Setter (Settlement Container) : Konsep Pemukiman Berbasis Green Building Dengan Penerapan Energi Helical Wind Turbine Dan Solar Tunnel Menuju Sustainable Architecture (Studi Kasus Majene dan Mamuju Sulawesi Barat)

📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 74

Ditulis oleh Sefrizal Yovie Ananta

Pendahuluan

Memiliki bangunan dengan tujuan sebagai rumah tinggal layak adalah hak asasi setiap manusia. Setiap masyarakat Indonesia memiliki hak penghidupan yang layak, tertuang pada pasal 28A (Malensang,2017). Pada dasarnya tempat atau rumah tinggal adalah sebuah kebutuhan pokok setiap manusia. Menurut data dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat 29,45 juta rumah tinggal tak layak huni di Indonesia (Trio, 2021).

Perkembangan teknologi dan infrastruktur mendorong setiap kemajuankemajuan yang dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar, salah satunya adalah lingkungan pemukiman. Pemukiman telah menjadi bagian dari lingkungan hidup yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian. Sesuai data dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), masih banyak rumah tinggal tak layak huni di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwasannya lingkungan pemukiman di Indonesia masih tergolong buruk. Berdasarkan ciri yang bisa menjadi acuan dari lingkungan pemukiman yang baik yaitu; kualitas udara yang baik, sanitasi air yang mudah dijangkau, dan tersedianya tanaman guna mengatasi polusi udara.

Menurut studi potensi lahan dari Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, terdapat 144,47 juta hektar luas lahan potensial yang belum dilakukan pengembangan (Labib, 2020). Hal ini menunjukkan bahwasannya masih banyak lahan di Indonesia yang belum mendapatkan pemanfaatan yang optimal. Namun kebutuhan rumah tinggal layak huni semakin meningkat, berbanding lurus dengan angka pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi. Laju pertumbuhan penduduk tercatat 1,17% per tahun 2022 (Badan Pusat Statistik, 2022). Prevalensi kenaikan angka ini menunjukkan bahwa kebutuhan rumah tinggal layak huni juga semakin tinggi. Menurut wakil presiden kita bapak Prof.Dr.K.H. Ma’ruf Amin, mengatakan bahwa kebutuhan rumah di Indonesia mencapai 11,4 juta unit per tahun 2021 (Purnamasari, 2021). Angka kebutuhan rumah ini tergolong cukup tinggi, dibandingkan dengan ketersediaan rumah tinggal layak huni di Indonesia.

Rumah tinggal layak huni yang mendukung program “green building” sudah menjadi budaya baru era 4.0. Pengembangan terkait hal ini mulai menjadi sebuah solusi terkait masalah-masalah yang tengah dihadapi, terkhusus rumah tinggal layak huni. Maka dari itu tujuan dari penelitian ini, adalah untuk meneliti prospek penggunaan kontainer sebagai tempat tinggal alternatif di Indonesia. Hal itu dilihat dari bahan bangunan yang ideal; daya tahannya, kemampuan beradaptasi, ringan, biaya rendah, mudah dibangun menjadi rumah, dapat menahan hampir semua cuaca ekstrem dan mendukung program Suistainable Development Goals (SDGs) atau program pembangunan berkelanjutan. Khususnya di Mamuju, Sulawesi Barat sebagai alternatif solusi perumahan yang mendukung gerakan Suistainable Architechture. Sehingga, penulis membuat sebuah ide yang dapat menjadi solusi atas masalah yang terjadi di Indonesia, melalui sebuah gagasan SETTER (Settlement Container) : Konsep Pemukiman Berbasis Green Building Dengan Penerapan Energi Helical Wind Turbine dan Solar Tunnel Menuju Sustainable Architecture.

Peran Penting Sustainable Architecture dalam Mendukung Program Pembangunan Berkelanjutan

Rumah tinggal tak layak huni mengakibatkan banyak sekali masalah, baik dari segi kesehatan lingkungan, keamanan dan masalah keteraturan sosial. SETTER (Settlement Container) merupakan sebuah jawaban dari permasalahan tersebut, yang memanfaatkan bahan bangunan dari kontainer dan berkonsep green building untuk mendukung sustainable architechture. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian literatur.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Sulawesi Barat berada di urutan kelima dengan jumlah penduduk paling sedikit di Indonesia, yaitu 1,3 juta jiwa pada 2020 (Badan Pusat Statistik, 2020) . Dengan lahan kosong yang belum optimal pemanfaatannya dan laju pertumbuhan penduduk yang meningkat, kebutuhan rumah layak huni terus bertambah. Tingginya biaya pembangunan, baik operasional maupun material, memperburuk ketersediaan rumah layak huni. Mengingat tingginya angka kebutuhan rumah tinggal layak huni, dan kemungkinan fenomena gunung es dalam kasus kebutuhan rumah tinggal ini. Program SETTER (Settlement Container) hadir sebagai alternatif solusi, menggunakan material ramah lingkungan dan energi alternatif. Program ini bertujuan memenuhi kebutuhan rumah layak huni di Indonesia, memanfaatkan lahan potensial di luar Jawa, dan mendukung pembangunan berkelanjutan

Konsep green building bertujuan mengurangi dampak lingkungan, konsumsi energi, dan meningkatkan produktivitas penghuni. Desainnya memaksimalkan nilai lahan dan ruang hijau, mendukung permukiman ramah lingkungan, serta menjaga kualitas dan efisiensi penggunaan air. Penggunaan energi diminimalkan untuk mengurangi dampak negatif terhadap air, udara, dan sumber daya alam. Selain itu, green building mengoptimalkan penggunaan material secara efisien dalam struktur bangunan.

Setter (Settlement Container) Alternatif Rumah Tinggal Layak Huni Berbasis Sustainable Architecture

Tingginya kebutuhan rumah layak huni di Indonesia, terutama di lahan terbatas seperti Pulau Jawa, menjadi fenomena gunung es yang diperparah oleh tingginya harga lahan akibat kepadatan penduduk. Sementara itu, banyak lahan potensial di luar Jawa, seperti di Majene dan Mamuju, Sulawesi Barat, yang belum dimanfaatkan optimal. Strategi pemanfaatan lahan ini menggunakan kontainer sebagai material ramah lingkungan (green building), turbin angin Helical Wind sebagai sumber energi alternatif dari intensitas angin setempat, serapan biopori untuk memperluas penyerapan air, dan Solar Tunnel sebagai pencahayaan. Penelitian ini mengembangkan studi Lidya Tamiru Balcha dari Ethiopia, yang fokus pada pemanfaatan kontainer, dengan menambahkan inovasi energi alternatif untuk diterapkan di Indonesia (Tamiru, 2022).

Merujuk pada penelitian dan teori yang sudah ada, penulis melakukan pengembangan lebih lanjut. Dalam jangka panjang dapat membantu menurunkan angka kebutuhan rumah layak di Indonesia, sekaligus menjadi budaya baru dalam pengembangan permukiman yang berbasis sustainable architecture (Prihandana, 2008). Hal tersebut dapat diwujudkan dalam sebuah permukiman ramah lingkungan yang berbasis green buiding. Sehingga kebutuhan rumah layak huni dapat teratasi. Dengan memanfaatkan lahan potensial yang ada di kawasan aset PT. Hutama Karya di daerah Mamuju,Majene, Sulawesi Barat. Kami penulis membuat konsep pemukiman yang berbentuk sarang lebah dengan tujuan pengoptimalan lahan dan dari segi keindahan (estetika).

Dalam konsep SETTER (Settlement Container), kami penulis memanfaatkan intensitas angin yang relatif tinggi pada objek penelitian. Berdasarkan data yang dilansir dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), menunjukkan bahwa intensitas rata-rata kecepatan angin di Mamuju, Majene, mencapai lebih dari 8,7 kilometer per jam. Maka dari itu, kami penulis memanfaatkan sumber daya alami yang ada disekitar lokasi aset dengan memanfaatkan intensitas angin sebagai energi alternatif. Sehingga, penulis memiliki sebuah inovasi dalam memanfaatkan hal demikian. Helical Wind Turbine menjadi salah satu inovasi yang kami implementasikan dalam memanfaatkan intensitas angin yang relatif tinggi, sehingga konsep permukiman ini dapat menghasilkan dan memenuhi kebutuhan energi sendiri. Cara kerja Helical Wind Turbine adalah memanfaatkan energi kinetik dari angin sehingga sudu dan rotor bergerak (Abdul et al, 2011). Keduannya akan berputar pada porosnya. Putaran ini akan mempengaruhi kumparan stator yang ada di bawah rotor. Rotor berbahan dasar magnet dan stator berisi kumparan (generator) sehingga dapat menghasilkan energi. Melalui generator tersebut terjadi perubahan energi mekanik menjadi energi listrik yang dapat digunakan untuk aktivitas masyarakat. Helical Wind merupakan tipe turbin yang menghasilkan energi yang lebih banyak dari jenis turbine yang lain. Tipe ini mampu menghasilkan 3000-4500 watt perhari. Serta, energi matahari termasuk energi yang tak akan pernah habis (renewable energy) dan dapat diperbaharui. Tipe turbin Helical Wind sering dipadukan dengan sumber energi lain terutama sumber energi yang terbarukan.

Implementasi selanjutnya adalah pemanfaatan sumber daya alami dari cahaya matahari yang menggunakan Solar Tunnel. Pengembangan inovasi ini mayoritas telah di implementasikan di luar negeri, namun digunakan untuk pengeringan cabai dan ikan asin. Maka dari itu, kami sebagai penulis ingin mengimplementasikan di Indonesia, sebagai energi alternatif dari cahaya matahari yang bisa di konversi menjadi energi listrik. Cara kerja Solar Tunnel yaitu melalui proses foto-listrik yang di konversi dengan foto-termal (Siregar, 2019). Foto-listrik terjadi ketika cahaya matahari menyinari permukaan logam yang menyebabkan keluarnya elektron dari logam tersebut. Kemudian menghasilkan arus listrik dengan menggunakan tabung bernama tabung titanium. Tabung titanium ini digunakan sebagai dasar untuk mengumpulkan elektron dari bagian sel surya yang terpisah dan mengubah foton yang tidak terserap menjadi energi panas. Permukaan luar tabung dirakit dengan sel surya untuk mengumpulkan cahaya matahari, yang selanjutnya akan diubah menjadi energi listrik. Pada proses konversi cahaya matahari menjadi energi listrik, foton diserap oleh sel surya untuk menghasilkan muatan pembawa, kemudian di angkut ke masing-masing elektroda pengumpul untuk pembangkit energi. Sedangkan foton yang tidak terserap, akan diserap oleh elektron bebas yang pada akhirnya menghasilkan panas. Panas ini selanjutnya ditransfer ke air di dalam tabung untuk mendinginkan sel surya di permukaan luar tabung. Solar Tunnel ini menggunakan tabung titanium dengan diameter luar 3,4 mm dan ketebalan dinding 0,2 mm (Xiang et al, 2019) . Kemudian dipotong dengan ukuran 24 mm. Dengan ukuran yang tidak terlalu besar dan tidak memakan ruang, penulis mengimplementasikan pada konsep SETTER (Han et al, 2018). Dengan intensitas cahaya yang relatif tinggi pada daerah Mamuju, Majene inovasi ini sangat sesuai dengan kondisi geografis yang ada pada lokasi aset.

Penutup

Berdasarkan analisis dan pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasannya SETTER (Settlement Container) merupakan konsep pemukiman yang berbasis Green Building. Konsep ini membantu mengatasi angka kebutuhan rumah tinggal layak huni di Indonesia dan menjadi alternatif guna mendukung program berkelanjutan serta menjadi budaya baru dalam konsep pemukiman yang berbasis Suistainable Architecture. Oleh karena itu besar harapan kami sebagai penulis, dapat terealisasikan dan mengoptimalkan konsep SETTER (Settlement Container).

Kami sebagai penulis menyarankan konsep ini dapat menjadi solusi alternatif dan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak seperti pemerintah dan swasta dalam merealisasikan konsep SETTER (Settlement Container) guna mengatasi angka kebutuhan rumah tinggal layak huni di Indonesia.

  Penulis merekomendasikan, sebaiknya pemerintah memperhatikan ketersediaan rumah tinggal layak huni di Indonesia, mengingat prevalensi kebutuhan rumah tinggal di Indonesia semakin tinggi. Dalam hal ini bukan hanya pemerintah saja yang dapat berperan, namun pihak swasta juga dapat ikut andil dalam mengatasi angka kebutuhan rumah tinggal di Indonesia. .

Daftar Pustaka

Abdul-Aziz, A. R., & Kassim, P. J. (2011). Objectives, success and failure factors of housing public–private partnerships in Malaysia. Habitat International, 35(1), 150-157.

Arwadi, F., Afifah, N. N., Aswaty, H., Amriadi, A., & Abrar, M. Gerakan Peduli Lingkungan Bersih Dan Sehat Melalui Kegiatan Bakti Sosial Kelurahan Tamallayang. Journal Lepa-Lepa Open, 1(4), 522-530.

Badan Pusat Statistik. (2020). Jumlah Penduduk Hasil Proyeksi Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin (Ribu Jiwa). Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, Jakarta.

Badan Pusat Statistik. (2022). Laju Pertumbuhan Penduduk (Persen), 2020-2022. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, Jakarta.

Han, D., Heo, Y. G., Choi, N. J., Nam, S. H., Choi, K. H., & Kim, K. C. (2018). Design, fabrication, and performance test of a 100-w helical-blade vertical-axis wind turbine at low tip-speed ratio. Energies, 11(6), 1517.

Labib, M. (2020). Implementasi Dan Akibat Hukum Penyerahan Prasarana, Sarana, Dan Utilitas (Psu) Perumahan Tidak Bersusun Dari Developer Kepada Pemerintah Kota Bandung Ditinjau Dari Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Penyerahan Prasarana, Sarana Dan Utilitas Perumahan Dan Permukiman.

Malensang, D. (2017). Implementasi Hak Untuk Hidup Berdasarkan Undang-undang Dasar 1945. Lex Privatum, 5(2).

Prihandana, R. (2008). Energi hijau: Pilihan bijak menuju negeri mandiri energi. Niaga Swadaya, (Statistik, 2022)

Purnamasari, D. M. (2021). Wapres: Kebutuhan Rumah di Indonesia Capai 11,4 Juta Unit. Jakarta: kompas.com.

Siregar, A. M., & Siregar, C. A. (2019, November). Reliability test prototype wind turbine savonius type helical as an alternative electricity generator. In IOP Conference Series: Materials Science and Engineering (Vol. 674, No. 1, p. 012059). IOP Publishing.

TAMIRU, L. (2022). THE PROSPECT AND CHALLENGES OF SHIPPING CONTAINER AS RESIDENTIAL UNIT: ALTERNATIVE HOUSING SOLUTION

FOR ETHIOPIA (Doctoral dissertation, ST. MARY’S UNIVERSITY).

Trio Hamdani (2021). Detik Finance, “76 Tahun RI Merdeka, Masih Ada 29,45 Juta

Rumah Tak Layak Huni”

Xiang, C., Zhao, X., Tan, L., Ye, J., Wu, S., Zhang, S., & Sun, L. (2019). A solar tube: Efficiently converting sunlight into electricity and heat. Nano Energy, 55, 269276.

DAFTAR GAMBAR

.

Gambar 1.1 Sketsa Permukiman Tampak Atas

.

.

.

Gambar 1.2 Sketsa Permukiman Tampak Depan

.

.

.

Gambar 1.3 Sketsa Permukiman Tampak Samping

.

.

.

Gambar 1.4 Sketsa Permukiman Tampak Bagian Atas Kontainer

.

.

Centre for Development of Smart and Green Building (CeDSGreeB) didirikan untuk memfasilitasi pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) di sektor bangunan melalui berbagai kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pelatihan. Selain itu, CeDSGreeB secara aktif memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan yang mendorong dekarbonisasi di sektor bangunan, khususnya di daerah tropis.

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 4.7 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 25

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment