bangunan cerdas

Smart Building Berbasis IoT : Solusi Terintegrasi Untuk Penghematan Energi dalam Upaya Mengatasi Pemanasan Global

📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 19

Ditulis oleh Maha Surachman

Pendahuluan

Bumi berfungsi sebagai habitat dan tempat tinggal bagi berbagai makhluk hidup, termasuk manusia. Namun, suhu planet ini semakin meningkat akibat pemanasan global. Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi . Secara global, Indonesia berada di urutan keenam dalam menghasilkan gas emisi atau gas buang sekitar 4,47% (Rahmadania, 2022).

Efek rumah kaca bisa diibaratkan seperti selimut tebal yang membungkus bumi, menjaga agar panas dari matahari tidak mudah hilang, sehingga kita tetap merasa hangat dan nyaman di planet ini. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), pengaruh pemanasan global langsung dari gas rumah kaca yang dihasilkan manusia telah meningkat 49% di atas tahun baseline pada akhir tahun 2021. Peningkatan tersebut 2% lebih tinggi dibandingkan tahun 2020. Sebesar 80% dari peningkatan tersebut disumbang oleh gas karbon dioksida (BMKG, 2022).

Di Indonesia peningkatan suhu itu berwujud tanda yang kasat mata adalah menghilangnya salju yang dulu menyelimuti satu-satunya tempat bersalju di Indonesia, yaitu Gunung Jayawijaya di Papua. Konsekuensi masa depan terhadap pemanasan global diprediksi akan lebih dramatis lagi dan mengganggu kehidupan umat manusia, seperti terancamnya distribusi vegetasi alami dan keanekaragaman hayati, erosi dan badai yang akan memaksa relokasi penduduk di sepanjang pantai, beban biaya yang sangat besar untuk rekonstruksi infrastruktur pembangunan, meningkatnya alokasi dana untuk pengendalian potensi kebakaran dan beragam penyakit, serta investasi yang sangat besar untuk pelayanan Kesehatan (Leu, 2021). Ketika menyadari sepenuhnya akan dampak buruk pemanasan global bagi negara-negara dunia dan khususnya Indonesia, maka sudah seyogyanya diambil langkah-langkah penting dan strategis dengan cara mitigasi dan adaptasi guna mencegah kerusakan lebih besar.

Salah satu langkah strategis yang dilakukan pemerintah dalam menghadapi pemanasan global di Indonesia dipayungi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 79 Tahun 2014 (PP RI No. 79/2014) tentang Kebijakan Energi Nasional, yang kemudian di detailkan capaiannya melalui Peraturan Presiden RI No. 22 Tahun 2017 (Perpres RI No. 22/2017) tentang Rencana Umum Energi Nasional (Perpres RUEN). Baik dari PP RI No. 79/2014 maupun Perpres RUEN, keduanya memasang target yang spesifik, tinggi, dan detail hingga di tingkat Provinsi (Perpres RUEN), namun masih belum mencerminkan keberpihakan pada sisi keberlanjutan lingkungan, lebih-lebih jika melihat trend-nya selama ini (Wardhana & Marifatullah, 2020).

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, penulis mengusulkan penerapan smart building berbasis IoT sebagai upaya untuk penghematan energi dalam menghadapi pemanasan global. Internet of Things (IoT) mengacu pada jaringan yang terhubung secara nirkabel antara perangkat fisik yang ditanamkan dengan sensor, perangkat lunak, dan teknologi lainnya yang memungkinkan pertukaran data dan kontrol otomatis tanpa adanya interaksi manusia ke manusia atau manusia ke mesin (Budi, 2023). Salah satu area yang paling menarik minat adalah penerapan IoT dalam lingkungan bangunan, yang mengarah pada konsep bangunan cerdas atau smart building (Pratama, Sidhiq, Rahmanto, & Surahman, 2021). Bangunan cerdas adalah sistem yang mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan kinerja dan efisiensi bangunan dalam pengelolaan energi, pemantauan lingkungan, keamanan, kenyamanan penghuni, dan banyak lagi (Budi, 2023). Implementasi IoT dalam smart building memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi energi, menekan biaya operasional, dan memperbaiki kualitas hidup penghuni. Dengan memanfaatkan sensor yang terhubung ke jaringan IoT, data dapat dikumpulkan secara real-time mengenai berbagai parameter lingkungan seperti suhu, kelembapan, kualitas udara, pencahayaan, dan lainnya. Hal ini dapat bermanfaat dalam upaya penghematan energi dalam menghadapi pemanasan global.

ISI

Pemanasan Global dan Dampak Luar Biasa bagi Seluruh Dunia

  Pemanasan global yang telah melanda seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia, telah memberikan banyak dampak dalam berbagai aspek kehidupan manusia dan lingkungan. Salah satu dampak paling nyata dari fenomena ini adalah perubahan iklim yang semakin meluas dan intens. Perubahan iklim sudah memasuki fase kritis. Rencananya yang ingin dicapai yaitu dengan menjaga suhu global agar tetap dibawah 1,5℃ kemungkinan akan gagal. Menurut Analisa program lingkungan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) atau disebut dengan UN Environment Programme (UNEP) mengatakan bahwa bumi terus menghangat di angka 2,7 ℃. Hal ini dapat berdampak sangat besar bagi umat manusia.

Indikator bahwa telah terjadi perubahan iklim yaitu peningkatan suhu udara dan kenaikan permukaan laut menurut International Panel On Climate Change (IPCC) membuktikan gejala perubahan iklim dengan observasi yang menunjukkan terjadi peningkatan suhu udara dan lautan secara global, melelehnya es di kutub secara cepat dan luas serta meningkatkan ketinggian air laut secara global (Azizah, et al., 2022). Meskipun bumi membutuhkan kehangatan, namun kehangatan yang berlebihan di luar batas tidak baik untuk keberlangsungan hidup. Adanya suhu yang terus naik dan memanas akan mengakibatkan bencana iklim. Temperatur rata-rata global diproyeksikan akan terus meningkat sekitar 1,8-4,0℃ di abad ini, bahkan menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) diproyeksikan sekitar antara 1,1-6,4℃ (Ainurrohmah & Sudarti, 2022).

Solusi yang Pernah Ditawarkan

  Untuk menindaklanjuti PP RI No. 79/2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, yang kemudian di detailkan capaiannya melalui Perpres RI No. 22/2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional, Perpres RUEN menargetkan 23% penggunaan energi terbarukan pada 2025 dan terus meningkat hingga pada 2050 mencapai 31,2%. Target tersebut diwujudkan dalam bentuk pembangkit listrik berkapasitas 45,2 Giga-Watt (2025) dan 167,7 Giga-Watt (2050) (Wardhana & Marifatullah, 2020). Namun, pada kenyataannya menurut Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, proyeksi 45,2 GW pembangkit listrik pada 2025 dihadapkan pada performa yang tidak menyenangkan. Sampai akhir 2018, misalnya, telah terbangun 64,924 GW pembangkit listrik di seluruh penjuru Nusantara, yang 84,93%-nya berbahan bakar fosil (55,14 GW) dan sisanya sekitar 15,06% adalah pembangkit energi terbarukan (9,8 GW). Adanya pembangkit listrik yang 84,93%-nya telah terbangun dengan berbahan bakar fosil menjadi bukti kurang efektifnya kebijakan ini dalam upaya penghematan energi dalam menghadapi pemanasan global.

Smart Building Berbasis IoT

  Smart Building berbasis Internet of Things (IoT) memiliki urgensi yang sangat besar dalam menghadapi tantangan penghematan energi dan pemanasan global. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi dan ketergantungan pada sumber energi fosil, smart building menawarkan Solusi inovatif yang dapat mengoptimalkan penggunaan energi dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

  Melalui integrasi IoT, smart building bertujuan untuk melakukan pemantauan dan pengelolaan berbagai sistem secara real-time, pengaturan otomatis sistem HVAC (Heating, Ventilation, and Air Conditioning), peningkatan efisiensi penerangan menggunakan pencahayaan cerdas, dan manajemen penggunaan air yang lebih efisien (Budi, 2023). Selain itu, smart building juga mendukung penggunaan sumber energi terbarukan, seperti panel surya dan sistem penyimpanan energi, yang dapat diintegrasikan dengan sistem manajemen energi berbasis IoT. Hal ini memungkinkan bangunan untuk mengoptimalkan penggunaan energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada jaringan listrik yang Sebagian besar masih bergantung pada energi fosil.

Analisis kebutuhan dalam penerapan penggunaan Internet of Things (IoT) pada smart building dijelaskan pada tabel 1.

Tabel 1. Analisis Kebutuhan dalam penerapan IoT

No Kebutuhan Tujuan
1 Sensor Lingkungan Sensor lingkungan mengukur parameter seperti suhu, kelembapan, cahaya, dan kualitas udara untuk memantau kondisi di dalam dan sekitar bangunan. Data yang diperoleh membantu mengidentifikasi potensi penghematan energi dan memungkinkan pengaturan otomatis untuk mengoptimalkan efisiensi energi.
2 Smart Meters Smart meters adalah alat pengukur konsumsi energi yang terhubung ke jaringan IoT, memungkinkan pemantauan penggunaan energi secara real-time. Dengan data yang akurat, pemilik bangunan dapat mengidentifikasi pola penggunaan yang tidak efisien dan mengambil langkah untuk mengurangi konsumsi energi secara keseluruhan.
3 Akuator Perangkat yang mengontrol sistem mekanis atau elektronik, seperti HVAC dan pencahayaan. Dalam bangunan berbasis IoT, akuator mengoptimalkan penggunaan energi dengan merespon data dari sensor lingkungan dan smart meters.
4 Jaringan Komunikasi Jaringan komunikasi menghubungkan perangkat IoT dalam bangunan, memungkinkan pertukaran data secara efisien. Teknologi seperti WI-FI, Bluetooth, Zigbee, dan LoRaWAN digunakan dalam mengimplementasikan IoT untuk bangunan berbasis bangunan cerdas.
5 Sistem Pemrosesan Data dan Manajemen Sistem pemrosesan data dan manajemen mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan mengelola data dari perangkat IoT dalam bangunan. Teknologi seperti cloud computing, big data analytics, dan machine learning digunakan untuk memberikan wawasan dan optimasi penggunaan energi secara berkelanjutan.

Penerapan Internet of Things (IoT) dalam konteks bangunan cerdas memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi energi, pemantauan lingkungan, dan keamanan sistem. Dengan menggunakan teknologi yang tepat dan integrasi yang efektif antar perangkat, efisiensi energi yang optimal dapat tercapai, mendukung upaya penghematan energi dalam menghadapi pemanasan global..

PENUTUP

Simpulan

  Pemanasan global dan perubahan iklim, yang Sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia, memerlukan Tindakan nyata untuk mengurangi dampaknya. Salah satu solusi nyata Tindakan tersebut adalah penerapan smart building berbasis IoT. Dengan penerapan teknologi ini, kita dapat lebih bijak dalam menggunakan sumber daya alam yang terbatas, sekaligus mendukung upaya mitigasi perubahan iklim. Sebagaimana manusia membutuhkan rumah yang aman dan layak huni, bumi juga membutuhkan perhatian serupa agar tetap layak dihuni. Smart building berbasis IoT dapat menjadi Langkah konkret dalam upaya penghematan energi dalam menghadapi pemanasan global.

SARAN

  Untuk menghadapi tantangan pemanasan global dan perubahan iklim, disarankan agar lebih banyak bangunan yang menerapkan smart building berbasis IoT. Penerapan sistem IoT dapat meningkatkan efisiensi energi, mengurangi pemborosan, dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam. Selain itu, penting bagi pemilik bangunan dan pengelola untuk menyadari urgensi penghematan energi dan mengintegrasikan solusi cerdas yang dapat berkontribusi pada upaya menanggulangi pemanasan global..

DAFTAR PUSTAKA

Ainurrohmah, S., & Sudarti. (2022). Analisis Perubahan Iklim dan Global Warming yang Terjadi sebagai Fase Kritis. Jurnal Phi: Jurnal Pendidikan Fisika dan Fisika Terapan, 8(1), 1-10.

Azizah, M., Apriadi, R. K., Januarti, R. T., Winugroho, T., Yulianto, S., Kurniawan, W., & Widana, I. K. (2022). Kajian Risiko Bencana Berdasarkan Jumlah Kejadian dan Dampak Bencana di Indonesia Periode Tahun 2010 – 2020. PENDIPA Journal of Science Education, 6 (1), 35-40.

Bappenas. (2019). Peta Jalan SDGs Indonesia Menuju 2030.

BMKG. (2022, Agustus). Buletin Gas Rumah Kaca. 2(2), pp. 2-10.

Budi, T. S. (2023). Optimalisasi Penggunaan Internet of Things (IoT) untuk Pemantauan dan Pengelolaan Lingkungan dalam Bangunan Cerdas. Portaldata.org, 3(10), 1-21.

Indonesia, D. J. (2019). Statistik Ketenagalistrikan Tahun 2018 – (Edisi No. 32 Tahun Anggaran 2019 ed.).

Leu, B. (2021). Dampak Pemanasan Global Dan Upaya Pengendaliannya Melalui Pendidikan Lingkungan Hidup Dan Pendidikan Islam. Jurnal At Tadbir STAI Darul Kamal NW Kembang kerang NTB, 5(2), 1-15.

Mulyani, A. S. (2021). Pemanasan Global, Penyebab, Dampak dan Antisipasinya. Artikel Pengabdian Masyarakat, 1-27.

Pratama, M. A., Sidhiq, A. F., Rahmanto, Y., & Surahman, A. (2021, Juni). Perancangan Sistem Kendali Alat Elektronik. Jurnal Teknik dan Sistem Komputer (JTIKOM), 2(1), 80-92.

Rahmadania, N. (2022). Pemanasan Global Penyebab Efek Rumah Kaca dan Penanggulangannya. Ilmuteknik.org Volume 2 (3), 2022, 1-13.

Syafri, E., & Endrizal, N. (2019). Arti penting pelaksanaan REDD+ bagi Indonesia: Tantangan dan hambatan yang akan dihadapi. Journal of Chemical Information and Modeling, 53 (9), 1689-1699.

Wardhana, A. R., & Marifatullah, W. H. (2020). Transisi Indonesia Menuju Energi Terbarukan. Jurnal Tashwirul Afkar Vol. 38, No. 02, Tahun 2020, 38(02), 269-283.

Yusuf, Y., Rosyadi, I., & Pinem, M. P. (2022). Analisis Potensi Energi Panas Matahari Untuk Digunakan Pada Sistem Refrigerasi Absorpsi di Bangunan Perkantoran. Jurnal Teknik Mesin Indonesia, Vol. 17 No. 2 , 128-132.

Centre for Development of Smart and Green Building (CeDSGreeB) didirikan untuk memfasilitasi pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) di sektor bangunan melalui berbagai kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pelatihan. Selain itu, CeDSGreeB secara aktif memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan yang mendorong dekarbonisasi di sektor bangunan, khususnya di daerah tropis.

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 0 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 0

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment