesia juga tak kalah banyak. Menurut data tahun 2024, Ada sekitar 136 gedung pencakar langit setinggi 150 meter, 50 gedung pencakar langit setinggi 200 meter, dan 2 gedung pencakar langit setinggi 300 meter. Dengan jumlah tersebut, Indonesia berada di peringkat ke-9 dunia untuk jumlah gedung pencakar langit terbanyak. Di Asia Tenggara, Indonesia berada di urutan ke-2 untuk jumlah gedung pencakar langit terbanyak.
Gedung gedung tersebut juga dibuat dengan konsep desain yang elegant dan beragam sehingga tak jarang membuat orang orang terkagum. Akan tetapi, apakah pernah terlintas di pikiran kita akan dampak dari bentuknya ataupun kehadiran gedung tersebut di sekitar lingkungan?.
Isi
Tanpa kita sadari, desain pada gedung di daerah perkotaan ternyata memiliki dampak yang positif. Dampak positif desain gedung di daerah perkotaan adalah:
1.Estetika dan Identitas Kota
menara BCA wisma 46
Desain gedung yang menarik dan inovatif dapat meningkatkan estetika kota dan memberikan identitas yang unik. Gedung-gedung dengan arsitektur yang khas sering kali menjadi ikon kota dan menarik wisatawan. Misalnya, gedung-gedung pencakar langit di Jakarta seperti Menara BCA dan Wisma 46 yang menjadi simbol modernitas dan kemajuan.
2.Efisiensi Ruang dan Fungsi
Gedung-gedung tinggi memungkinkan penggunaan lahan yang lebih efisien, terutama di daerah perkotaan yang padat. Dengan desain yang tepat, gedung-gedung ini dapat mengakomodasi berbagai fungsi seperti perkantoran, hunian, dan pusat perbelanjaan dalam satu lokasi. Hal ini dapat mengurangi kebutuhan akan lahan tambahan dan membantu mengatasi masalah keterbatasan ruang di kota.
3.Keberlanjutan Lingkungan
Desain gedung yang ramah lingkungan dapat berkontribusi pada keberlanjutan kota. Penggunaan teknologi hijau seperti panel surya, sistem pengelolaan air hujan, dan atap hijau dapat mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Gedung-gedung yang dirancang dengan prinsip keberlanjutan juga dapat mengurangi konsumsi energi dan emisi karbon.
Namun sayangnya, desain pada gedung di daerah perkotaan juga dapat menimbulkan dampak yang buruk atau negatif lho!. Seperti:
1.Kepadatan dan Kemacetan
Pembangunan gedung tinggi sering kali menyebabkan peningkatan kepadatan penduduk dan lalu lintas di sekitarnya. Hal ini dapat menyebabkan kemacetan yang parah dan mengurangi kualitas hidup masyarakat. Contohnya adalah di Jakarta, kawasan seperti Sudirman dan Thamrin sering mengalami kemacetan parah akibat konsentrasi gedung-gedung perkantoran dan pusat bisnis.
2.Kurangnya Ruang Terbuka Hijau
Banyak gedung tinggi yang dibangun tanpa memperhatikan kebutuhan akan ruang terbuka hijau. Hal ini dapat mengurangi area resapan air dan menyebabkan banjir serta mengurangi kualitas udara. Contohnya di Jakarta, lebih dari 90% kavling perkantoran di kawasan Sudirman, Thamrin, dan Kuningan diperkeras dengan beton atau aspal, mengakibatkan kurangnya ruang terbuka hijau dan masalah banjir.
3.Efek Pulau Panas
Gedung-gedung tinggi dengan permukaan beton dan kaca dapat meningkatkan suhu di sekitarnya, menciptakan efek pulau panas yang memperburuk kondisi iklim mikro di perkotaan. Di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, peningkatan suhu lokal akibat efek pulau panas sering dilaporkan, terutama di kawasan dengan konsentrasi gedung tinggi.
4.Gentrifikasi dan Ketidakadilan Sosial
Pembangunan gedung-gedung mewah sering kali menyebabkan gentrifikasi, di mana penduduk asli yang kurang mampu terpaksa pindah karena harga properti yang meningkat. Hal ini dapat menyebabkan ketidakadilan sosial dan mengurangi keragaman komunitas di kota. Di Yogyakarta, pembangunan gedung-gedung bertingkat telah menyebabkan peningkatan harga properti yang signifikan, memaksa penduduk asli untuk pindah ke daerah yang lebih terjangkau.
5. Penggunaan Energi yang Tinggi
Gedung-gedung tinggi sering kali membutuhkan energi yang besar untuk pendinginan, pemanasan, dan pencahayaan. Hal ini dapat meningkatkan konsumsi energi dan emisi karbon. Gedung-gedung dengan banyak kaca untuk memaksimalkan pencahayaan alami sering kali membutuhkan pendinginan yang lebih besar, yang pada akhirnya meningkatkan konsumsi energi.
Dengan memahami dampak negatif dari desain gedung di daerah perkotaan dan mencari cara untuk menanggapi desain tersebut dengan bijak, kita dapat menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih harmonis, fungsional, dan berkelanjutan, seperti menerapkan solusi desain ramah lingkungan untuk bangunan di perkotaan.
Contoh gedung dengan material ramah lingkungan: The Milwaukee Art Museum Quadracci Pavilion, Amerika Serikat
Beberapa solusi desain ramah lingkungan untuk bangunan di perkotaan yang dapat membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan adalah:
1. Penggunaan Bahan Ramah Lingkungan
Menggunakan bahan bangunan yang ramah lingkungan, seperti kayu yang dikelola secara berkelanjutan, bambu, atau bahan daur ulang, dapat mengurangi jejak karbon dan dampak lingkungan.
2. Desain Efisien Energi
Desain bangunan yang memaksimalkan penggunaan cahaya alami dan ventilasi udara dapat mengurangi kebutuhan akan pencahayaan dan pendinginan buatan. Misalnya, menggunakan jendela besar dan skylight untuk memanfaatkan cahaya matahari.
3. Atap Hijau dan Dinding Vertikal
Atap hijau dan dinding vertikal dapat membantu mengurangi suhu di sekitar bangunan, menyerap air hujan, dan meningkatkan kualitas udara. Selain itu, mereka juga menambah estetika dan keanekaragaman hayati di perkotaan.
4. Pengelolaan Air yang Berkelanjutan
Menggunakan sistem penampungan air hujan dan teknologi pengolahan air limbah dapat mengurangi konsumsi air bersih dan mengelola air secara lebih efisien. Ini juga membantu mengurangi risiko banjir di daerah perkotaan.
5. Penggunaan Energi Terbarukan
Memasang panel surya atau turbin angin di bangunan dapat menyediakan sumber energi terbarukan yang bersih dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
6. Desain Adaptif terhadap Perubahan Iklim
Bangunan yang dirancang untuk beradaptasi dengan perubahan iklim, seperti menggunakan material isolasi yang baik dan desain yang responsif terhadap kondisi cuaca, dapat meningkatkan ketahanan bangunan terhadap perubahan iklim.
7. Edukasi dan Kesadaran Masyarakat
Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya arsitektur ramah lingkungan dan melibatkan mereka dalam proses perencanaan dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih berkelanjutan.
Zaman pastinya akan terus berkembang begitupun dengan keadaan di sekitar yang semakin banyak berubah. Di dunia ini tak semua orang berhati nurani. Akan tetapi itu bukanlah halangan untuk menyisipkan sikap positif dalam menjaga dan melestarikan lingkungan ekosistem laut maupun darat.
Kesimpulan
Sebagai generasi emas. Kita harus bisa mengambil langkah dalam menjaga lingkungan dari pemanasan global dan dampak buruk lainnya yang tak diinginkan dengan cara yang kreatif dan positif sehingga manfaat yang kita inginkan bisa terwujud bagi masa kini ataupun masa yang akan datang.
“We abuse land because we regard it as a commodity belonging to us. When we see land as a community to which we belong, we may begin to use it with love and respect. Earth is our mother. In spite of our desire to harm our mother, she will always love us forever.”